Unconditionally

6.7K 590 32
                                    

Jungkook baru selesai memakai kaos saat ketukan di pintu terdengar. Terburu, pria Jeon ini melangkah. Takut jika yang mengetuk adalah manajer atau hyung-nya yang lain. Namun, saat pintu terbuka, ia justru membulatkan mata.

"Selamat sore, Bunny." Sapaan riang terdengar dari seorang wanita dengan senyum yang manis. Tas punggung yang dibawa segera dilepas, kemudian diberikan pada Jungkook yang masih termangu di depan pintu.

"Bukannya kau bilang tidak ingin menyusul?" Cepat Jungkook bertanya sambil mengikuti istrinya yang sudah berjalan duluan masuk ke dalam kamar.

"Awalnya iya,"—Mia mengangguk-angguk—"tapi batal. Hyun Soo Eonni menangis saat tahu kaki Namjoon Oppa terluka. Aku dan Sunhee Eonni jadi ikut menemani," lanjutnya sambil meluruskan kaki yang terasa kebas di tempat tidur.

"Bukannya karena tidak tahan berpisah denganku?" Jungkook menaruh tas ke meja, lalu ikut duduk di samping wanitanya yang tampak cantik dalam balutan gaun putih selutut. Diusapnya rambut panjang yang sedikit berantakan karena terkena angin saat di luar. Tadi malam, sosok ini hanya bisa dilihatnya dari layar dua dimensi. Namun sore ini, dia sudah bisa menyentuhnya secara nyata. Sungguh, Jungkook bersyukur atas kemajuan teknologi yang diciptakan.

Mia bergumam, kemudian memutar pandangan pada Jungkook yang mengerjap bak kelinci lucu. "Kalau iya, kenapa?" Ia bertanya, sekaligus mengusap pipi yang terlihat semakin berisi. "Aku rindu menggigit pipi dan leher kelinciku."

"Woah!! Hormonmu, Sayang. Ingin bermain sekarang? Aku masih punya banyak waktu sebelum konser." Jungkook terkekeh, otak mesumnya kambuh.

Decak kesal terdengar. "Aku lapar," keluh Mia kemudian sambil memandang seisi kamar. "Apakah tidak ada makanan?" ujarnya pada Jungkook.

"Sebenarnya ada. Kau mau makan apa?" Jungkook berdiri, menuju tempatnya menyimpan semua makanan.

"Es krim, ada tidak?"

Seketika, Jungkook memutar langkah menuju kulkas. Mia tertawa senang karena berhasil membuat suaminya bergerak ke sana kemari. Kelincinya lucu saat bergerak, itulah mengapa ia suka membuat Jungkook berbalik-balik. Tidak hanya sekarang, tapi di rumah juga. Dia selalu membuat Jungkook kerepotan.

"Ini."

Jungkook menyerahkan semangkuk besar es krim rasa vanilla pada Mia—yang mana langsung diterima dengan suka cita oleh sang istri. Sambil menarik napas, Jungkook pun kembali duduk untuk memandangi wanitanya yang sibuk menyendok es krim.

"Sudah tidak menginginkan mangga muda lagi?"

Gerak menyuap yang Mia lakukan berhenti. Wanita ini menjilat lambat bibirnya yang terkena es krim. Perlahan, ia pun menggelengkan kepala. "Maaf, aku membuatmu berharap." Pelan, ia berkata.

Awalnya, Jungkook menarik napas. Namun, akhirnya sebuah senyum tersampir manis di bibirnya yang kissable. Alih-alih memarahi Mia, dia justru menarik wanitanya ke dalam pelukan. Kecupan terus dilayangkan ke puncak kepala wanita yang dikasihi. Seolah dengan begini ia menyampaikan agar Mia tak khawatir.

"Tidak apa, jangan meminta maaf. Semalam aku hanya terlalu gembira hingga jadi berharap lebih. Seharusnya aku yang meminta maaf, kau jadi terbebani seperti ini. Padahal aku tahu, kau belum siap untuk hamil." Jungkook berkata dengan lembut.

"Tapi, kau pasti kecewa."

"Sedikit, iya. Tapi kupikir, kecewa ini tidak ada apa-apanya jika dibanding kecewamu saat benar-benar hamil."

"Jung ... aku bukan tidak mau hamil, tapi aku hanya—"

Sebuah kecupan mendarat di bibir Mia yang terbalut lipbalm tipis. Jungkook tersenyum, lantas mengusap pipi istrinya yang bersemu. "Aku tahu apa alasanmu menunda kehamilan, Mia. Kau tidak suka menghadapi kehamilan sendirian, 'kan? Kau ingin aku berada di sisimu, bukannya terus pergi ke sana kemari seperti sekarang."

Mia membungkam mulutnya. Hanya matanya yang senantiasa berbicara pada Jungkook—mengiyakan apa kata suaminya itu.

Sekali lagi, Jungkook mengecup bibir sang istri. Mia masih bergeming, hingga Jungkook tertawa kecil untuk mencoba mencairkan suasana. "Lagipula, aku pasti terabaikan jika kau hamil sekarang. Padahal aku belum puas memanjakan tubuhku," ucapnya sambil mengerling nakal.

Desis kesal terdengar dari Mia yang langsung memukul paha Jungkook cukup keras. "Mesum!" cetusnya tanpa peduli Jungkook yang meringis-ringis kesakitan.

"Aku mesum untukmu juga, Jeon Areum. Untuk memuas—"

Lebih dulu Mia menutup ucapan Jungkook dengan menyuapkan sesendok es krim ke mulut pria Jeon tersebut. "Lebih baik kau makan, Mr. Jeon. Itu lebih berfaedah daripada membahas hal mesum!" ucapnya dengan nada ketus.

Sedetik dua detik Jungkook mencecap rasa manis yang tertinggal sedikit di bibirnya. Hingga kemudian ia memandang ke Mia yang menatap penuh rasa horror. Pria itu tidak sedang memikirkan hal mesum, 'kan?

"Kenapa es krimnya bertambah manis daripada saat aku menyuap sendiri?" Jungkook bertanya dengan raut polos.

"Jung ...."

"Suapi aku lagi." Jungkook mengedip-ngedipkan mata dengan gaya menggemaskan. Berharap benar akan mendapat suapan dari Mia.

Menarik napas, Mia pun menyuapi Jungkook yang tak ubahnya seperti bayi besar. Tapi bedanya, bayi yang satu ini bisa membuat bayi lain. Mengerti? Tidak? Ya sudah, abaikan.

"Jung."

"Hmm?"

"Terima kasih karena sudah mengerti keinginanku untuk menunda kehamilan."

Senyum manis segera terbentuk di bibir Jungkook. Pria ini mengusap rambut sang istri, kemudian mengecup kening yang tak terhias satu jerawat pun. Tatapannya teduh, begitu menenangkan dan melindungi.

"Cintaku ini tanpa syarat, Sayang. Jadi jangan khawatirkan apapun."

Mia tersenyum, segera memeluk tubuh tegap yang beberapa hari ini tak disentuh olehnya. Jungkook tak bersuara, hanya menepuk punggung sang istri. Namun, ia mengerutkan kening saat Mia mendongak dengan tatapan ... sedikit nakal.

"Kau tidak masalah jika sore ini sedikit berkeringat, 'kan?"

Eih? Jika sudah diberi pertanyaan itu, bagaimana mungkin Jungkook tidak mengangguk dengan wajah gembira, huh?

-FIN-


**Jangan kecewa :3 Jangan lupa tinggalkan jejak juga :) Makasih <3

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang