Everything Will Be Oke

7.1K 513 28
                                    

By : Mia


Jangan lupa tinggalkan jejak ya ;) Happy reading <3 


-oOo-


-Author POV-


Hari terakhir ujian. Seharusnya jadi hari yang menenangkan untuk seluruh anak kuliah, tapi tidak bagi Mia. Gadis ini justru mondar-mandir tak karuan sejak pulang dari kampus. Ia gelisah, semua karena satu nilai mata pelajarannya yang mungkin jelek. Membuat Jungkook yang tadinya gembira—karena kembali akan mendapat jatah malam seperti biasa—sekarang mulai menekuk wajah dengan imut, berharap akan dilirik sejenak oleh gadis berkulit putih itu.

"Mia, sampai kapan kau ingin jadi setrikaan seperti ini?" Si pria bermarga Jeon menegur dengan nada bosan, membuat gadis di depannya menghentikan langkah.

"Sampai aku lelah dan tak bisa berjalan lagi," jawab Mia dengan sinis, lalu kembali berbolak-balik di depan Jungkook.

"Kalau begitu, aku yang duluan lelah melihatmu. Sini!"

Dengan asal Jungkook menahan tangan Mia dan langsung menarik gadis hingga duduk di pahanya. Dua hazel mereka bersitatap untuk memahami satu sama lain. Tak ada suara, hanya ada embusan napas yang sama hangatnya.

"Jadi, ada apa?"

Mia, gadis ini lebih dulu buka suara. Yah ... dia tak suka kesunyian seperti ini.

Jungkook menggeleng. "Kiss me," pintanya kemudian.

"Jika aku tidak mau?" jawab Mia dengan cepat.

"Memangnya kau tahan dengan godaan bibir ini, huh?" Jungkook meremehkan, lalu dengan sengaja meredupkan sorot mata dan mengembuskan napas berat. Bibir kissable itu membuka, menggoda siapapun yang melihat untuk segera menyentuhnya.

Tak ada jawaban. Mia terdiam dengan bola mata yang bergerak lambat saat menatap wajah manis yang tengah tersandar di sofa tersebut. Satu ciptaan Tuhan yang cukup sempurna dan sekarang ada di depannya, haruskah ia mengabaikan moment ini?

Lagu The Weekend yang berjudul Starboy mengalun dari handphone biru milik Mia yang berada di atas meja saat dua orang di sofa terlibat dalam sebuah ciuman panas. Tangan ramping itu terkalung di leher sang pria saat material lembut mereka bertemu dan saling memberi sentuhan satu sama lain. Lumatan dan hisapan silih berganti terjadi, memberi rasa panas pada tubuh dan juga ruangan. Apalagi saat tangan Jungkook bergerak pelan menelusuri punggung halus kekasihnya, hawa panas makin menjadi mereka rasakan.

Suara sentuhan mereka terdengar jelas mengisi ruangan tengah yang cukup luas, membuat siapa pun yang ada di sana pasti gelisah dibuatnya—dan beruntung, saat ini tidak ada siapa pun.

Mereka terengah saat ciuman itu selesai. Jungkook tampak makin menggoda dengan bibir yang sedikit terbuka, mengundang gadisnya untuk kembali merasai bibir merah itu. Tubuh mereka panas. Bukan hanya karena sentuhan-sentuhan ini, tapi juga dikarenakan mereka yang tak saling menyentuh dalam beberapa hari. Seluruh keinginan seolah tumpah, meledak tanpa bisa ditahan saat keduanya saling membuai diri masing-masing.

"Ah ... berciuman denganmu tak ada selesainya." Mia mengeluh saat ia lebih dulu menghentikan kegiatan ini, memunculkan senyum khas anak-anak dari kekasihnya.

"Itu karena kau menyukainya, Sayang." Jungkook mengerling, lalu mengacak pelan rambut gadisnya.

Sejenak Mia diam, lalu mulai mengusap pipi kelincinya. Tatapan matanya tajam, tapi membuat Jungkook tak bosan untuk memandang. Justru ia makin tenggelam dalam pesona mata cokelat yang tampak menggoda dengan tatapan sayu.

"Perasaanku saja atau bagaimana? Belakangan ini kau jadi semakin dewasa, baik tindakan maupun ucapan." Mia bergumam, lalu memandang lekat wajah manis pria ini.

"Dan perasaanku saja atau bagaimana? Belakangan ini kau jadi semakin cengeng, sedikit-sedikit menangis. Sangat mirip seperti anak usia empat tahun," goda Jungkook dengan tersenyum-senyum jahil.

"Bukan perasaan, tapi memang iya. Aku semakin cengeng akhir-akhir ini," jawab Mia dengan intonasi datar, membuat perasaan tak nyaman mulai menghantui Jungkook.

"Mia ... aku bercanda. Aku tak ber—"

"Aku tahu, tapi memang itu kenyataannya. Aku makin cengeng." Mia memotong, lalu mengerling. Tak lupa, ia juga mencubit gemas pipi kekasihnya.

"Benar kau tak marah?" ragu Jungkook sambil menatap gadis bermata sipit ini.

"Iya, bunny-ku sayang. Bahkan, bisa saja sebentar lagi aku akan menangis."

Kali ini Mia merebahkan kepalanya ke dada Jungkook, membuat pria ini sejenak menahan napas. Rasa hangat mulai mengalir, merasuk ke dalam setiap aliran darah dan membuat ketenangan tersendiri bagi dua orang ini.

"Aku benar-benar takut dengan hasilnya, Jung. Aku merasa buruk dalam ujian kali ini," gumam Mia sambil melingkarkan tangannya ke pinggang pria ini.

"Jangan takut, kau kan sudah berusaha dengan baik." Penuh perhatian, pria bermarga Jeon ini menepuk-nepuk pelan punggung kekasihnya. Mencoba menenangkan perasaan gelisah yang tengah dialami Mia.

"Berusaha dengan baik apanya? Aku main game setiap malam dan aku ju—"

"Stt ... aku tidak mau mendengar penyesalan. Semuanya sudah berlalu, oke? Sekarang kau tinggal menunggu hasilnya. Jadi, cukup berdoa dan berharap semuanya akan baik-baik saja. Mengerti?" tanya Jungkook sambil melirik gadisnya yang mengangguk-angguk mengerti.

Embusan napas lega terasa menerpa pipi halus Mia, meninggalkan rasa hangat di sana. Jungkook mengeratkan pelukannya, tak jarang juga mengecup rambut gadis bermarga Min ini.

"Everything will be oke, Dear. Believe me."

-FIN-


[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang