Je T'aime

7.6K 600 38
                                    

"Aku sudah menyiapkan sarapan. Tapi kalau kau tidak mau atau tidak suka, tidak apa-apa tidak dimakan."

Mia yang baru bangun tidur terpekur di tempat. Kepalanya masih pusing setelah kehujanan tadi malam, tapi Jungkook malah menambahi dengan perkataan dan tindakannya sekarang. Pria Jeon itu tampak canggung saat menaruh nampan berisikan segelas susu dan sepiring roti selai cokelat. Yah. Tadi malam mereka memang sedikit berteng—ah, tidak. Bukan bertengkar, tapi Mia merajuk dan terus menyalahkan Jungkook; hanya dikarenakan Jungkook memilih 'Liya' (ARMY dari Indonesia) sebagai teman sekamarnya. Wanita Jeon itu hampir menangis, tapi menolak dijemput meski kondisinya terjebak di sebuah kedai karena hujan yang turun sedemikian deras. Padahal awalnya mereka sudah berbahagia karena jadwal perkuliahan Mia dibatalkan. Tapi, semua kacau karena sebuah post it saat fansign. Sungguh, sikap sensitif Mia kadang merepotkan.

"Appa sudah pulang pagi-pagi, katanya ada yang harus dilakukan di sekolah." Jungkook memberitahu. Tadi malam Mia memang berada di kedai bersama ayahnya. Bayangkan! Bagaimana bersalahnya Jungkook saat melihat ayah mertuanya datang mengantarkan Mia. Dia malu karena terlihat seperti suami yang tidak berguna. Untungnya saja, pria berusia enam puluh tahun itu tidak ambil pusing dan segera masuk ke kamar tamu. Ya ... hitung-hitung sekalian mengunjungi anak perempuan semata wayangnya.

"Mia? Kau baik-baik saja?"

Pertanyaan bernada khawatir itu menyadarkan Mia dari lamunan. Jungkook menatap cemas, takut kalau-kalau istrinya demam. Sejak tadi malam, dia memang tidak berani menyentuh Mia lebih jauh. Padahal dia ingin sekali memberi pelukan hangat pada wanita yang pasti kedinginan itu.

"Mi?"

"Mm. Aku baik-baik saja." Mia bergumam, bergegas menyingkap selimut dan berniat turun dari ranjang. "Aku ke kamar mandi dulu," izinnya pada Jungkook yang mengangguk pelan.

Lima menit berlalu. Jungkook gelisah di tempatnya duduk—tepi tempat tidur. Tapi segera mengembuskan napas lega saat melihat kesayangannya keluar dari kamar mandi dengan wajah yang memutih. "Mau sarapan sekarang?" Ia menawarkan.

"Kau sendiri bagaimana?" Mia mengambil gelas susu dan duduk di kursi belajar yang memang di sediakan. "Sudah sarapan?" lanjutnya.

"Aku sudah." Senyum tulus hadir di bibir Jungkook. Pria Jeon itu diam, fokus memandang wajah istrinya yang sedikit pucat. "Aku ... minta maaf," ungkapnya saat Mia baru meneguk susu. "Tujuanku hanya ingin menyenangkan fans. Kau pasti paham tuntutan pekerjaanku bagaimana."

Mia menjilat bibir yang manis oleh susu. Mata cokelatnya tertuju pria yang tak berani memandang ke arahnya. Jungkook salah tingkah karena rasa bersalah di hati. Ya, Mia paham itu. Tapi ... salahkah jika dia egois sesekali? Selama ini dia lelah menahan sendirian. Urusan kuliah, kehamilan, dia jarang mengeluhkan pada Jungkook karena tidak ingin menambah beban pikiran pria yang sedang berusaha membahagiakannya. Tapi saat kesensitifannya muncul, semua kekesalan jadi meledak.

"Lupakan saja masalah tadi malam. Kau tidak salah, aku yang keterlaluan karena terlalu cemburu. Ke depannya aku akan berusaha lebih baik dalam mengatur emosi." Mia mengambil keputusan. Tidak ingin berlarut terjebak dalam masalah yang menyebalkan.

"Tapi—"

"Aku benar-benar minta maaf sudah membuatmu tidak nyaman dengan sikapku."

"Kenapa tiba-tiba berbicara formal?" Jungkook mengambil napas. "Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri. Aku juga salah, selalu membuatmu sakit hati dengan pekerjaan ini."

"Itu resiko yang harus kutanggung."

"Mia ...."

"Kau harus ke dorm, 'kan? Mulailah bersiap-siap." Mia bangkit dan menuju lemari untuk mengambil celana serta kaos.

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang