Influenza Alert - 2

12.5K 2.6K 331
                                    

"Hatchim!"

"Nah kan..."

Wooseok memandangi Jinhyuk yang sedang berjalan mondar-mandir di depannya sambil bersin-bersin parah dengan hidung memerah, mata berair yang juga memerah, dan bibir sepucat mayat. Ia menggeleng beberapa kali saat melihat Jinhyuk kembali bersin untuk yang kesekian kalinya pagi ini.

Wooseok melipat kedua tangannya di depan dada, memandang Jinhyuk yang akhirnya duduk di pinggiran sofa bed bagian ujung sambil membersihkan ingusnya menggunakan beberapa lembar tisu.

Jinhyuk meraih inhaler flu di samping bantal Wooseok dan menggunakannya sembarangan. "Sialan, hidungku mampet," umpatnya.

"Ya kan aku udah bilang, kamu tidurnya di kamar aja seharusnya semalem biar nggak ketularan. Kamu malah tidur bareng aku, ya udah terima nasib ketularan," omel Wooseok dengan suara seraknya. Sialan, pilek belum sembuh, sudah kedatangan batuk.

Jinhyuk menyumpal lubang hidung kirinya dengan selembar tisu yang sengaja digululung, kemudian menoleh ke arah Wooseok. "Sistem imunku biasanya bagus. Aku biasanya nggak gampang ketularan," sangkalnya.

"Ya berarti kemarin kebetulan imun kamu lagi nggak sebagus biasanya dan kebetulan kamu juga lagi kecapekan. Imunitas tubuh kamu lagi lemah, kamunya malah deket-deket aku," Wooseok masih tidak mau kalah dengan argumentasinya.

Jinhyuk naik ke sofa bed dan dudu di samping Wooseok, masih dengan tisu yang menyumpal lubang hidungnya. "Kepalaku pusing, Seok. Jangan ngomel-ngomel kayak ibu-ibu kos dong," keluhnya.

"Kepalaku juga pusing, Hyuk. Jangan ngomel-ngomel kayak bapak-bapak kos dong." Wooseok mencebik kesal. Ia meraih sapu tangan Olaf di dekat bantalnya dan mengeluarkan ingus yang mendadak kembali melumpuhkan saraf olfaktorinya.

Jinhyuk meraih kotak obat yang ia letakkan di meja nakas samping sofa bed dan membongkarnya.

"Sini dulu." Wooseok memutar tubuh Jinhyuk, menyingkirkan poni yang menutupi kening pacarnya, dan menempelkan punggung tangannya di sana. "Kamu demam juga. Mendingan ijin nggak ke rumah sakit dulu deh. Aku juga mau ijin. Sumpah kepalaku berat banget, mataku masih panas."

Jinhyuk mengangguk sambil mengeluarkan beberapa bungkus koyo dan plester demam dewasa dari kotak obatnya. "Sarapan dulu yuk? Terus minum obat, sikat gigi bentar, lanjut istirahat lagi."

"Tenggorokanku sakit, Hyuk. Aku males banget mau makan, apalagi disuruh nelannya."

Jinhyuk menoleh. Wajahnya tidak berbeda jauh dengan Wooseok. "Sama, Seok. Tenggorokanku juga sakit. Kepalaku juga berat. Tapi anjuran obatnya adalah diminum setelah makan. Dari kemarin malem sampai pagi ini kita makan angin? Ayolah, makan dulu. Sup ayam kemarin masih ada. Kita panasin itu nggak papa."

Maka sepasang kekasih ini berjalan berdampingan dengan dandanan yang benar-benar tidak mencerminkan profesi mereka sebagai dokter yang sedang dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis.

Wooseok yang biasanya selalu berpenampilan segar dengan rambut tertata rapi, mata bulatnya yang terlihat berbinar menyenangkan, stetoskop yang menggantung di lehernya entah untuk apa dan kondisi bagaimana, dan wajahnya yang selalu terlihat menawan, kini ia tampil dengan rambut acak-acakan, mata memerah dan berair, wajah sepucat hantu, dan hidung memerah seperti tomat.

"Sumpah ya, kalo hidung ini bisa aku copot, mendingan aku copot dari kemarin-kemarin. Nggak enak banget kalo kesumbat kayak gini," keluhnya sambil memegangi punggung Jinhyuk yang berjalan di depannya.

Lee Jinhyuk, walaupun tampak nyaris tidak terawat karena harus melakukan beberapa autopsi jika sebuah tindakan pembunuhan atau kematian tidak wajar, melakukan visum terhadap korban-korban kekerasan dan penganiyayaan, juga membuat Visum et Repertum sebagai bukti yang sah secara hukum, tapi ia masih tampak sehat dan tampan dengan seragamnya. Tapi pagi ini, penampilannya tidak jauh berbeda dengan Wooseok.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang