Hai, Babe! Love You

32.4K 1.6K 9
                                    


Kuhentikan kegiatanku bermain game saat pintu rumah dibuka. Dari sana seorang yeoja dengan wajah manis dan rambut diikat tinggi masuk. Dia langsung mendekatiku, mengecup kening dan mengacak rambutku.

"Appa dan Eomma mana?" Tanyanya sambil duduk di sampingku. Ditaruhnya asal tas dan jaket yang dipakainya.

"Mungkin sudah di kamar, bagaimana kuliahmu tadi?" Aku meliriknya sekilas, lalu kembali bermain game.

"Ya begitulah. Kau menginap lagi di sini?"

Aku mengangguk-angguk, malam ini aku memang menginap lagi di rumah Mia—ntah kenapa aku menyukainya. Rumahnya nyaman dipakai untuk tidur, ya... Walaupun Eomma selalu mengomel aku menginap di rumah Mia, tapi ya sudahlah. Toh, pemilik rumah juga tidak keberatan aku menginap di rumah mereka. Bahkan Mia Eomma menyuruhku sering-sering menginap.

Tapi setelah beberapa menit hanya ada keheningan, akupun menoleh ke samping, memandang yeoja manis yang kusukai ini. Keningku berkerut melihatnya yang setengah melamun, ada apa lagi hingga dia melamun? Ada masalah lagi atau bagaimana?

Kutepuk bahunya pelan, dia tersadar dan memandangku dengan tatapan bertanya. Aku tersenyum dan merangkulnya dengan satu tangan, sedangkan satu tanganku yang lain untuk menepuk-nepuk bahunya. Dia langsung menyandarkan kepalanya ke bahuku, menyembunyikan wajahnya di sana. Kebiasaannya jika merasa bersalah denganku, tidak berani bicara sambil memandangku. Tapi kali ini dia merasa bersalah karena apa lagi? Seingatku dia tidak ada melakukan kesalahan kepadaku belakangan ini.

Aku tetap menepuk-nepuk pelan bahunya, "Ada apa?" Tanyaku lembut.

"Aku pacar yang menyebalkan, ya?"

Aku menaikkan sebelah alisku, pacar yang menyebalkan? Kenapa bisa dia berpikiran seperti itu?

"Kenapa... Berpikir seperti itu?" Tanyaku sambil memandangnya yang masih tertunduk.

"Shin Ya Eonni mengomel karena aku terus membullymu. Dia bilang, seharusnya aku menyayangimu, memanggilmu dengan panggilan sayang, babe, Oppa, atau apalah. Bukannya kelinci, bocah,baby bunny dan yang lainnya. Padahal dia sendiri memanggilmu kelinci."

Aku diam sejenak, jadi itu masalahnya? Aaah... Dasar sensitive, sedikit saja mendengar ucapan orang lain, pasti langsung dipikirkan secara berlebihan. Di luar saja bertingkah baik-baik saja, tapi di dalam? Malah terluka.

Aku menarik nafas, mengecup rambutnya yang harum shampoo, "Kalau kau memang menyebalkan, pasti aku tidak akan bertahan selama ini bersamamu." Ucapku.

Dia diam, memeluk pinggangku dan masih tak berani mengangkat kepala. Aku diam memandangnya, mengusap rambut lurusnya dari samping lalu turun ke pipinya dan berakhir dengan mendongakkan wajahnya ke arahku.

"Kelinci, baby bunny, bocah, bukannya itu adalah panggilan sayangmu untukku? Panggilan berbeda yang membuatku selalu rindu denganmu. Shin Ya Noona mengomel karena tidak biasa seperti itu dengan kekasihnya, tapi aku sudah terbiasa dipanggil seperti itu. Bahkan akan sangat aneh jika mendengar kau memanggilku sayang, atau panggilan manja lainnya." Ucapku panjang lebar sambil memandang matanya yang tidak berkedip.

Tapi kembali dia tertunduk, "Jadi, aku bukan pacar yang menyebalkan?" Tanyanya pelan.

Aku tertawa kecil, menariknya ke dalam pelukanku dan mencium pipinya, "Kau tidak menyebalkan, hanya saja terkadang bisa jahil."

"Aku jahil dari mana?" Gumamnya di pelukanku.

"Ya jahil, terkadang dengan sengaja bermanja-manja dengan Jimin atau Suga Hyung di depanku. Kau pikir pacarmu ini tidak cemburu, huh?"

"Maaf, tapi mereka yang membuatku ingin bermanja."

"Kau ini kurang belaian dariku atau bagaimana?"

"Kurang belaian, kurang belaian! Kau kira aku apa!"

Aku tidak menjawab, hanya tertawa dan mengacak rambutnya. Dia melepaskan pelukanku dan langsung mencubit pipiku yang berisi, "Tapi baguslah jika aku bukan pacar yang menyebalkan. Itu membuatku lega." Ucapnya sambil tersenyum lebar.

Aku balas tersenyum, yeoja yang polos memang. Dia memandang jam di tangannya, berdiri dan mengambil jaket serta tasnya yang tergeletak sembarangan di sofa.

"Anak kecil harus tidur sekarang. Jangan sampai besok terlambat pergi sekolah." Ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Aku mencibir, menyambut uluran tangannya dan langsung mencubit hidungnya, "Jika aku anak kecil, kau itu apa? Bayi? Bukannya kau lebih muda dariku?" Tanyaku sambil merangkulnya dan membawanya menuju kamar.

"Ntahlah aku ini apa. Tapi, ya'! Jangan bilang kau ingin tidur di kamarku! Tidak boleh!" Protesnya saat kami sampai di depan kamarnya.

Aku mempoutkan bibir, "Jauh-jauh aku datang, masa iya aku tidak boleh tidur bersamamu? Kelinci manismu ini rindu pelukan hangat." Aku tercengir lebar, berharap dia akan memenuhi permintaanku.

Tapi gelengan kepalanya menjelaskan semua. Aku menekuk wajahku lesu, "Aku ingin dipeluk." Gumamku sambil berbalik dan berniat menuju kamar yang biasa kutempati.

"Kookie Oppa."

Langkahku terhenti mendengarnya memanggilku 'Kookie Oppa'. Dengan cepat aku berbalik dan...

Mataku mengerjab ketika dia mengecup bibirku, sebentar memang, tapi wajahku langsung memerah. Dia tersenyum lebar dan mengacak rambutku, "Selamat malam, kelinci manis. Tidurlah dengan nyenyak dan jangan bangun sebelum pagi, love you." Ucapnya sebelum masuk ke kamar dan menutup pintunya.

Aku tertegun diam, tapi kemudian tersenyum. Kusentuh bibirku yang diciumnya, aah... Dia memang pacar yang tidak bisa ditebak pikirannya. Terkadang dingin, terkadang manis, terkadang lagi tidak peduli sama sekali. Tapi yang pasti, dia selalu menyayangiku. Oke, Babe! Good night, love you too.

-END-

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang