Resolved

6.7K 567 46
                                    

"Mia ... jangan marah lagi."

Pria Jeon itu frustrasi, lelah mengikuti langkah istrinya ke sana-kemari untuk membuat makan siang; meski kisarannya hanya di bagian dapur, tapi itu sudah berlalu hampir setengah jam. Setelah tadi malam dia ber-fanboy ria karena duduk di belakang IU, pulang ke rumah Mia ternyata meninggalkannya tidur. Padahal wanita itu sudah mengatakan bahwa dia menyiapkan sesuatu yang spesial. Dia juga sudah berusaha agar Mia tak marah dengan meng-upload foto sambil menyertakan caption V sign, sama seperti caption IG Mia dua hari lalu.

Tapi, semuanya sudah berantakan.

"Areum ...."

Jungkook terduduk di kursi makan, pasrah melihat istrinya yang bahkan tak mau menoleh. Ya Tuhan ... apa dosa menjadi fanboy?

"Mia ...."

Alih-alih menjawab, Mia malah memasang earphone ke telinga. Dia sibuk memasak, tidak berniat sedikit pun mendengar panggilan suami.

"Begitu salahnya kah berbahagia karena bisa dekat dengan idola? Kau juga pasti seperti itu jika bertemu idolamu. Tapi kenapa aku dijadikan pihak yang paling salah?" Jungkook menyebutkan apa yang di hati. Toh, Mia memakai earphone, 'kan? Jadi tidak bisa mendengar.

"Aku sudah serumah dengan idolaku, dan setiap hari aku jadi fangirl-nya. Jadi aku tahu yang kau rasakan."

Jeon Jungkook batuk. Bodoh. Jadi Mia mendengar apa yang dia ucapkan? Lalu, earphone? Itu hanya tipuan? Dan ... ya Tuhan, bagaimana jika wanita itu semakin marah?

"Hanya saja aku tidak suka melihat tingkahmu di sana." Mia menaruh sepiring spaghetti di depan Jungkook. "Kau seperti melupakan istrimu sendiri," sambungnya sebelum melangkah meninggalkan Jungkook dalam kebisuan.

Dapur itu hening. Harum spaghetti menggoda penciuman. Tapi Jungkook bergeming, pikirannya kusut.

Kenapa dia selalu salah di mata Mia?

Menghela napas panjang, dia pun beranjak untuk menyusul Mia ke kamar. Masalah ini tidak boleh dibiarkan berlarut. Tidak baik untuk hubungannya dengan Mia dan juga keadaan bayinya di kandungan.

Di pintu kamar, lagi-lagi Jungkook menghela napas memandang Mia yang bersandar di headboard ranjang sambil menekan remote TV; terus mencari tayangan yang pas dengan suasana hati. Setelah menutup pintu, dia pun mendekat, ikut duduk di samping Mia yang tak kunjung menoleh.

"Mia ... aku minta maaf." Dipegangnya tangan wanita yang sudah mengisi beberapa tahun kehidupannya dengan penuh warna. "Aku tidak memintamu percaya. Aku hanya ingin kau tahu, kau tidak pernah kulupakan. Aku memang bahagia bisa dekat dengan IU Sunbae-nim, tapi itu tidak sebanding dengan kebahagiaan saat bersamamu." Diusapnya punggung lengan yang terasa lebih kurus dari sebelumnya—mungkin dikarenakan beban pikiran yang ikut menguras tenaga.

Beberapa saat menunggu, jawaban yang diharapkan tak juga terdengar. Jungkook menarik napas. Dengan lembut, dibawanya Mia ke dalam pelukan. Sekali dua kali, dikecupnya juga rambut lurus wanitanya yang baru disampo. "Bicaralah, Sayang." Dia memerintah tanpa niat memaksa.

Sedetik.

Dua detik.

Hingga tiga puluh detik berlalu.

"Mia?"

"Aku cemburu."

Jungkook tersenyum, "Aku tahu." Dikecupnya lagi rambut Mia.

"Kau terlihat sangat bahagia."

"Karena itu moment langka untukku, seperti saat yang baru pertama kali bertemu dengan BTS."

"I don't want anyone else to have you."

"I'm yours, Honey. Jangan bandingkan beberapa jamku duduk di belakang IU Sunbae-nim dengan waktuku bersamamu."

Tanpa diminta, Mia langsung memeluk tubuh tegap yang menghangatkan. Ditenggelamkannya wajah di dada lelaki yang bertanggung jawab di kehidupannya selama empat bulan terakhir. Jungkook memilih diam dan mengusap rambut yang lurus.

"Aku merasa buruk karena terus merasa cemburu." Mia bergumam di pelukan Jungkook. "Aku seperti menjadi istri yang jahat."

"Stt ... kau tidak jahat. Wajar untuk wanita hamil ingin bermanja dengan suaminya. Tapi jangan terlalu berlebihan lagi, ya?" nasihat Jungkook sambil mengecup rambut istrinya.

"Maaf ...."

"Aku sudah maafkan. Sayangku, cintaku." Jungkook tertawa senang saat menangkup pipi Mia dan mencubit-cubit pelan pipi wanitanya yang semakin tirus. "Jangan merasa bersalah lagi, oke?" ucapnya dengan senyum.

Mia mengangguk dalam-dalam. Jungkook menunjukkan raut gemas; dan itu dibuktikannya dengan tindakannya yang mencubit hidung Mia hingga memerah. Untungnya wanita itu tidak memprotes, hanya mengusap hidungnya yang terasa nyeri karena perbuatan suami.

"Kookie."

"Hmm?"

"Aku lapar."

Untuk yang ini, Jungkook tak kuasa menahan tawa. Oh, God ... kenapa Mia semanis ini?

"Baiklah, baiklah. Kau mau makan apa?" Jungkook bertanya.

"Buah, dengan susu."

"Oke, fine."

Jungkook mengusak rambut Mia. Langkahnya ringan saat menuju kulkas di sudut ruangan untuk mengambil buah dan segelas susu.

Yah ... membicarakan masalah yang terjadi memang selalu membantu (untuk mereka). Dan Jungkook sungguh beruntung Mia bukanlah tipe yang sulit diajak berkerja sama, jadi itu memudahkan permasalahan mereka terselesaikan.


-FIN-


**Jangan lupa jejak dan krisar :*

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang