Honesty

7.3K 578 17
                                    

Gerimis mengubah hawa kota Seoul menjadi lebih dingin. Aktivitas di luar ruangan sedikit lebih berkurang dari malam-malam sebelumnya. Beberapa pasangan lebih memilih untuk berada di dalam ruangan atau menggunakan kendaraan untuk merayakan weekend mereka. Tidak jauh berbeda dari Mia, dia juga memutuskan untuk tetap berada di rumah; meski pada awalnya berencana untuk pergi ke minimarket dan membeli beberapa makanan pengisi perut.

Wanita Jeon itu memeluk guling. Tubuhnya terselimuti dengan baik, mengusir dingin yang mencoba menyentuh. Berdalih dengan kepala yang pusing, dia bermalas-malasan di sela tugas yang menumpuk. Memang bukan contoh mahasiswi yang baik (dan sebaiknya jangan kalian tiru). Sedangkan di sisi lain, matanya sibuk memandang layar ponsel yang berisi tulisan dan foto tentang konser grup suaminya di Macau.

Helaan napasnya terdengar lambat. Ini kedua kalinya dia ditinggal saat weekend, dan rasanya sangat menyebalkan. Dia juga ingin menghabiskan waktu bersama Jungkook, pria kurang ajar yang membuatnya tak bisa mengecap rasa marah terlalu lama. Seperti minggu lalu, saat dia benar-benar marah karena ketidak pekaan Jungkook yang memilih meninggalkannya demi Jimin, kemarahan itu luntur karena Jungkook tiba-tiba muncul di kampusnya, memeluknya, memberikan hadiah dan menertawakannya yang menjadi cengeng karena menangis begitu saja. Bodoh memang karena dia begitu mudah diluluhkan.

Dering pendek dari ponsel di tangan memecah lamunan. Mia mengerjap, menatap lamat layar datar si benda pintar untuk memperjelas pandangan tentang siapa yang menghubungi. Jungkook. Itu benar, 'kan? Ah, dia lupa. Konser sudah selesai satu jam yang lalu.

"Hmm, yeoboseo?" Dia menyapa, sesaat setelah menaruh benda ramping tersebut ke telinga. Dengan posisi yang miring, ponsel tentu saja tidak bergerak dari tempatnya ditaruh.

"Sedang apa?" Itu pertanyaan pertama dari Jungkook.

"Memikirkan suami yang jauh di negeri orang."

Pria kelinci yang sedang berada di belahan negara lain terkekeh. Hatinya senang saat menangkap makna lain dari ucapan sang istri. "I miss you too," jawabnya.

Kening Mia mengerut. Heran. "Aku tidak bilang rindu denganmu."

"Eum ... lalu? Kenapa memikirkanku?"

"Apa ada larangan tertulis atau secara adat kalau istri tidak boleh memikirkan suaminya?"

"Hei ... kenapa tiba-tiba jadi galak?"

"Aku tidak galak."

"Ketus iya."

"Terserahmu saja."

Hening.

Mereka bodoh.

Sudah berumah tangga hampir empat bulan, bahkan sudah memiliki calon bayi, tapi tetap saja bertengkar seperti bocah SMA. Ya ... memang kata orang, pertengkaran terkadang harus ada untuk mempererat suatu hubungan. Tapi kan rasanya kurang etis kalau harus bertengkar saat sedang LDR seperti sekarang, apalagi jika ending-nya nanti malah saling merindu dan bermanja ria antara satu sama lain dan mengumbar kalimat gombal. Lebih baik dari awal saja saling bertingkah manis, 'kan?

"Sudah makan?" Jungkook memutuskan untuk memutus hening yang meraja. Dia bosan didiamkan.

"Sudah. Tapi aku mual, jadi kumuntahkan lagi."

"Mia ...."

"Salahkan anakmu yang tidak selalu setuju dengan apa yang dimakan ibunya."

Jungkook yang mengembuskan napas terdengar jelas. Dia paham Mia tidak berada dalam mood yang bagus, tapi tidak harus membawa-bawa calon bayi mereka, 'kan? Rasanya makin ke sini, wanita Jeon itu makin ketus dengannya. Apalagi jika sudah berjauhan seperti ini.

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang