Holiday

8.8K 577 8
                                    

By : Mia


Sesudah baca, jangan lupa tinggalkan jejak ya :) Happy reading <3


-oOo-


-Mia POV-


"Kita liburan."

Tegas, tapi membuatku langsung bangkit dari tempat tidur.

"What?"

Pria di hadapanku menatap polos. Dia yang sedang memakai baju kemeja seolah tak peduli dengan ekspresi kaget yang kutunjukkan. Dia sinting atau bagaimana? Atau otaknya sudah tergeser hingga tak bisa berpikir lebih lanjut?

"Besok aku sudah mulai kuliah, bagaimana mungkin kita bisa liburan?"

"Kita pergi hari Selasa, buat saja surat izin." Dia menjawab dengan asal, seolah ini adalah hal yang gampang.

"Hari Selasa jam kuliahku sudah dimulai, kelinci bodoh!"

Dia menatapku, "I don't care, Baby. Yang kutahu, hari Selasa kita pergi liburan."

Hell? Bagaimana mungkin dia memutuskannya sendirian?

"Hitung-hitung untuk merayakan kepulanganmu," ucapnya sambil duduk di tepi tempat tidur.

Kutepis tangannya yang berusaha menyentuh rambutku. Aku memang tidak jadi pindah kuliah ke Indonesia, ayah memperbolehkanku untuk tetap tinggal di Korea. Rencana dadakan, begitulah. Tapi, tidak harus dirayakan, bukan? Lagipula, aku benci perayaan.

"Mia—"

"Aku tidak ingin liburan! Aku harus kuliah!" Kulempar selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

Aku turun dari tempat tidur, menuju balkon kamar untuk memandang matahari yang mulai terbenam. Tapi, tak lama berselang, bahuku mulai memberat karena seseorang yang menumpukan dagunya. Begitu pula dengan lingkaran tangan yang terasa hangat di perutku. Beberapa kecupan mendarat bebas di leher, membuat rasa tak nyaman mulai muncul.

"Jung, berhenti!" Berusaha kulepas tangannya dari perutku. Tapi, ini terlalu kuat.

"Katakan 'iya'. Baru aku melepasnya, Mia."

Ucapan menyeramkan, bahkan melebihi saat menonton film horror. Jungkook memang menyebalkan, sangat! Dan aku tahu, dia tak main-main dengan ucapannya.

"Jung ...." Aku memelas, sedikit takut karena tingkahnya.

Dia menarik napas, "Berbaliklah."

Aku menurut, berbalik menghadapnya yang tampak semakin manis dengan tampilannya sekarang. Mata kelincinya menatap tajam—namun teduh, membuatku tertunduk tanpa berani menatap. Hazel-nya terlalu memikat, aku takut semakin tenggelam di sana.

Tangannya menelusup di sela rambutku, sedikit menekan tengkuk dan membuatku terdongak. Tuhan ... sungguh, dadaku bergemuruh saat ini. Bagaimana mungkin ada manusia seindah Jungkook? Wajah manis, bibir kissable, hidung mancung, hazel kelinci yang mengkilat kehitaman. Aku tidak tahu kalimat apa yang mampu menggambarkannya saat ini, dia terlalu mengagumkan. Sekalipun aku tidak pernah bosan memujinya.

"Dengar, ini kulakukan bukan tanpa tujuan. Aku sudah merencanakannya sejak kau pergi, bisa dikatakan ini adalah janji yang harus kupenuhi jika seandainya kau tak jadi menetap di Indonesia. Dan sekarang, aku harus menepatinya. Mungkin aku keterlaluan karena memaksamu pergi saat perkuliahan akan dimulai. Tapi, aku terlalu takut jika ditunda terlalu lama, kau akan pergi lagi."

Aku diam, tak ada kata yang bisa kujadikan jawaban. Haruskah aku terharu karena ucapannya barusan? Terasa sangat tulus dan lembut, mencerminkan perasaannya padaku.

"Aku memang pemaksa. Tapi, ini kulakukan karena aku sayang padamu, Mia."

Simponi indah kembali bermain di hatiku, membuat rona merah di pipi muncul tanpa permisi. Detak jantungku meningkat, membuat napasku sedikit tertahan beberapa kali. Dia dengan senyumnya, kata-katanya, selalu mampu membuat duniaku seolah terhenti.

Senyum manisnya muncul. "Jadi, kau mau liburan denganku, tidak?" Ia bertanya sambil mengusap pipiku dengan lembut.

Aku diam sejenak. Namun, segera kusandarkan kepala ke dadanya. Tanganku melingkari punggungnya, meminta kehangatan dari tubuhnya yang terbentuk sempurna. Ia mengusap rambutku, sesekali mengecupnya dengan sayang.

"Kujawab tidak pun, tetap tak berguna, bukan?" gumamku di sela pelukan.

Ia tertawa, "Kau tahu yang kumau."

Tak ada jawaban dariku yang masih setia di pelukannya. Menghirup aroma tubuhnya yang khas, ini lebih menyenangkan.

"Oh ya, aku lupa mengatakannya. Kita tidak hanya liburan berdua," ucapnya tiba-tiba.

Keningku berkerut, segera kulepas pelukannya. "Lalu? Kita berlibur dengan siapa saja?"

Senyum misteriusnya muncul, berlanjut dengan bisikannya yang membuatku kaget. Tak percaya dengan yang barusan diucapkannya.

Aku menatapnya tajam, "Otakmu benar-benar tak beres atau bagaimana? Bagaimana mungkin kita liburan bersama mereka? Mereka kan sudah menikah!"

"Ya tidak apa. Dan ... bukannya itu baik? Kau bisa belajar dari mereka."

"Belajar apa? Belajar mesum? Gila!"

"Aku yakin, dia akan mengomel panjang lebar jika tahu kau mengatainya mesum."

"Memangnya aku peduli?" Aku berdecak, mendorongnya agar menjauh.

"Sudahlah, diakan temanmu. Lagipula, kau sudah menyetujui ajakanku. Jadi, tidak ada lagi alasan untuk menolak."

"Jung—"

"Aku tidak ingin mendengar protes, Mia." Dia tersenyum polos tanpa dosa, menyebalkan!

"Dan ... aku juga tak suka melihat wajah cemberutmu, Sayang."

Sebuah kecupan mendarat tanpa izin di pipiku, membuat tatapan membunuhku tertuju padanya yang tercengir tanpa rasa bersalah.

Liburan dengan dua orang yang cerewetnya luar biasa itu? Oh, no! aku lebih memilih liburan bersama Yoon Gi Oppa, setidaknya manusia es itu lebih tenang. Tapi ... ash! Jungkook sialan, kelinci sialan! Selalu memutus sembarangan! Jika sudah begini, aku bisa apa? Berharap saja mood-ku bisa membaik saat di tempat liburan.

-FIN-

-oOo-

Yow! Silahkan tebak, kira-kira mereka liburan sama siapa :D

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang