Kerutan tipis terlihat di kening Mia yang tengah mengusap wajah basahnya dengan handuk. Ponsel di tangannya menyala, menampakkan foto kelinci yang tengah mencium kelinci lain. Sangat menggemaskan untuk pagi yang masih dingin. Tapi dia tahu, ada maksud lain dari foto yang dikirim oleh Jungkoook. Terbukti dari pesan selanjutnya yang bertuliskan 'I miss you'. Itulah mengapa, dia segera menekan tombol panggilan.
"Annyeong, Baby."
Tawa riang dari Mia langsung terdengar saat video call-nya dijawab. Apalagi saat pria yang tengah berada di Jepang itu melambaikan tangan dari posisinya yang telentang. Tak luput, roman merah menghias wajah cantik wanita Jeon tersebut. Senyum yang dia rindukan, sekarang bisa dilihat walau hanya melalui layar dua dimensi.
Bergerak, Mia pun menyandarkan punggungnya ke headboard ranjang. "Bagaimana keadaan di sana?" Dia bertanya.
"Seperti yang kau lihat, baik-baik saja. Bagaimana ujianmu?" Jungkook membalik tubuh hingga menjadi bertelungkup. Ponsel disandarkan ke bantal, membuatnya lebih leluasa memandangi wajah sang istri yang selalu memutih seperti vampire di pagi hari. Terkadang Jungkook bertanya, apakah Mia ada hubungan dengan si makhluk penghisap darah. Jika iya, maka dia akan membiarkan darahnya untuk dikonsumsi secara suka rela.
Berbanding terbalik dengan Jungkook yang menjawab sambil tersenyum, Mia justru mengangkat bahu sambil me-rolling mata. "Jangan bahas ujian. Lagipula itu sudah selesai." Dia memberi jawaban tegas, membuat Jungkook segera mengangguk-angguk paham.
"Emm ... kau ada acara hari ini?" Pertanyaan dialihkan.
Mia menggeleng. "Hanya di rumah. Kenapa?"
"Pergilah jalan-jalan. Jangan terlalu suntuk di rumah. Kau perlu udara segar, Sayang. Apalagi kau baru selesai ujian, otakmu harus didinginkan."
Mia memicingkan mata, lalu tersenyum penuh godaan. "Tidak biasanya kau perhatian seperti ini," ucapnya.
Decakan kecil diberi oleh Jungkook. "Aku 'kan suamimu." Dia bergumam sambil merusak tatanan rambut yang sempat dirapikan. Ada kecanggungan saat mengatakan 'suamimu'. Walau itu adalah kenyataan.
"Emm ... lalu? Kau mau aku bagaimana?" Mia bertanya, sekaligus menatap lekat ke wajah tampan di layar ponsel. Ada raut lelah di sana, membuat riak keprihatinan mulai bergerak di dalam hati. "Haruskah aku mengambil tiket ke Jepang untuk menemuimu?" sambungnya tanpa melepas pandangan.
Gantian, Jungkook yang mengangkat bahu. "Entahlah. Kau baru selesai ujian. Kau harus beristirahat, bukannya bepergian jauh."
"Jung ...."
"Tunggu saja aku di sana." Jungkook mengambil sebuah senyum manis yang kemudian dipasangnya ke wajah. Sebuah isyarat agar sang istri tak terlalu terbebani oleh kekhawatiran. Cukup rindu saja yang menjadi beban bertumpuk, jangan ditambah dengan hal lain. Itulah pikirannya.
Mia menarik napas panjang, kemudian memandang ke luar jendela yang tepat menghadap ke matahari terbit. Indah, tapi terasa sepi tanpa kehadiran seseorang yang biasa menemani. Dia melamun untuk sejenak. Sebelum akhirnya terpecah oleh deheman dari Jungkook.
"Ada yang kau mau untuk oleh-oleh?" Pria itu bertanya.
Sebuah anggukan jadi jawaban. Jungkook tersenyum dan bertanya, "Apa?"
"Kau kembali memelukku."
Hening.
Jungkook menelan ludah, paham akan maksud ucapan Mia. Dijilatnya bibir yang terasa kering untuk membasahi, kemudian tersenyum dengan lembut. "Kau pasti dapatkan itu." Dia berkata, sekaligus memandangi istrinya yang mengukir senyum.
"Ah! Aku suka kelincinya," cetus Mia setelah mereka terdiam beberapa saat. "Romantis," lanjutnya sambil mengerling. Tanda bahwa dia benar-benar menyukai apa yang Jungkook kirim.
"Benar, 'kan?"—Jungkook tertawa—"aku juga suka. Mengingatkanku pada seseorang yang biasanya kucium setiap bangun tidur."
Semu merah kembali muncul di sekitaran pipi wanita yang tertawa malu. Tapi, dia segera berdehem dan berusaha menguasai keadaan yang terlanjur manis bak dicampur oleh gula. Jungkook tersenyum. Selalu, dia menyukai saat-saat seperti sekarang.
"Mia," panggilnya kemudian.
"Hmm?"
"Maaf karena membuatmu terbebani. Seharusnya kita tak menikah secepat in—"
"Don't say it, Honey. Aku senang dengan pernikahan kita." Mia memotong sembari tersenyum meyakinkan.
Untuk sejenak, Jungkook tertunduk. Tapi, dia kembali mengangkat kepala dan memandang wajah istrinya. "Terima kasih," ucapnya tulus.
Mia mengerling. "It's fine. Ah! Aku punya sesuatu untukmu."
"Sesuatu?"
"Iya. Aku akan mengirimkannya. Kuharap kau suka. Annyeong, Bunny."
Sambungan diputus. Jungkook mengembuskan napas. Wanita yang disayanginya tak berubah. Tetap ceria dan penuh senyum di balik rindu yang menumpuk begitu banyak. Jika sudah begini, Jungkook merasa jadi suami yang jahat.
Satu dentingan terdengar, tanda adanya pesan yang masuk. Dengan cepat, pria kelinci ini menggeser ponsel dan membaca tulisan dari foto yang dikirim hingga akhirnya sebuah senyum terpatri di wajahnya yang tampan. Kalimat yang diberikan, begitu manis dan mencerminkan ciri khas Mia dalam mengagumi seseorang. Hanya saja, kali ini dialah yang menjadi orang beruntung itu.
Dan semoga, dia tetap menjadi yang beruntung dan teristimewa.
-oOo-
"Kau tahu? Bertemu denganmu adalah takdir termanis yang kumiliki. Dan untuk jatuh cinta denganmu, itu anugerah terindah yang Tuhan berikan. Bersamamu, aku belajar banyak hal. Tak hanya dari kenangan manis yang kita ciptakan, tapi juga dari hal pahit yang ada kalanya datang. Tidak peduli sesakit apapun hati ini karena kau tinggalkan, atau seperih apa perasaanku melihatmu dirumorkan dengan gadis lain, hal itu tak mampu mengenyahkan posisimu di antara orang-orang yang kusayang. Aku tak memiliki kekuatan untuk marah dan membencimu. Justru, aku merasa kita lebih dekat setiap kali masalah datang. Kau yang kucinta, yang paling mengerti tentangku, dan selalu menyayangiku. Tetaplah jadi yang teristimewa. Tidak hanya untuk saat ini, tapi juga untuk ke depannya. Seperti aku yang akan tetap jadi milikmu, sekarang dan selamanya."
-FIN-
**Hola! I'm back \^w^/ Ada yang kangen?
Jangan lupa tinggalkan jejak ya :D Ada kritik dan saran, jangan dipendam ;) Miss you <3
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
RomanceCuma imajinasiku tentang JK :) Happy reading and enjoy~ 😊❤ High rank : #1 in roman [260417] Note! Buat chapter-chapter awal, bahasanya masih alay 😅 Tapi semakin ke bawah semakin baik. Jadi, semoga gak langsung nekan tombol back waktu baca bagian...