Honesty (2)

6.8K 594 41
                                    

Hening.

Ruangan kamar berdominasi warna hitam dan putih itu hanya diisi dengan suara pendingin ruangan yang berdesing lembut. Sedang dua penghuninya saling diam dengan selimut menutupi kaki. Jungkook sibuk dengan game di ponsel, sedangkan Mia tenggelam dalam novel yang baru dibeli. Mereka tak berkomunikasi, tapi sama-sama mendengarkan lagu melalui headseat yang dibagi dua.

Hingga jam menunjuk angka sembilan, baru Jungkook berdecak dan menaruh ponsel ke nakas secara sembarangan. Dia bosan, selalu kalah memainkan game di ponsel Mia. Sekarang Jungkook heran, bagaimana cara Mia bisa terus naik level hingga hampir mencapai dua ratus, sedangkan dia menyelesaikan lima level saja sudah kesulitan.

"Areum ...." Kelinci Jeon itu mulai merengek—dengan tangan yang melingkari pinggang Mia. "Look at me." Disentuhnya pipi sang istri, sengaja membuat wajah mereka berhadapan.

"Kenapa? Ada apa? Aku belum selesai—"

"Aku mau melihat wajah istriku. Tidak boleh?"

"Aku tidak suka nada suaramu. Ketus begitu."

Jungkook berdehem, bergegas memperbaiki posisi dan membuatnya jadi lebih intim. "Besok mau jalan-jalan denganku, tidak?" Dia menawarkan; sambil memandangi wajah datar sang istri.

"Jalan-jalan ke mana?"

"Kau mau ke mana?"

"Aku mau di rumah. Lagipula besok ada jadwal kuliah."

"Sayang sekali. Padahal besok aku punya banyak waktu."

Mia bergeming mendengar ucapan Jungkook. Dia kembali meraih novel yang ditaruhnya ke samping, membuka lembaran yang dilipat dan memfokuskan diri ke sana. Dan saat pria Jeon itu melepas pelukan dan lebih memilih untuk menyandarkan diri ke headboard ranjang, dia tetap tak bereaksi lebih, tetap sibuk menghayati setiap baris kata yang tertulis.

"Mia."

"Hmm?"

"Kenapa kau semakin dingin? Bicara seperlunya, tidak pernah memprotes, tidak pernah meminta. Aku ... merasa kau berubah,"—Jungkook menghela napas—"aku rindu Mia yang cerewet, bukan yang pendiam."

Manik cokelat yang awalnya bergerak mengikuti baris demi baris kalimat, sekarang berhenti dan menatap tanpa arti ke lembaran buku. Ada perasaan sakit yang mengiris, pelan tapi dalam. Ucapan tadi menyakiti secara tak langsung.

"Aku tidak berubah, kok." Mia berusaha keras menahan perasaan yang lambat laun terasa makin menyesakkan. "Aku hanya ingin menyesuaikan diri dengan keadaanmu sekarang. Aku tidak ingin menambah bebanmu dengan segala protes menyebalkan. Aku juga tidak ingin membuatmu kerepotan dengan permintaanku yang sangat banyak. Aku sadar, bertingkah terlalu manja tidak membuat keadaan jadi baik. Bahkan itu malah jadi mengganggu."

"Siapa yang bilang begitu?" Jungkook menghadapkan tubuhnya ke Mia. "Siapa yang bilang kalau kemanjaanmu menggangguku? Berani sekali dia membuat istriku jadi berpikiran macam-macam seperti ini."

Tidak langsung menjawab, Mia justru menggelengkan kepala. "Aku hanya merasa seperti itu," ucapnya.

"Kenapa kau merasa seperti itu?"

"Di Macau. Padahal masih banyak yang ingin kubicarakan, tapi aku malah membuatmu terang-terangan mengatakan 'kehilangan mood'. Aku berpikir, aku pasti sangat mengganggumu. Kau juga pasti lelah menghadapi tingkahku yang manja, kekanakan dan merepotkan. "

"Mia ...."

"Aku minta maaf, Jung."

Pria Jeon itu menarik napas dalam-dalam. Ada segaris luka yang muncul karena kejujuran sang istri, apalagi saat dia teringat kata-kata yang dikirim Mia tempo hari. Sedikit banyak, dia jadi merasa bersalah. Ke mana dia saat istrinya memerlukan teman? Atau, di mana dia saat istrinya ingin mengobrolkan banyak hal? Dia justru menghilang, termakan egois yang berujung perih seperti sekarang.

"Kemari. Aku akan jelaskan sesuatu." Ditariknya Mia ke dalam pelukan yang hangat. Satu kecupan mendarat di rambut yang lurus, berlanjut dengan kecupan-kecupan berikutnya. "Pertama. Aku minta maaf karena sudah membuatmu berpikir seperti itu. kedua, aku tidak pernah merasa terganggu dengan segala kemanjaan dan permintaanmu. Bahkan aku merasa gembira karena bisa berguna untukmu. Lagipula, 'kan sudah seharusnya istri bermanja pada suami. Dan lagi, aku juga tidak pernah mempermasalahkan protesmu. Aku justru tidak suka jika kau memendamnya seperti saat aku liburan bersama Jimin Hyung kemarin. Jadi ... hilangkan pikiran bahwa kau akan mengganggu atau merepotkanku." Jungkook mengacak gemas rambut Mia yang lurus. Senyumnya yang manis tersampir di bibir, mencoba meyakinkan sang istri atas apa yang barusan diucap.

Mia diam, tak berani menjawab perkataan Jungkook. Hingga pria itu mengusap pipinya, baru ada setetes air mata yang jatuh. Tarikan napas dari Jungkook terdengar berat, tampaknya begitu bersalah karena sudah membuat tangisan itu muncul.

"Aku minta maaf. Kusangka kau yang berubah, tapi ternyata aku sendiri yang jadi penyebab. Kau pasti banyak merasakan kesulitan karena suami yang tidak peka ini." Jungkook meneguk ludah pahit. Tangannya masih mengusap pipi yang basah.

"Mia ... kau mau memaafkan suami yang tidak peka ini, 'kan?" Jungkook memohon, tidak tahan melihat istrinya terus menangis tanpa suara. Itu lebih menyakitkan daripada melihat Mia tersedu sedan.

"Mia ...." Jungkook hampir putus asa untuk memancing istrinya bersuara.

"Mia ...."

"Aku tidak pernah marah denganmu. Jadi berhentilah meminta maaf dan mengatakan bahwa kau suami yang tidak peka. Bagiku, kau yang terbaik dalam memahamiku." Mia memegangi lengan Jungkook. Susah payah, dia tersenyum agar suaminya tak terlalu merasa bersalah. "I love you."

Jungkook meneguk ludah. Matanya sendu saat menatap Mia.

"Terima kasih karena sudah mencintaiku."


-FIN-


**Jangan lupa tinggalkan jejak :* Ah ya, maaf karena akhir-akhir ini jarang balasin komentar  (dan kalaupun dibalas, pasti telat) TT_TT Maaf banget yaa TT_TT Efek lagi ngehemat kuota yang menipis TT_TT Tapi makasih buat yang selalu baca dan kasih vote maupun komentar. Love you  \/(^_^)\/

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang