Fantasy

8.1K 562 35
                                    

Benar kata orang-orang, jika masih dalam situasi sebagai 'pasangan kekasih', Jungkook pasti sudah mengajak Mia untuk jalan-jalan menikmati pemandangan malam. Tapi saat situasinya berganti jadi 'pasangan suami istri', mereka lebih suka menikmati kebersamaan di rumah. Di kamar tepatnya, ehem! Seperti sekarang. Sebenarnya tidak ada apa-apa yang dikerjakan, kecuali menghabiskan keripik dan susu sambil duduk di sofa—yang andaikan bisa bicara, pasti sudah merajuk iri pada kemesraan pasangan yang mendudukinya.

Jungkook menarik napas, bosan pada drama yang ditayangkan. Mia tak jauh berbeda, bahkan dia lebih jenuh daripada sang suami. Wanita Jeon ini memang tidak terlalu menyukai drama, apalagi yang ber-genre romance. Aneh, 'kan? Padahal dia terus menulis fanfiction ber-genre itu.

"Apakah tidak ada film yang fantasy? Atau action?" Mia mulai bercicit ribut, kebosanannya di ambang batas.

"Di laptop ada, baru ku-download tadi malam. Mau? Pakai in-focus saja, seperti di bioskop."

Jungkook tercengir dengan usulannya yang terdengar asal. Tapi, justru dijawab dengan anggukan oleh sang istri—usulan Jungkook tidak buruk, 'kan?—membuat si pria Jeon segera berdehem dan mau tak mau menyiapkan apa yang jadi usulannya. Sebuah layar proyektor, laptop serta lampu yang dipadamkan. Menyisakan cahaya remang-remang dari lampu meja.

Beberapa menit kemudian, semuanya siap. Jungkook menekan space, lalu menyusul duduk di samping Mia. Film sudah dimulai.

"Kenapa kau suka fantasy?" Jungkook bertanya di sela matanya yang fokus ke layar setelah beberapa menit berlalu. Sedangkan di sisi lain, tangannya mengusap rambut lurus sang istri yang terasa lembut. "Seperti anak-anak. Membayangkan negeri impian, pangeran tampan, istana indah." Jungkook terkekeh.

"Dan itu berguna banyak untuk tulisanku," jawab Mia sambil menjauhkan tangan Jungkook di rambutnya.

"Hmm ... aku lupa bertanya selama ini. Kau menulis sejak kapan? Tidak mungkin baru dua tahun yang lalu, 'kan?"

"Aku menulis? Sejak ... kelas tiga atau empat SD, begitulah. Berarti sejak umur tujuh atau delapan tahun. Karya pertamaku, aku masih ingat. Genre fantasy, tentang penyihir baik hati yang memberi balasan pada gadis kecil yang menolongnya. Di karya itu juga, aku langsung mendapat pujian dari Oppa-ku." Mia tertawa kecil, senang dengan kenangan masa lalunya.

Jungkook tersenyum, kembali mengusap rambut wanita tercintanya dan mengecup rambut yang harum. Dia suka saat-saat Mia berceloteh riang, mencerminkan umur dan sikapnya yang asli. Manja, menggemaskan, minta disayang dan tidak ingin dilepaskan.

"Jung." Mia memanggil saat suaminya tak kunjung bersuara, hanya fokus pada film yang menampilkan singa mengaum di depan sana. "Boleh kutanya sesuatu?" lanjutnya sambil menopangkan dagu ke bahu Jungkook.

"Sejak kapan kau bisa meminta izin jika ingin bertanya?" tanya si pria Jeon sambil tertawa lucu. Perhatiannya teralih pada wanita yang dicinta.

"Tapi janji, jangan menertawakanku!"

Untuk sekarang, Jungkook sedikit mengerutkan kening. "Memangnya apa yang ingin kau tanya?"

"Janji dulu!"

"Tergantung pertanyaannya."

Mia berdecak, menjauhkan dagunya dari bahu Jungkook. Dia diam, menimbang apakah harus bertanya atau tidak. Tapi saat menyadari ada seseorang yang menunggu, dia pun berdehem. "Aku tidak sengaja membaca tentang zodiak virgo. Di sana mereka bilang, virgo punya fantasy 'bermain' yang liar. Tapi karena pemalu, virgo hanya membiarkan fantasy-nya di kepala. Benar?"

Jungkook mengangkat sebelah alis. Sudut bibirnya melengkung, membentuk senyum yang misterius. "Memangnya kenapa kau ingin tahu hal itu?" godanya sambil mendekatkan wajahnya pada sang istri yang mengerjap kaget. "Jangan bilang kau ...." Dia melirik ke bawah, memandang tangannya yang mulai menelusuri paha mulus yang tersingkap karena posisi duduk Mia yang kurang ajar di sofa—bersila maksudnya.

"A-aku hanya bertanya! Dan jauhkan tanganmu!" Mia membantah sambil memperbaiki posisi duduk dan piyamanya agar menutupi paha. Sungguh, dia menyesal telah menanyakan hal bodoh seperti itu. Sekarang dia harus merasakan pipi yang panas karena rasa malu.

"Pertanyaanmu ambigu, tahu. Membuatku berpikir yang iya-iya." Jungkook memberi tanggapan, tampak tak bersalah meski tahu telah membuat istrinya salah tingkah.

"Bagaimana jika yang iya-iya itu benar?"

"Eh?"

"Lupakan! Hentikan film-nya sekarang dan hidupkan lampunya. Uh ... gelap membuat pikiranku kacau!" Mia bergumam tak jelas sambil bangkit dari posisinya duduk.

Jungkook tertawa, gemas dengan tingkah istrinya yang lucu. Meski malu-malu, yang diinginkan Mia sangat jelas. Yah ... sebagai lelaki, dia sadar akan hal itu. Karena apa yang diinginkan Mia, juga diinginkannya untuk malam ini.

Berdehem, pria Jeon itu pun memanggil istrinya yang berdiri di depan jendela. Film sudah dihentikan sejak tadi. Mia hanya melirik sejenak, kemudian kembali fokus dengan pemandangan malam di depannya. Angin yang berembus membuat dingin, memberi kesempatan bagi Jungkook yang sudah di belakang untuk memeluk. Sebuah kecupan mendarat di bahu, berlanjut ke leher hingga desah pelan terdengar.

"Siap untuk mengetahui fantasy-ku, hmm?"

"Siap untuk mengetahui fantasy-ku, hmm?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-FIN-


***


Udah lumayan kan? 😂 Selanjutnya bayangin sendiri :3 Tapi kalau mau baca yang NC, ke [Suga x Sunhee] aja :3 Banyak NC di situ 😂

Aa~ jangan lupa tinggalin jejak 😊 Thank you  💕

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang