My Girl

10.8K 668 21
                                    

Desir angin malam merasuk ke ruangan yang hangat, menyentuh kulit hingga membuatnya meremang karena dingin. Pria yang duduk di tengah ranjang berdecak. Wajahnya kusut, sekusut perasaan yang dirasakan.

"Positive thinking saja, mungkin dia benar-benar mengerjakan tugas. Kau 'kan tahu, Mia sebentar lagi ujian akhir semester. Dia perlu konsentrasi." Namjoon buka suara, cukup bosan dengan kesunyian yang menyebalkan.

Jungkook—pria di ranjang—berdecak. "Dia bohong," ucapnya dengan kemelut hati yang tak berputus. Setelah lima menit yang lalu Mia memutus video call mereka dengan alasan ingin mengerjakan tugas, kelinci ini memang langsung uring-uringan tanpa sebab. Dia kesal jika Mia sudah merajuk seperti sekarang. Dia ingin menangis, tapi terlalu malu dengan Namjoon. Lagipula, ini bukan murni kesalahannya. Sebagian besar yang bersalah adalah Sunhee, kakaknya yang kurang peka dengan keadaan istrinya yang sedang di masa sensitive. Bagaimana mungkin dia menanyakan tentang kemungkinan Jungkook akan menikah lagi di saat Mia tengah sakit hati karena terus ditinggal, huh?

"Seharusnya kau bersyukur, Mia tak semenakutkan Hyun Soo jika sudah marah." Pria berlesung pipi itu kembali bicara. Walau sebenarnya dia hanya tak tega terus membiarkan adik termudanya murung karena urusan rumah tangga yang baru dibangun.

"Memangnya, Noona bagaimana jika sudah marah?" Kelinci lucu itu mulai tertarik dengan pembahasan yang Namjoon ambil secara asal.

"Dia akan mengamuk, melempariku dengan bantal, selimut dan menyuruhku tidur di luar. Kejam, bukan?"

Kepala Jungkook terangguk-angguk mengiyakan. Yah ... istrinya memang tak seseram itu. Lagipula, Mia bukan tipe yang suka mengamuk—dan kalau pun mengamuk, wanita itu lebih memilih untuk menyakiti dirinya sendiri. Tapi, dia tipe yang menyakiti dari dalam. Wanita itu mengoyak perasaan dengan caranya sendiri, membunuh dengan halus dan begitu perih. Membuat Jungkook mau tak mau harus bersimpuh dalam kuasanya agar tak lebih tersakiti dari yang diberikan.

"Mia wanita yang kuat."

Jungkook menoleh, menatap pada Namjoon yang berceletuk. "Dia tak sekuat itu. Dia rapuh, lemah, manja, cengeng." Pria Jeon itu menjawab, sekaligus membayangkan raut istrinya yang jauh di sana. Namun, kenyataan yang kejam harus menghapus seluruh bayangan dan mengembalikan pada realita. Tidak ada Mia di sini. Hanya ada kekosongan dan rasa gelisah yang semakin merongrong.

Namjoon menarik napas. Bingung harus memberi masukan apa pada pasangan yang baru menikah. Seingatnya, dia tak sesulit ini saat baru menikah dengan Hyun Soo. Apakah ini akibat dari jadwal mereka yang begitu padat? Kalau iya, berarti tidak ada yang bisa disalahkan, termasuk Mia dan juga Jungkook yang mengatur tanggal pernikahan.

"Sepertinya aku perlu istirahat," gumam Jungkook sambil menarik selimut. "Siapa tahu setelah bangun, Mia kembali baik seperti semula," lanjutnya sambil tersenyum miris.

Anggukan diberi oleh Namjoon. Pria kelahiran 1994 itu berdiri dan keluar kamar, sengaja membiarkan Jungkook untuk tenggelam dalam kesendirian.

Bantal jadi teman setia saat Jungkook merebahkan tubuh. Tatapannya lurus, tertuju pada langit-langit kamar berwarna putih. Namun, di sana justru tergambar jelas ingatannya bersama Mia. Saat mereka tertawa bersama, memecahkan kaca jendela rumah Yoon Gi dan berlarian di pinggir sungai Han hingga akhirnya tertidur di apartement. Ada juga saat Mia bertingkah sok berani saat diberi balon oleh anak kecil saat mereka jalan-jalan, padahal setelahnya gadis itu langsung memeluknya sedemikian erat karena takut. Dan ... terakhir, saat gadis itu tersenyum penuh syukur di pernikahan mereka. Hal itu yang terindah.

Tanpa sadar, Jungkook tersenyum. Kenangannya dirasa begitu manis, cukup untuk menghilangkan sedikit rasa perih di hati. Wanitanya yang cantik, menggemaskan, kejam dan selalu berpura-pura polos, apakah dia juga memikirkan hal yang sama dengannya? Tapi, sepertinya itu tak terjadi. Mengingat bagaimana perangai seorang Mia jika sudah marah, jangankan untuk rindu, melihat pun dia tak akan sudi.

Satu deringan terdengar. Tanpa minat lebih, Jungkook mengambil ponsel. Namun, matanya menyipit ketika membaca seuntai nama yang sangat dikenal. Mia, istrinya. Membuatnya langsung menekan layar demi membaca pesan yang dikirim.

'Missing you.'

Demi apapun, Jungkook berani bersumpah hatinya sangat hangat untuk saat ini. Hampir ia bersorak kegirangan andai tak mengingat jam yang sudah menunjuk tengah malam. Tuhan ... sungguh, Jungkook berterima kasih karena telah berjodoh dengan Mia. Wanita yang mampu membolak-balik perasaannya dalam sekejap. Wanita yang tahu segala tentangnya.

Satu pesan kembali masuk.

'I miss your smile.'

Jungkook tertawa sambil menyeka sudut matanya yang berair. Kelegaan luar biasa muncul di hati, mengenyahkan seluruh perasaan sakit yang awalnya berkuasa. Seluruh ucapan Mia adalah kejujuran, dia tahu itu.

Satu dentingan kembali terdengar.

'Good night, Bunny. I love you.'

Baiklah, Jungkook berani menjamin tidurnya akan nyenyak untuk malam ini. Tapi, sebelum itu dia harus membalas pesan istrinya, 'kan?

'Good night too, Honey. Tetap semangat untuk besok. Jangan ragu untuk menghubungi jika kau memerlukanku, oke? I love you.'


-FIN-


**Ngerasa susunan kalimatnya aneh, ceritanya aneh, huaahhhh :'D Help me TT_TT

Jangan lupa tinggalkan jejak yo ... Thank you TT_TT

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang