Reason

10.3K 620 21
                                    

020517

"Ini apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini apa?"

Mia terkekeh, terlihat senang dengan hasil editannya yang ditunjukan oleh Jungkook. "Bagaimana? Bagus, tidak?" Dia tersenyum menggoda, memancing agar sang suami memuji hasil pekerjaan photoshop-nya tadi malam.

"Kau lebih suka aku yang versi demon, ya?" Jungkook bergumam. Mata bulatnya memandangi layar ponsel, meneliti setiap sudut editan sang istri. Lumayan, tidak begitu buruk di matanya. Tapi, entah jika di mata para master artworker. Mungkin ini terbanting jauh. Mia masih terlalu dangkal di dunia edit-mengedit. Lagipula, wanita itu baru menyentuh photoshop jika mood-nya sudah mengizinkan. Jika tidak? Jangan berharap.

"Versi demon lebih menggoda daripada yang versi malaikat. Lagipula, kau tidak cocok bertingkah seperti anak baik. Kau itu badboy, petakilan, nakal, jahat, genit, centil, penggoda, kelinci panggang bau busuk!"

Jungkook mendesis kesal saat mendengar celotehan istri tersayang. Tapi, yang dikesalinya malah menunjukkan senyum lebar ala iklan pasta gigi. Menggemaskan. Jungkook akui itu. Tapi sayang, mereka masih terpisah oleh jarak jutaan mil. Jika tidak, bisa dipastikan Mia sudah memohon minta dilepaskan.

Angin subuh berembus menyentuh kaca jendela yang berembun. Udara semakin dingin, tapi juga menyegarkan. Pengharum ruangan menyebarkan aroma wangi yang menenangkan. Menemani Jungkook yang masih setia menopang dagu sambil memandangi wajah sang istri melalui layar ponsel. Entah, Jungkook harus kesal atau senang saat ini. Bayangkan saja, jam setengah lima Mia menghubungi, dan semua itu hanya untuk menunjukkan hasil editannya. Terkadang, Mia memang suka bertingkah seperti anak kecil.

"Kookie!"

"Hmm?" Jungkook bergumam, siap mendengarkan ocehan Mia kali ini.

"Kenapa kau memilihku?"

Pria itu mengerjap. Keningnya berkerut tipis. Topangan di dagu dilepaskan, diganti dengan tatapan menyelidik. "Kenapa bertanya?" ucapnya mengintrogasi.

Mia mengangkat bahu. "Hanya terpikir, kenapa kau suka denganku? Padahal, aku tak bisa apa-apa. Tidak seperti Sunhee Eonni atau Mira Eonni yang pandai bermain musik, atau seperti Sewon Eonni dan IU Eonni yang bisa bernyanyi. Bahkan, semua gadis yang di-couple denganmu pasti memiliki kelebihan masing-masing. Eunha yang imut, Yein yang cantik, Yeri yang manis, mereka semua bisa menyanyi dan men—"

"Karena wanita yang mampu membuat perasaanku bergetar hanya Jeon Areum. Apakah alasan itu belum cukup?"

Jelas terlihat Mia menarik napas, lalu meneguk ludah. Dalam sekejap, wanita itu sudah tertunduk untuk sejenak, sebelum akhirnya kembali mengangkat kepala sambil tersenyum manis. "Benar juga, hanya Jeon Areum yang mampu." Dia mengangguk-angguk dengan raut polos.

"Ada juga alasan lainnya." Jungkook menunduk seraya memandang layar ponselnya yang masih memamerkan hasil editan Mia. "Ingin tahu?" tanyanya saat telah mengangkat wajah.

"Apa?" Wanita sipit itu mengangkat alis.

Bukannya langsung menjawab, Jungkook justru mencetak sebuah senyum manis. "Bacakan dulu kalimat yang kau tulis di cover." Dia mengangkat ponsel, menunjukkan kembali editan yang dibuat sang istri.

Lebih dulu Mia menautkan alis. Tapi kemudian mulai membacakan apa yang diperintah. "Meeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control. Now, I love you because I need you and I need you because I love you." Dipandangnya Jungkook saat telah selesai dengan ketidakmengertian yang terlihat jelas di wajah.

"Artinya; bertemu denganmu adalah takdir, menjadi temanmu adalah pilihan, tapi jatuh cinta denganmu benar-benar di luar dayaku. Sekarang, aku mencintaimu karena aku memerlukanmu dan aku memerlukanmu karena aku mencintaimu." Jungkook tersenyum lembut, tatapan sayangnya jelas terlihat. "Kukira, kalimat ini sudah mewakili alasan kenapa aku memilihmu. Jadi, apalagi yang kau ragukan, Sayang?"

Semu merah jelas terlihat di pipi Mia. Wanita ini tertunduk, mencoba menyembunyikan senyumnya yang tak bisa ditahan. Tapi, dengan segera ia mengangkat wajah dan berdehem. Jungkook hanya terkekeh saat melihat istrinya yang salah tingkah. Hh ... andai mereka tak sedang berjauhan.

"Areum." Jungkook memanggil.

"Hmm?"

"I love you more than any word can say. I love you more than every action I take. I'll be right here loving you till the end (Aku mencintaimu melebihi kata yang bisa aku ucapkan. Aku mencintaimu melebihi tidakan yang bisa aku lakukan. Aku akan di sini mencintaimu sampai akhir)."

"Oh my God!!" Demi apapun, Mia langsung menutup wajahnya yang benar-benar memerah. Dia malu, tapi juga sangat senang dengan apa yang barusan didengar. Tuhan ... Jungkook memang berbakat untuk membuat wanita bertekuk lutut.

"Hah ... panas!" Mia mengipas-ngipas wajahnya yang masih memerah setelah menjauhkan tangan. Jungkook tersenyum lebar. Bangga karena berhasil membuat istri cantiknya terus salah tingkah.

"Mia—"

"Jangan katakan apapun! Aku belum siap mati muda karena terlalu bahagia!" potong Mia secepat mungkin saat Jungkook hendak bicara.

"Ah ... padahal masih banyak kalimat yang ingin kukatakan." Kelinci itu pura-pura merajuk. Tapi, Mia menggeleng dengan tegas. Membuatnya mau tak mau harus menghela napas seolah kecewa. "Baiklah, aku akan menyimpannya untuk waktu yang akan datang," gumamnya pelan.

"Bagus," cetus Mia sambil mengangguk-angguk. "Sudah jam setengah enam, aku harus tidur. Tugasku masih banyak, padahal Sabtu sudah ujian." Sambil bangkit dari posisi bertopang dagunya, Mia berceloteh.

Decakan diberi oleh oleh Jungkook. Sebagai suami, dia benar-benar paham dengan kebiasaan buruk Mia. "Jangan terlalu dipaksa, istirahat yang cukup, tapi jangan lupa untuk belajar. Good luck, Sayangku," pesannya dengan singkat.

Mia mengangguk. "Annyeong, Bunny. Jaga diri dan jaga hati, ya. Jangan lupa."

Untuk yang kesekian kalinya, Jungkook tertawa di subuh yang mulai beranjak pergi. Mia balas tertawa, tapi kemudian melambaikan tangan dan memutuskan sambungan video call. Menyisakan Jungkook yang menghela napas dan langsung membaringkan diri.

"Sudah selesai?"

Pria Jeon itu menoleh, menatap Yoon Gi dengan mata sipit khas mengantuknya. Yah ... mereka memang satu kamar untuk kali ini.

"Hhh ... andai Sunhee bisa diajak romantis seperti itu. Mungkin hidupku tidak semenyedihkan ini."

Jungkook mengerjap. Tapi, baru saja hendak bercicit ribut mengatai Yoon Gi, pria itu sudah lebih dulu menutup telinga dengan bantal.

"Ini masih pagi, jangan mengurusiku."

Sialan memang. Tapi sayang, Jungkook tak tahu kalimat apa yang pantas untuk menyebut Yoon Gi. Lagipula, dia mengantuk dan sudah saatnya untuk melanjutkan mimpi yang terputus.


-FIN-


**Krisar juseyo :D Baik di ff maupun di cover, aw! >//<

Thank you <3

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang