Nothing Like You and Me

5.6K 458 21
                                    

Suara dering ponsel memecah hening di kamar hotel ternama kawasan Hawaii. Pemilik ponsel—seorang pria yang masih sibuk bermain di alam mimpi—menggeliat. Kesadarannya hanya setengah saat mengambil benda persegi di samping bantal. Bahkan, matanya hanya terbuka sedikit saat memandang layar yang menampilkan wajah tersenyum seorang gadis ... GADIS?!

Secepatnya, Jungkook—si pria kelinci—meloncat bangun. Tak peduli debaran jantung dan penampilan yang kusut, dia bergegas menggeser ikon menjawab panggilan video dari kekasihnya.

"A-annyeong! Maaf, aku baru bangun." Jungkook berkata saat wajah gadisnya telah memenuhi layar ponsel.

Mia tertawa, menyebabkan mata sipitnya semakin tenggelam. Tapi tak apa, Jungkook suka itu.

"Di sana masih pagi?" Mia bertanya, membuat Jungkook menoleh ke samping dan mengangguk.

"Jam setengah tujuh," jawab pria kelinci itu dengan singkat.

"Aah ... di sini sudah jam setengah dua subuh."

Jungkook menelan ludah—yang entah kenapa terasa pahit. Teringat bahwa ini panggilan pertama Mia setelah sekian minggu mereka berpisah—biasanya dia yang menghubungi. Apalagi beberapa hari ini mereka memang tidak melakukan video call. Alasan karena kesibukan masing-masing, begitulah.

"Bogoshipo, Bunny."

Kepala yang tertunduk, sekarang terangkat perlahan demi menatap wajah cantik yang senantiasa menghiasi mimpi. Memancing Mia untuk mengangkat sebelah alis dan berkata, "Kenapa? Tidak percaya?"

Secepatnya, Jungkook menggelengkan kepala. Dia percaya, bahkan sangat percaya. Hanya saja, dia terharu. Gadisnya terlalu manis, apalagi di saat mereka terpisah seperti sekarang. Menyampingkan seluruh perasaan sakit, Jungkook tertawa dengan mata yang mulai memanas.

"Aku juga merindukanmu, Honey."

Mia tertawa kecil, menatap lurus pada wajah tampan yang ia rindukan. Jungkook salah tingkah, paginya jadi terasa manis karena kejutan tak terduga dari sang kekasih tercinta. Dan tatapan itu ... dia selalu menyukainya. Tatapan yang membuat ia tak pernah berhenti untuk mencintai sosok indah bernama Min Areum, hadiah teristimewa dari Tuhan untuknya.

"Jung?"

"Hmm?"

"I miss your kiss."

Kebahagiaan yang sempat dirasa oleh Jungkook memudar dengan cepat, tercampur jadi satu dalam keheningan ruang. Kalimat tadi menghancurkan segalanya. Ia tercekat, ingin mengatakan bahwa dirinya juga merindukan setiap kedekatan mereka. Tapi seluruhnya tertahan di tenggorokan, memaksa untuk menelan hal pahit saat raut wajah gadisnya sedikit lebih murung.

"Di sini sepi, aku bosan sendirian." Mia melapor seolah anak kecil, tapi membuka gurat baru yang menyakitkan di hati Jungkook. "Bahkan, rasanya aku sudah lupa bagaimana hangatnya pelukanmu." Ia melanjutkan sambil mendongak, mencoba menahan air mata yang entah sejak kapan sudah berkumpul.

Berbeda dengan Mia, Jungkook justru tertunduk penuh rasa bersalah. "Maaf ... aku membuatmu tersiksa," ucapnya tulus.

"Aku juga minta maaf karena sudah menambah beban pikiranmu. Bahkan, kau sampai menangis karenaku. Aah ... aku kekasih yang buruk, ya? Seharusnya aku mengerti seluruhnya dengan baik, bukannya egois seperti ini. Sok sibuk, sedikit-sedikit marah, tak ingin peduli dan ... yah! Begitulah!" Mia tersenyum miris.

"Mia ...."

"Aku mencintaimu, Bunny. Dan aku akan berusaha untuk tak egois lagi, aku akan berusaha lebih mengerti. Supaya kau tak terlalu terbebani lagi," tegas Mia sambil tersenyum meyakinkan.

"Mia ... aku tak pernah terbebani, Sayang. Dan berhentilah tersenyum dengan wajah ingin menangis. Aku tahu perasaanmu yang sakit, jangan sembunyikan itu dariku. Aku juga tahu, kau sudah terlalu lelah menahan semuanya, bukan? Selalu berusaha jadi yang terbaik untukku. Bersabar walau sulit, memahami semuanya dengan baik walau itu pahit. Tapi, yang kulakukan justru berbanding terbalik. Aku terlalu sering membuatmu kecewa, Areum." Jungkook berkata. Ia lemah, tak sanggup jika harus terus memandang gurat lelah yang gadisnya sembunyikan.

"Aku tak pernah mempermasalahkan itu. Aku hanya merindukanmu, Jung. Sangat merindukanmu sampai rasanya aku ingin pergi sejauh-jauhnya dan berteriak agar sesak ini berkurang." Tetesan air mata akhirnya jatuh. Mia menangis, dan itu hal paling menyakitkan bagi Jungkook.

"Mia ...."

"Beritahu aku ... apa yang harus kulakukan agar rindu ini terobati, Jung. Haruskah aku menyusulmu ke sana? Agar aku bisa menyentuhmu, memelukmu, menciummu?" Mia mengajukan pertanyaan dengan susah payah.

Jungkook menggeleng, matanya kembali panas. "Tunggulah sebentar lagi ... walau aku tidak tahu kapan akan pulang. Tapi aku berjanji, orang pertama yang akan kutemui setelah pulang adalah Min Areum. Tak peduli kapanpun, di manapun, aku pasti menemukannya."

"Kookie ...."

"Nothing can ever replace you and nothing can make me feel like you do, Honey. There's nothing like you and me. I just love you, Mia. Now and forever."

Sempurna sudah tangisan itu. Mia tertunduk, tak mampu menatap wajah tampan yang sekarang juga terbasahi oleh air mata.

"Aku akan matikan ini. Kau harus istirahat, Sayang. Jaga dirimu dengan baik, jangan sampai sakit karena terlalu memikirkanku. Aku akan baik-baik saja di sini, jangan khawatir." Jungkook tersenyum, tak sanggup jika harus menatap wajah gadisnya lebih lama.

"Annyeong, my baby."

Tepat setelah sambungan video dimatikan, Mia langsung menjatuhkan kepalanya ke meja. Terisak sangat keras hingga merasa tak berbeda dengan anak SD yang kehilangan permen. Merutuki jarak yang menghalangi mereka, sekaligus membenci bagaimana sang waktu menertawakan dirinya yang begitu bodoh dalam menghadapi keadaan. Ia lemah, rapuh seolah kayu yang membusuk.

Di belahan benua lain, Jungkook terpaku seorang diri dengan layar ponsel yang menghitam. Pandangannya kosong, dadanya sesak, begitu pula dengan kemelut di otaknya yang terasa panas. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Menunggu ... hanya itu.


-FIN-

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang