Don't Hurt Anymore, Babe

9.6K 588 22
                                    

By : Mia

Jangan lupa tinggalkan jejak ya ^_^ Happy reading <3


-oOo-


-Mia POV-


Kuketuk pelan pintu kayu di hadapanku ini, kemudian dengan hati-hati memanggil nama si pemilik rumah. Tak hanya sekali aku menghela napas karena gugup dan cemas, aku tak sabar ingin bertemu dengannya.

"Jung—"

"Aku di sini, Mia."

Pintu terbuka, sebelum panggilan tadi kuselesaikan. Sekarang di hadapanku, berdiri seorang pria dengan senyum khasnya yang tetap manis seperti biasa. Tapi, melihatnya seperti ini, mataku justru memanas. Bodoh memang.

"Kookie ...."

Setetes air mata, jatuh meluncur tanpa izin sama sekali. Membuat Jungkook langsung panik dan menarikku ke dalam peluknya yang hangat.

"Hei ... kenapa tiba-tiba menangis? Aku baik-baik saja, Sayang." Dengan lembut ia bersuara untuk menenangkan, tapi tak membuat sesak di hati ini jadi berkurang.

"Bodoh! Kookie bodoh! Kau nakal! Kelinci jahat! Aku benci dengan kelinci sepertimu!" cercaku sambil memukul-mukul dada dan lengannya.

"Haha, aku juga benci dengan gadis sepertimu." Dia menjawab.

"Jangan bercanda!" Aku memprotes sambil melepas pelukan dan mengusap air mata yang membuat pipiku jadi basah.

Senyum lembutnya muncul. "Aku mencintaimu, Jeon Areum," lanjutnya dengan kerlingan nakal.

"Yak! Ini bukan saatnya untuk menggoda, sialan!" Aku menangis makin keras—tapi, sedikit karena tertawa mendengar ucapannya.

Tangannya mengacak pelan rambutku. "Ayo masuk," ajaknya kemudian sambil merangkulku.

Aku menurut, membiarkannya untuk membawaku masuk. Di jalan, sempat-sempatnya aku menghapus air mata.

"Nah, duduk di sini. Aku akan membuat—" Dia menghentikan ucapan saat tanganku lebih dulu memeluk tubuhnya.

"Di sini saja, aku ingin bersamamu." Aku meminta dengan nada rendah.

Dia tersenyum. "Baiklah, baiklah. Ayo duduk," ajaknya sambil melepas pelukan dan membawaku duduk di sofa.

"Bagaimana UTS-mu tadi?" tanyanya sambil mengusap rambutku dari samping.

"Kami tidak jadi UTS, dosen yang mengajar tidak jadi masuk." Sambil menjawab, aku merebahkan kepala ke bahunya.

"Jadi, kau langsung ke sini setelah dari kampus?"

"Iya."

"Kenapa tidak ke rumah dulu, hmm?"

"Memangnya salah mengunjungi kekasih sendiri?" Aku menggerutu sambil memainkan kancing kemejanya.

"Tidak salah. Tapi, kenapa kau memainkan kancing kemejaku? Ingin membukanya atau bagaimana?" liriknya sambil mengusap pipiku.

Aku mendongak. "Aku lapar," keluhku.

"Lapar? Kau belum ma—"

Ucapannya kuputus dengan sebuah kecupan di bibir, kemudian berlanjut dengan menyesapnya pelan. Kau tahu? Merasakan material lembut yang manis ini sudah seperti candu bagiku. Dan enam hari tak mendapat asupan darinya membuatku hampir gila karena terus-terusan merasa rindu. Tapi, salahku juga yang meminta untuk fokus pada kegiatan kuliah dan merelakan dia tak menciumku selama beberapa hari.

Kembali ke awal. Aku tak sadar, sejak kapan ciuman ini makin memanas. Tapi, sekarang dia mulai mendominasi permainan. Yah! Jungkook tak akan pernah membiarkanku untuk menguasainya. Dan bisa kurasakan pasokan oksigenku menipis, tapi tak ada sedikitpun tanda-tanda dia akan berhenti.

Lidah itu bermain, membuai seluruh bagian bibirku dengan lembut. Menciptakan getar aneh yang membuat tubuh ini makin memanas. Tak sadar, tanganku yang berada di lehernya mulai bergerak naik, mengacak pelan rambutnya untuk memberitahu rasa panas yang kurasakan. Tapi, hal ini sepertinya membuat dia makin bersemangat untuk membuat tubuhku bereaksi lebih atas sentuhannya. Sialan memang!

Dan akhirnya, dia memberiku ruang untuk bernapas. Kesempatan berharga ini tak kusia-siakan, segera aku menarik oksigen sebanyak yang kubisa.

Tawanya terdengar. "Bagaimana? Masih kurang puas?" Ia bertanya sambil mengusap bibir yang tadi diciumnya.

Aku menggeleng. "Aku menyerah! Lama-lama berciuman denganmu, bisa membuatku mati lebih cepat."

"Benarkah? Padahal jika kita menikah nanti, hal pertama yang wajib kau lakukan setiap hari adalah menciumku." Dia mengerling, membuatku langsung membayangkan hari-hari yang kulalui jika jadi istrinya.

"Ah ... kau membuat tubuhku panas," ucapnya saat aku hanya terdiam.

"Kau juga membuatku panas, tahu!" Aku balas menggerutu.

"Tapi kau membangunkannya."

"Hah?"

"Itu ...."

Aku mengikuti arah pandangannya. Dan ....

"Mesum!" sentakku dengan wajah yang memerah. Tapi, dia hanya terkekeh melihat reaksiku.

"Aku ke kamar mandi dulu. Dan jika tidak ingin mendengar desahanku yang menggoda, tutup saja telingamu dengan earphone di sana," ucapnya sambil menunjuk earphone yang dimaksud.

Aku mendesis sinis. "Dasar kelinci mesum!"

"Kau yang membuatku jadi mesum, dan seharusnya kau yang bertanggung jawab untuk menidurkannya lagi."

"Ambigu!"

"Kau pura-pura," ejeknya sambil menjulurkan lidah.

"Ck! Sana, selesaikan urusanmu!" usirku sambil mendorong tubuhnya.

"Iya-iya," jawabnya sambil berdiri dan bersiap menuju kamar mandi.

Tapi, aku tertegun saat melihat luka di kakinya. Lagi, rasa sakit muncul begitu saja di hatiku.

"Jung ...." Aku memanggil, sebelum dia semakin jauh dariku.

Dia menoleh. "Ya?"

"Jangan terluka lagi, bunny. Itu menyakitkan untukku yang melihatnya," mohonku sambil menatapnya.

Seulas senyum manis yang menenangkan diberikan olehnya. "Akan kuusahakan. Jadi, jangan khawatir lagi," jawabnya.

Aku tersenyum, lalu membiarkannya untuk masuk ke kamar mandi. Bunny, cepatlah sembuh dan jangan terluka lagi.

-FIN-

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang