Trust Me!

6.4K 503 37
                                    

Sampai di Korea, tidur. Setelah tidur, langsung menghampiri Mia di rumahnya. Melelahkan memang, tapi Jungkook harus melakukan ini. Gadis itu marah padanya, dan ia harus menyelesaikan segalanya sebelum semakin memburuk. Walau sebenarnya ia tak terlalu mengerti masalah kali ini. Mia marah padanya karena teori seorang shipper antara dirinya dan seorang gadis dari member girlband. Padahal seharusnya Mia marah pada pembuat teori, bukan dirinya. Benar, 'kan?

Namun, saat baru sampai dan membuka pintu rumah, dirinya langsung disambut oleh Mia yang tengah mengobrol dengan seseorang melalui ponsel. Gadis itu hanya melirik sejenak, lalu kembali tertawa saat mendengar ucapan lawan bicara. Hmm ... cukup menyebalkan di sela tubuh yang terasa lelah seperti sekarang. Tapi, Jungkook harus sabar.

"Dia sudah datang. Kututup dulu, Eonni. Tenang saja, aku sudah menyiapkan bully-an yang paling tepat untuknya."

Jungkook mendengus sebal mendengar ucapan Mia tentangnya. Tapi, gadis itu justru menatap dengan senyum manis saat baru saja menaruh ponsel ke meja.

"Kemari," suruhnya sambil menepuk sofa.

Jungkook bergerak dengan malas. Ia duduk, tapi pahanya langsung dijadikan bantal oleh Mia. Tak ada raut kemarahan atau kekesalan di wajah manis yang jarang tersentuh peralatan make-up tersebut. Yang terlihat justru keceriaan dan kegembiraan.

"Welcome home, Bunny!"

Sungguh! Daripada dibuat bingung seperti ini, Jungkook lebih memilih agar Mia memaki hingga menangis sesegukan saat menyampaikan seluruh keluh kesahnya. Seperti yang biasa terjadi sebelum-sebelumnya.

"Mia."

"Hmm?"

"Kau tak marah?"

"Untuk apa aku marah?" Gadis bermata sipit itu menaikkan alis, meminta penjelasan pada Jungkook yang makin kebingungan.

"Bukannya kau marah padaku? Sampai menjadi anti Jungkook selama dua hari?"

Kali ini Mia tak mampu menahan tawa. "Kau percaya begitu saja kalau aku jadi anti dirimu, huh? Mana mungkin!" ucapnya.

"Lalu?"

"Aku tak marah denganmu, Bunny. Trust me!"

"Lalu? Bagaimana dengan pemilik akun @latte8? Kau marah dengannya? Jangan bilang kau mengirim chat padanya dan membuat keadaan makin kacau!"

Mia menggaruk keningnya yang terasa gatal. "Tidak, kok. Aku tidak marah dengannya, aku juga tidak mau ambil peduli walau sebenarnya aku ingin tertawa melihat dia."

"Memangnya apa yang dia lakukan?"

"Apa yang dilakukan? Entahlah! Aku juga bingung menjelaskannya bagaimana. Yang jelas, dia menyebut akunku serta tiga akun lainnya sebagai pengganggu. Dia mengatakan, tiga akun lainnya sengaja dibuat. Ditambah lagi, di salah satu akun dia menyebut namaku, seolah akun tersebut adalah milikku. Padahal semua akun yang disebut adalah milik orang yang berbeda. Dan lagi, sejak di-mute waktu itu, aku tak lagi mengurusi dia. Teori atau tulisan apa lagi yang dia buat di work wattpad-nya pun aku tidak tahu. Aku terlalu fokus pada makalah dan presentase-ku pada hari Sabtu dan tadi malam."

"Lalu, kau tahu dari mana jika kau saja sibuk dengan kuliahmu?"

"Seseorang."

"Apa yang ingin kau lakukan sekarang?"

"Tidak ada! Aku hanya ingin tertawa. Apakah itu tingkah dari orang yang katanya dewasa? Padahal dia sendiri yang memblokir sebelum aku sempat menjawab pertanyaannya."

"Jadi, apa kau mengira bahwa sikapmu ini dewasa?"

Satu pertanyaan berhasil membuat Mia terdiam. Raut keceriaan yang tadi terpasang, sekarang terlepas dan terganti oleh raut datar yang ditatap lekat oleh Jungkook. Gadis itu menarik napas, kemudian menerawang ke langit-langit berwarna putih.

"Tidak." Singkat, ia memberi jawaban.

"Jika kau tahu ini tidak dewasa, kenapa masih melakukannya? Kenapa kau tetap menyindir dan membicarakannya seperti ini? Kenapa tidak dibiarkan saja? Bukannya ini menunjukkan bahwa kau sama saja seperti dia?"

Mia bangkit, mata cokelatnya menatap Jungkook.

"Karena aku ini keras kepala."

"Mia!"

"Aku ini keras, Jung. Aku bukan orang yang mudah mengalah, apalagi jika aku tahu itu bukan kesalahanku. Setidaknya, aku ingin dia tahu bagaimana rasanya jadi bahan pembicaraan melalui tulisan di wattpad. Karena percuma hanya memberitahunya melalui chat pribadi."

"Tapi—"

"Tenang saja, aku sudah berniat ini terakhir kalinya menyindir dia. Selanjutnya, mau dia menyindirku lagi atau mengataiku pengecut sekalipun, aku tak peduli. Karena aku tahu pasti yang benarnya seperti apa."

"Min Areum ...."

"Maaf untuk tingkah kekanakanku ini, Jung. Tapi, aku memang harus menanggung semua yang sudah kulakukan. Aku yang memulai, maka aku yang harus mengambil keputusan di akhir. Terserah, aku dicap haters atau apa, aku tidak peduli. Aku juga tidak peduli jika image-ku jadi buruk di mata teman-temannya. Toh, mereka yang mengecapku buruk tidak tahu apa-apa tentang masalah ini. Mereka hanya tahu dari apa yang ditulis, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Lagipula, dari awal aku memang tidak pernah menyembunyikan identitasku. Tidak seperti mereka yang tahu tentangku, tapi tidak berani menunjukkan siapa mereka." Mia tersenyum, menepuk bahu Jungkook yang tercekat saat mendengar jawaban darinya.

"Apa kau akan baik-baik saja?" Pria Jeon itu bertanya. Lambat, penuh penekanan.

Sebagai balasan, Mia lagi-lagi tersenyum. "I'll be fine, sure! Karena aku mengakui semua kesalahan yang kubuat dan akan bertanggung jawab dengan cara menanggung akibatnya, bukan malah menyembunyikan dan terus berdalih ke sana kemari."

Diam, segalanya hening, menyisakan jam yang berdetak memenuhi seisi ruang. Dua orang di sofa saling pandang, menunggu ucapan dari bibir lawan bicara. Tapi, hingga menit berlalu, tetap tak satu pun kata yang terlontar. Mia menarik napas, kemudian mengangkat bahu sambil mengulum senyum.

"I'll be fine. Trust me, Bunny! Aku akan menutup mata dan telinga tentang mereka, aku juga akan membiarkan atas apapun yang ingin mereka katakan atau lakukan. Aku juga berjanji, tidak akan melakukan kesalahan seperti ini lagi. Aku akan berusaha mengurasi sifat kekanakanku saat sedang sensitif, percayalah!"

Kali ini, seulas senyum tipis menghadiri wajah Jungkook. Pria ini menggerakkan tangan, menyentuh rambut lurus yang harum oleh shampoo.

"Aku memegang ucapanmu, Mia."


-FIN-


**Ini curhatan, ya :D Dibuatnya memang semalam, tapi share-nya hari ini. Bingung? Intinya gini, "Gimana rasanya kalau ada yang nuduh kamu buat akun baru buat ngebully dia? Sedangkan nyatanya, kamu sibuk sama kehidupan nyata dan gak pernah peduli sama dia. Dan akun yang disebut sama dia pun, akun orang lain." 

Jelas, 'kan? Bisa ngerti, 'kan? :D

Khh~ tolong beri masukan yang bagus buat authornya ini ya supaya bisa lebih bijak dalam bertindak :D Soalnya beneran udah gak mau ambil peduli lagi, walau nantinya mungkin bakal disindir atau apalah :D Thank you <3

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang