Aroma hujan menyeruak, menyentuh pernapasan seorang gadis yang tengah memegang cangkir berisikan susu cokelat hangat kesukaannya. Ia yang duduk di jendela, menatap kosong kegelapan malam. Lagi, hatinya gundah untuk yang kesekian kali karena sesosok pria manis bergigi kelinci yang biasa ia panggil 'Jungkook' atau 'Bunny'.
Menarik napas, ia pun menatap cokelatnya susu di dalam gelas. Namun, kemudian ia berdecak dan langsung meminum isi gelas hingga tersisa setengah. Hawa dingin menyentuh kulitnya yang meremang tak tertutup kain. Bulir kecil air hujan juga ikut menyentuh, membuat gadis bersurai lurus itu turun dari posisi dan langsung menutup jendela.
"Bunny ... cepat pulang."
Ia merengek—entah pada siapa—saat tubuhnya baru saja bersentuhan dengan hangatnya tempat tidur yang terlapis selimut berwarna biru.
"Cepat pulang ... aku merindukanmu."
Ia memejamkan mata setelah bergumam tak jelas. Dan ... saat ini ia sungguh tidak tahu kenapa tiba-tiba pikiran kotornya muncul tanpa terduga. Napasnya terembuskan dengan berat saat ia merasa sosok pria yang dirindukan mulai menyentuh dengan lembut. Bibir yang manis, tangan yang kokoh dan ....
Drtt ....
Drtt ....
Spontan, ia langsung membuka mata saat ponselnya bergetar. Secepatnya gadis ini mengambil si benda persegi dan membaca apa yang tertera di layar.
Sebuah panggilan video dari Jungkook.
Iya! Panggilan video, bukan sekedar chat atau lainnya. Membuat gadis ini segera menekan ikon menjawab panggilan. Dan sebuah wajah manis langsung menyapa pandangan, menciptakan sebuah senyum yang tadi tersimpan rapat, sekarang terpamerkan dengan suka rela.
"Kau senang, hmm?" Pria yang memakai piyama itu bertanya, sekaligus memberikan sebuah senyum yang membuat bahagia di hati sang gadis semakin bertambah.
"I miss you," jawab gadis itu, tak peduli jawabannya menyambung atau tidak dengan pertanyaan yang diajukan.
Jungkook tertawa. "Ah ... aku tidak merindukanmu, bagaimana?" godanya sambil merapikan rambut.
"Jika tidak merindukanku. Lalu, kenapa menghubungi?" Lirih, kekasih dari Jeon Jungkook itu bertanya. "Padahal aku benar-benar merindukanmu," lanjutnya dengan raut yang berubah menjadi murung.
"Hei ... aku baru meninggalkanmu selama dua hari," ucap Jungkook menenangkan. Tak sanggup harus menatap kesayangannya murung seperti sekarang.
"Tetap saja, aku merindukanmu."
Sebuah senyum muncul, menghias wajah tampan Jeon Jungkook yang menatap penuh ke wajah gadisnya seolah mereka tengah berhadapan. "Aku juga merindukanmu. Karena kau tahu sendiri, 'kan? Selama ini yang tersulit bagiku adalah berpisah denganmu. Dengan Min Areum, kekasih tersayangku."
Tak satupun kata keluar. Mia membisu dalam diam, namun matanya berbicara. Menyatakan sebuah rasa yang sangat tulus pada pria yang ia sayang. Kerinduan merebak di setiap sudut, perlahan merembes keluar dan menciptakan sebuah rasa yang makin menebal.
"Rasanya sepi tak ada kau di sini,"—Mia terbata—"segalanya membosankan. Tak ada yang mengusap rambut lalu mengecupku untuk memberi semangat. Kemesuman yang biasa kuterima juga tak ada. Bahkan ... bahkan aku merasa kedinginan karena tak ada yang memeluk saat selimutku terlepas. Rasanya ... rasanya benar-benar tak menyenangkan. Seolah aku hanya sendirian." Gadis ini mendongak, menahan air mata yang akan jatuh.
Jungkook menarik napas. "Hei, Baby. Kau tak pernah sendirian. Jadi, jangan menangis. Aku tidak ada di sana untuk memeluk dan mengusap air matamu," mohonnya pelan.
Kali ini Mia mengusap sudut matanya, lalu mencoba tersenyum. " Aah ... kemarin Sunhee Eonni bilang, kau marah karena aku melirik Hyunkyung. Aku minta maaf. Aku tak bermaksud begitu," ucapnya tulus, teringat kesalahannya beberapa hari yang lalu.
"Aku tak marah. Hanya saja aku cemburu melihat kekasihku memuji pria lain." Jungkook bergumam, sedikit memajukan bibir demi memancing tawa kecil dari sang kekasih. Dan untunglah, hal itu berhasil. Mia tertawa sembari menatap gemas padanya, membuat pria Jeon itu ikut tersenyum senang. "Lain kali, jangan melirik siapapun. Aku tak suka!" tegas Jungkook dengan ekspresi mengancam. Disambut dengan anggukan oleh Mia.
"Tenang saja. Hatiku serta kuncinya sudah dipegang oleh pria bernama Jeon Jungkook.Walaupun aku melirik yang lain, tetap saja aku tak bisa berpaling darinya. Percaya padaku!" kerling Mia meyakinkan Jungkook yang kembali menunjukkan senyum. "I love you, Mr. Jeon." Ia melanjutkan dengan senyum yang tulus. Perasaannya yang terkekang oleh rindu menyebabkan seluruh hal mellow seperti sekarang muncul dengan sendirinya.
Tarikan napas terdengar jelas saat Jungkook memperbaiki posisi. "Tidurlah sekarang. Di sana pasti sudah malam, 'kan? Ingat, jangan bergadang. Aku tidak ingin kekasihku sakit saat aku pulang nanti," perintahnya—sekaligus memberi pesan.
"Kau juga, jangan lupa makan yang cukup. Jaga kesehatanmu, jangan sampai sakit." Gadis bermarga Min itu menjawab, sekaligus memberi pesan yang tak jauh berbeda dari yang kekasihnya ucapkan.
Jungkook tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Tapi kemudian ia berkata, "Ada satu hal lagi!"
Demi melihat kerut heran di kening sang gadis, pria itu justru tertawa kecil. Ia mengerling, menempelkan dua jari pada bibir kemudian menyapukannya ke layar ponsel. Berhasil membuat dirinya mendapatkan sebuah tawa dari gadis yang pipinya bersemu merah.
"I love you too, My Sweetheart. And ... good night."
-FIN-
**Jangan lupa tinggalkan jejak ya ;) Ada kritik dan saran, jangan dipendam ;) Thank you <3
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
RomanceCuma imajinasiku tentang JK :) Happy reading and enjoy~ 😊❤ High rank : #1 in roman [260417] Note! Buat chapter-chapter awal, bahasanya masih alay 😅 Tapi semakin ke bawah semakin baik. Jadi, semoga gak langsung nekan tombol back waktu baca bagian...