Don't Badmood

6.5K 553 34
                                    

Jungkook baru selesai mandi saat mengetahui layar ponselnya menyala. Dengan tangan yang mengusak handuk ke kepala, pria Jeon itu mendekat ke meja tempatnya menaruh benda pintar yang jadi alat komunikasi. Senyum kelincinya muncul saat tahu yang menghubungi adalah Mia.

"Rindu denganku?" Jungkook melirik ponsel yang disandarkan ke vas bunga—sedangkan dia sendiri sibuk dengan rambut yang basah.

Wanita yang wajahnya di layar mendecih. Namun, sedikit canggung saat mengusap tengkuk yang terbuka karena model rambut yang digelung secara asal. Jungkook tersenyum tipis. Senang karena dia tidak perlu menghubungi Mia duluan.

"Kenapa? Tidak ada masalah di sana, 'kan?" Jungkook bertanya sambil membenarkan posisi ponsel agar lebih nyaman memandangi wajah istrinya.

"Eumm ... ada. Sedikit." Mia mengangkat bahu, acuh.

"Apa?"

"Tidak ada yang akan memelukku dalam beberapa hari ke depan. Juga tidak ada yang menjahiliku saat pagi. Menciumku, bermanja agar aku tidak pergi ke kampus terlalu cepat dan—"

"Bilang saja tidak rela kutinggalkan."

Jungkook tersenyum lebar, tampak sangat bahagia dengan pemikiran yang didapatnya setelah menangkap tujuan dari ucapan Mia. Tak peduli dengan wanitanya yang lagi-lagi mendecih, dia tetap memamerkan senyum polos penuh kebahagiaan. Bagi pria Jeon itu, memang tidak ada hal yang lebih menyenangkan daripada menggoda istri tercintanya.

"Ayo ke sini."

Seharusnya Mia senang mendapat tawaran gratis dari Jungkook dan bergegas mengangguk, tapi dia justru menggeleng dengan senyum yang dipaksa. "Besok pagi aku kuliah. Malam Senin juga. Aku tidak bisa menyusul ke sana." Dia memberi alasan.

Desahan kecewa terdengar dari pria Jeon yang sekarang menjilat bibir. Ya, dia tahu jadwal tetap Mia dalam kuliah. Tapi tetap bodoh mengajak wanita itu untuk datang ke Jepang. Mia yang selalu mementingkan sekolah dan perkuliahan, tentu tidak akan mau—kecuali dia sudah gila atau terlalu benci dengan kampusnya.

"Mia."

"Hmm?"

"Baik-baik di sana. Jaga Minikuki dan makan-makanan yang sehat. Jangan bergadang dan istirahat yang cukup. Jangan sampai kau mengantuk di kelas seperti kemarin."

"Kenapa tiba-tiba jadi cerewet?" Mia menopang dagu, mata cokelatnya menatap lekat wajah suami yang tetap memesona meski hanya di layar dua dimensi. "Tidak biasanya." Dia bergumam.

"Memangnya tidak boleh?" Pertanyaan dibalik, disambung dengan Jungkook tersenyum lembut. "Aku khawatir, tahu. Beberapa hari ini kau murung dan tidak bersemangat. Kau tidak menulis fanfic lagi. Kau juga mudah marah dan tersinggung sampai tidak mau mengatakan 'I love you' lagi untukku, cuma karena Noona tidak menyukainya. Padahal—"

"Aku tidak mau membahas itu." Mia memijat pelipisnya yang mendadak berdenyut sakit. Belakangan ini emosinya turun naik tak beraturan. Dia badmood, pusing dengan urusannya sendiri, tapi tidak ingin membebani Jungkook dengan menceritakan semua masalahnya. "Aku lelah." Dia beralasan, padahal jelas-jelas Jungkook tahu bahwa dia tidur hampir seharian.

"Mm. Baiklah,"—Jungkook mengalah—"tidurlah sekarang. Besok kau masuk pagi, 'kan? Semangat, ya." Pria Jeon itu tersenyum lembut, menenangkan istrinya yang memasang wajah datar tanpa ekspresi.

"Terima kasih. Ini kumatikan, ya?" izin Mia sambil mengambil ponsel, menyebabkan gambar jadi bergoyang dan menampilkan langit-langit ruangan.

"Areum." Jungkook memanggil, disambut dengan jawaban 'ya' dan wajah istrinya yang menatap polos. "Jangan badmood lagi. Ayo semangat. Suamimu rindu dengan keceriaan istrinya." Dia tersenyum, membuat Mia mau tak mau harus ikut tersenyum.

"Aku usahakan." Wanita Jeon itu mengangguk. "Kau juga, baik-baiklah di sana. Jangan terlalu mengkhawatirkanku," pesannya dengan senyum tulus.

"Menulis dan tersenyum dulu untukku. Baru aku tidak khawatir."

"Hmm?"

"Aku tidak memaksa."

Mia terkekeh pelan. Jungkook mengembuskan napas lega. Ada senang tersendiri saat melihat mata wanitanya menyipit karena tawa. Lucu, menggemaskan, membuatnya ingin terus membuat tawa itu ada di sana.

"Aku akan buatkan." Mia mengulum senyum sambil mengangguk setuju dengan syarat dari Jungkook. "Asal kau tidak khawatir."

"Aku tunggu."

"Oke. Kumatikan, ya?"

"Hmm."

Sambungan itu selesai. Jungkook mengembuskan napas. Rambutnya hampir kering, itulah kenapa dia menggantung asal handuk yang dipakainya sejak tadi.

"Mia masih suka badmood?"

Pria dengan marga Jeon itu menoleh ke tempat tidur, tepatnya ke arah pria berkulit putih yang tengah memegang ponsel. Sejak tadi, kehadirannya memang bagaikan hantu, terabaikan meski sebenarnya ada. Kasihan.

"Dia selalu badmood." Jungkook menyunggingkan senyum, tak terlalu ambil pusing dengan pertanyaan kakak iparnya—Min Yoon Gi. "Noona bagaimana?" Dia mengalihkan pertanyaan.

"Ya begitu. Masih suka membahas Taehyung dengan Mia." Yoon Gi mengangkat bahu, pusing dengan tingkah istrinya sendiri. "Kau pasti kesulitan mengurus Mia, ya?"

"Eng ... tidak juga. Karena aku sudah paham dengan sikapnya sebelum kami menikah."

Jawaban singkat dari Jungkook justru membuat Yoon Gi terdiam seribu bahasa. Itu menohok. Ya. Sangat.

Satu dentingan dari ponsel yang dipegang Jungkook memecah suasana. Ada pesan dari Mia yang masuk.


[] Apa kau tahu yang paling indah untukku? Itu wajahmu.

Apa kau tahu kegiatan apa yang lebih menyenangkan daripada memandangi hamparan bintang saat malam? Itu adalah memandangi senyummu.

Jeon Jungkook

Bagaimana mungkin dua kata itu terdengar sangat indah?

Apa aku dimantrai olehmu?

Hingga tak bisa berpaling meski hanya sekali

Jeon Jungkook

Sebenarnya kau itu apa?

Manusia ... atau seseorang yang bertugas mengurungku di hatimu hingga akhir? []


Jungkook tersenyum lebar, tak peduli dengan kerut heran yang muncul di kening Yoon Gi yang tiba-tiba merasa horror. Dalam tempo yang tak sampai sepuluh menit, Mia sudah berhasil merangkai kalimat acak dan menjadikannya puisi.

Satu pesan kembali masuk.


[] Maaf, aku sedang tidak bisa membuat yang lebih baik. Fanfic tentangmu akan update jam sepuluh. Kuharap kau belum tidur :) []


Ada emoticon yang jadi kebiasaan Mia di akhir kalimat. Emoticon smile yang sama seperti yang ada di bibir Jungkook. Yep! Jungkook tersenyum, tak sabar menunggu jarum pendek jam menunjuk angka sepuluh. Meski sekarang baru jam delapan.

Jarinya bergerak, mengetik sebuah balasan singkat.


[] Aku akan menunggu. []


-FIN-


**Jangan lupa tinggalkan jejak :*

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang