Flashback

8.4K 610 62
                                    

Setengah jam berlalu begitu lambat bagi Jungkook yang tengah memeluk guling di kamar tamu. Mendecih, dijauhkannya benda yang dipeluk sejak tadi. Pikirannya tertuju pada sang istri yang di kamar lain. Biasanya, dia memeluk Mia. Sekaligus juga mengecup dan membisikkan kata-kata manis yang membuat pipi kesayangannya bersemu.

Menoleh ke kiri, dia bisa melihat gelapnya malam di luar jendela. Desing halus dari mesin penyejuk ruangan terdengar lembut, mengisi kesunyian yang dirasa begitu pekat. Menarik napas, pria Jeon ini pun mengalihkan pandangan ke langit-langit. Umur pernikahannya baru tiga bulan, tapi dia sudah berani membuat istrinya menangis seperti tadi.

Disentuhnya dada yang sesak. Napas yang dalam ditarik perlahan. Satu memori lama yang sudah terkubur muncul ke permukaan, memori tentang perasaan sakit yang sama.

***

-Flashback on-

Siang itu, di salah satu hari di bulan Juni 2015, Jungkook masih sibuk dengan kegiatan berlatih dengan member BTS lainnya. Ponsel yang bergetar di meja tak dipedulikan, dia fokus pada nyanyian dan dance yang harus dihapal. Lagipula, dia tahu siapa yang mengiriminya pesan dari tadi. Mia, gadis yang dijadikannya kekasih sejak tiga bulan lalu.

Sepuluh menit kemudian, Namjoon memerintahkan mereka untuk istirahat. Seluruh member berseru gembira dan berpencar ke sana-kemari untuk melepas lelah. Tak terkecuali Jungkook, dia lansung pergi mengambil air. Badannya yang berkeringat terasa panas, setengah botol air rasanya masih kurang untuk meredam haus.

Ponsel di meja kembali bergetar. Hoseok berteriak, memberitahu Jungkook bahwa ada panggilan masuk. Berdecak, si pria Jeon mendekat dengan wajah datar. Tapi, bukannya menjawab panggilan, dia justru mematikan ponsel dan melemparnya ke sofa.

"Kenapa malah dimatikan?" Hoseok bertanya, heran dengan tingkat tak biasa dari sang adik.

"Hanya malas. Aku ingin fokus." Singkat, Jungkook memberi jawaban.

Sebenarnya masih ada yang ingin ditanyakan oleh Hoseok, tapi Jungkook sudah lebih dulu menjauh. Jadinya, pria dengan marga Jung itu hanya bisa mengembuskan napas. Namjoon di sebelahnya mengangkat bahu, sama-sama tak berminat untuk mencampuri hubungan cinta orang lain.

.

.

.

Jam lima sore, jam latihan selesai. Satu persatu dari mereka pulang ke rumah masing-masing, termasuk juga Jungkook. Pria Jeon ini bahkan berniat untuk langsung mandi saat sudah sampai nanti. Tubuhnya benar-benar lengket oleh keringat, sangat tidak nyaman.

"Apa kau sibuk?"

Baru saja keluar dari ruang latihan, Jungkook sudah menghentikan langkah. Gadis yang jadi kekasihnya bersandar di tembok, tampak seperti menunggunya sejak tadi. Senyum manis yang membuat malam-malamnya kacau tertampil sempurna. Mia mendekat, menyentuh lengan sang kekasih.

"Aku merindukanmu."

Jungkook diam. Entah kenapa, tak ada getaran senang di hatinya mendengar ucapan Mia. Dia lelah, pikirannya hanya tentang istirahat. Bukan yang lain.

"Aku khawatir, kau tidak membalas pesanku."

"Apakah harus?"

"Ya?" Mia mengerjap, menatap bingung pada Jungkook yang memasang wajah datar.

Tarikan napas terdengar panjang. "Mia, dengar. Aku memang tertutup, kecuali pada orang-orang tertentu. Salah satunya adalah kau. Kau istimewa, Min Areum. Aku mengizinkanmu mengetahui tentangku, dekat denganku, aku tidak masalah dengan itu semua. Tapi kumohon ... berikan aku ruang untuk sendiri. Kau sampai menyusulku seperti ini, hanya karena pesanmu tidak kubalas. Aku jadi merasa bersalah. Padahal aku juga punya hal lain, bukan hanya dirimu."

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang