You Think You Can?

8.7K 594 3
                                    

By : Mia

Jangan lupa tinggalkan jejak sesudah membaca :) Semua bentuk review bakal kuterima kok, jadi jangan sungkan ya ;) Happy reading <3


-oOo-


-Mia POV-


Jungkook meng-upload satu video di twitter dan aku tidak tahu tentang itu. Bahkan, aku baru melihatnya setelah tiga jam kemudian—itu pun karena ada yang memberitahu. Aku kekasih yang aneh, bukan? Pantas saja pemuda kelinci itu uring-uringan tanpa sebab hingga tidur membelakangiku seperti ini, seperti suami yang merajuk pada istrinya.

Tapi, video singkat yang diunggahnya itu mampu membuat napasku berhenti beberapa detik. Apalagi mendengar helaan napasnya yang ... sepertinya tidak perlu kukatakan. Karena bisa-bisa kalian makin mengecapku sebagai gadis mesum, itu tidak baik untuk image yang selama ini kujaga—ini bohong.

Kulirik Jungkook yang merebahkan diri dengan punggung yang menghadap ke arahku yang sedang duduk bersandar di tempat tidur. Aku tahu dia belum tidur, terbukti dari kakinya yang terus bergerak di balik selimut yang menutupi tubuhnya. Well ... Jungkook yang merajuk sangat manis.

"Jungkook ngambek. Kok imut, ya?" ucapku dalam bahasa Indonesia—tak lupa, aku juga melirik untuk melihat reaksinya.

"Kelinci jelek kalau lagi ngambek mah susah, padahal udah jadi om-om. Sadar umur kenapa sih, Om?" sambungku lagi saat dia tak bergerak dari tempatnya—tetap dengan bahasa tercintaku, Indonesia.

Dia masih tak bergeming, membuatku tersenyum-senyum jahil. Kupeluk tubuhnya dari samping, sedangkan tanganku dengan sengaja menarik-narik pipinya. Dia yang pura-pura tidur sangat menggemaskan.

"Om, main yuk," bisikku dengan jahil, berlanjut dengan mengecup pipinya.

"Oom tukang ngambek, ma—"

"Berhenti memanggilku 'oom'! Aku masih muda, tahu! Dan berhenti menggunakan bahasa Indonesia!"

Aku tertawa saat dia memotong ucapanku dengan ekspresi kesal. Yes! Aku berhasil!

"Kookie manis, aku sayang Kookie!" ucapku dengan menggunakan bahasa Korea.

Semu merah memenuhi pipinya. Sial! Kenapa aku semakin gemas dengan pemuda kelinci ini, huh? Sebenarnya, siapa yang seme saat ini? Kenapa Jungkook malah terlihat seperti uke yang pasrah pada pasangannya? Arghh! Sepertinya otakku semakin kacau karena terus mendengar desahan Jimin dan Tinie di kamar sebelah.

"Rasanya aku kembali ke dua tahun yang lalu, saat kau masih terlihat imut. Sangat menggemaskan," ucapku sambil membuka jaket tipis yang menutupi baju kaos berlengan pendek yang kukenakan. "Sial, kenapa rasanya sangat gerah? Padahal hanya melihat wajahmu," gerutuku sambil mengikat rambut secara asal.

"Bocah nakal, kau sudah berganti profesi menjadi penggoda, huh?"

Aku memandangnya sepersekian detik sebelum senyum miringku muncul. "Bukannya dari dulu aku memang sudah dicap sebagai penggoda, huh?" jawabku sambil merundukkan tubuh hingga menyisakan beberapa senti dari wajahnya—bahkan embusan napas tak sabarnya bisa kurasakan.

"Memikirkan sesuatu di otak kotormu, hmm?" godaku sambil memandang matanya, lalu turun ke bibirnya.

Dia mendesah berat, "Kau bisa menyesal karena memulai ini, Mia."

"Mungkin,"—kuangkat bahu—"tapi, aku yakin kau tak akan melakukannya."

Sebelah alisnya naik, "Kenapa kau sangat yakin?"

"Karena yang kau cintai bukan sekedar tubuhku saja. Tapi, seluruh yang ada di dalam diriku, 'kan? Dan kau sendiri yang membuat janji untuk tak menyentuhku sebelum kita menikah secara sah. Aku memegang kata-katamu, Jung."

Dia diam sejenak sebelum menjawab, "Bagaimana jika aku tak bisa memenuhi janjiku?"

"Kau jangan pernah berharap bisa mendapat kepercayaan dan kasih sayangku lagi."

"Ya sudah, aku tinggal mencari gadis lain. Gampang, bukan?"

"Kau pikir bisa pergi dariku dengan mudah, begitu? Heh! Kau kira aku tak tahu kepribadianmu, ya? Memangnya kau sanggup terus terbayang dengan segala moment yang pernah kita buat selama dua tahun? Aku rasa tidak," jawabku dengan nada meremehkan.

Dia tertawa kecil, "Kau sangat percaya diri, Mia. Bagaimana jika seandainya saat ini aku sudah memiliki yang lain di belakangmu?"

Gantian, aku yang terdiam. "Aku akan melepasmu. Karena selama ini, aku memang tak pernah menganggapmu sebagai yang istimewa," jawabku kemudian dengan yakin.

Hening menguasai dalam beberapa menit. Tapi, semua hancur dengan tawa pelan yang meluncur dari sela bibir Jungkook. "Ternyata aku memang menyukai gadis cengeng yang sok tegar ini," jawabnya.

"Maksudmu?"

"Kau itu tak bisa bohong, Mia. Semua terlihat jelas di wajahmu, Sayang. Tapi, Tapi, melihatmu yang berusaha merelakanku dengan gadis lain, itu membuat keinginan berselingkuhku langsung hilang. Aku takut kau bunuh diri saat aku jadi milik yang lain," candanya sambil tertawa geli.

Kucubit perutnya dengan gemas, "Apa maksudmu aku akan bunuh diri, huh? Maaf saja, aku tidak selabil itu!"

"Benarkah?" godanya sambil mengerling nakal.

"Tentu saja!" jawabku tegas.

"Kalau begitu, buktikan bisikanmu tadi."

Alisku bertaut. "Bisikan yang mana?" tanyaku bingung.

Tanpa terduga, Jungkook mengangkat wajah hingga bibirnya sejajar dengan telingaku. "Aku tahu, tadi kau mengajakku bermain, 'kan?" bisiknya sambil menyentuh punggungku dan sedikit mengusapnya—berhasil membuat tubuhku meremang.

"Ta-tahu dari mana?" ucapku gugup.

"Sepertinya itu bukan hal penting untuk dibahas. Karena saat ini, kau harus membuktikan ucapanmu, Sayang. Kau pasti tak ingin dicap sebagai 'kekasih yang labil' olehku, 'kan?"

Sialan, sialan, sialan! Ini benar-benar sialan! Niat bercanda, kenapa malah jadi kenyataan? Jika sudah begini, apa yang harus kulakukan?

-FIN-


[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang