Jungkook bersin. Di situasi menyebalkan ini, lendir dihidungnya dirasa makin mengganggu. Di luar jendela, gerimis ringan masih betah membasahi jalanan di kota Seoul, membawa aroma khas dari sang hujan yang terkadang mengingatkan seseorang pada kenangan masa lalu. Ya, sekarang memang sudah musimnya; musim 'galau' kata Mia."Kan sudah kubilang, pakai jaket yang tebal kalau keluar rumah."
Jungkook mendengus tak suka. Dia memalingkan kepala, memandang titik air yang mengenai daun hijau. Mia berdecak sebal sambil menaruh segelas susu cokelat hangat yang baru dibuat. Wanita yang berstatus sebagai istri dari pria bermarga Jeon itu duduk. Hazel-nya menatap malas ke suami yang memasang wajah cemberut.
"Kalau begini, kau juga yang repot." Dia mendesah berat, merasa prihatin dengan suaminya yang terkena flu. Tapi itu salah Jungkook sendiri, tadi malam dia datang ke rumah hanya dengan kemeja tipis yang tidak sesuai dengan cuaca yang sangat dingin.
"Aku juga tidak mau repot seperti ini," gerutu Jungkook sambil menarik oksigen dalam-dalam, mencoba mengurangi kesulitannya untuk bernapas.
"Ck. Sini kuhangatkan." Mia mendekat, merapatkan jaraknya pada suami yang tak terlalu peduli dengan kemesraan untuk sekarang. "Nyamannya ...." Wanita Jeon itu memejamkan mata, menikmati bagaimana hangatnya tubuh sang suami di tengah dingin seperti ini.
"Kau benar-benar suka tubuhku, ya?" sindir Jungkook dengan sengau karena hidungnya tertutup tisu.
"Semua yang di dirimu juga aku suka."
"Ya, ya. Aku tahu."
"Cepatlah sembuh."
"Tenang saja."
"Jung."
"Hidungku penuh."
"Bodoh, sih."
Desis tak terima keluar dari Jungkook. Namun hanya ditanggapi dengan kekehan oleh Mia. Kulit mereka yang bersinggungan terasa hangat, mengabaikan dingin yang mencoba merongrong.
"Flu tidak enak, ya? Aku bahkan tidak bisa mencium istriku sendiri. Padahal yang pertama kali kuinginkan kalau pulang ke rumah adalah menciumnya sepuas mungkin." Jungkook mengeluh, terlihat kecewa dengan keadaannya yang menyedihkan. "Kau sedang hamil, tapi aku hampir tak pernah memanjakanmu."
"Siapa yang bilang begitu?"
"Aku."
"Oh."
"Mia ...." Jungkook frustasi, "ada banyak kosa kata, 'kan? Kenapa hanya dua hurup itu yang dipakai?"
"Karena aku rindu kecerewetanmu, omelanmu, bukan keluhanmu."
Jungkook diam.
Mia merenggangkan jarak. Wajahnya mendongak ke arah Jungkook, menatap suami yang hidungnya telah memerah karena terlalu sering diusap. Senyum tipis melengkung di bibir seiring jemari yang menyentuh bagaimana indahnya ciptaan yang Maha Kuasa.
"Lagipula, dari segi mananya kau tidak memanjakanku? Barang-barang itu, kau yang beli, 'kan?" Mia menyinggung tentang kiriman yang terus diterimanya dalam beberapa hari terakhir. "Terima kasih. Semuanya sangat berharga untukku. Aku pasti memakai dan menjaganya dengan baik."
Semburat merah memenuhi pipi Jeon kelinci. Usapan di wajahnya sangat lembut, memainkan satu angan-angan kotor yang sialnya muncul. "I-itu hanya ungkapan maaf karena aku tidak bisa selalu ada di sisimu." Dia berdehem. Canggung.
Mia tertawa kecil. Usapannya telah berhenti, tapi pelukannya kembali, bahkan lebih dekat dari sebelumnya. "Terima kasih. Kau suami terbaik."
"Tentu saja aku yang terbaik. Suamimu kan cuma aku."
Mia tak berminat untuk mendebat ucapan Jungkook. Hanya pelukannya saja yang mengerat, menambah frekuensi hangat yang dirasakan mereka berdua. Hujan sudah mulai reda, jalanan di depan rumah sedikit lebih ramai dari sebelumnya.
"Mia."
"Hmm?"
"Pelukan istri memang yang terbaik. Rasanya aku tidak ingin dilepas lagi."
"Benarkah?"
"He-em. Kau yang terhangat."
"Kau juga hangat."
"Kita sama-sama hangat."
Kekehan ringan meluncur dari Mia tanpa beban. Jungkook tersenyum meski hanya sejenak--karena lendir di hidungnya kembali mengganggu. Dia mendesah marah, berharap penyakitnya segera menghilang. Susu di meja diambil tanpa sedikit pun melepas pelukan yang erat.
"Ah. Jangan sampai tertular flu dariku, ya? Selalu pakai pakaian hangat dan jangan makan sembarangan, oke?" Mendadak Jungkook berceloteh ria untuk memberi nasihat pada istrinya yang masih asyik menikmati private time mereka berdua.
"Mm. Tenang saja. Tapi aku tak yakin apa bisa bertahan dari flu kalau kita terus sedekat ini."
"Eng ... itu--"
"Jangan dipikirkan,"--Mia tersenyum lebar--"aku tidak peduli flu, yang penting suamiku ada di sini."
"Tapi kan ...."
"Stt ... aku tidak mau mendengar protes."
"Oh, baik--HACHIM!!"
"YAK!! KUBILANG TIDAK MAU MENDENGAR PROTES, TAPI JANGAN BERSIN KE MUKAKU JUGA!"
"Aku tidak sengaja!!"
"Jungkook ...."
"Maaf. Sini-sini, kupeluk lagi." Buru-buru Jungkook membenamkan wajah istrinya ke dada. Berulang kali dia mengecup rambut yang harum sampo sebagai permintaan maaf yang tulus.
"Jangan dicium terus, nanti ingusmu ada yang lengket di rambutku."
Oke, ingatkan Jungkook untuk tidak flu lagi.
-FIN-
**Jangan lupa tinggalkan jejak 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
RomanceCuma imajinasiku tentang JK :) Happy reading and enjoy~ 😊❤ High rank : #1 in roman [260417] Note! Buat chapter-chapter awal, bahasanya masih alay 😅 Tapi semakin ke bawah semakin baik. Jadi, semoga gak langsung nekan tombol back waktu baca bagian...