This isn't About Anger, But Disappointment

11.3K 2.3K 994
                                    

"Obat tetesnya jangan lupa dipakai 3 kali sehari ya, bu. Kalo bisa, diusakan matanya jangan terpapar debu dulu setelah pemakaian obat tetesnya dan diusahakan jangan menonton televisi terlalu dekat karena sinar televisi juga mempengaruhi kesehatan mata. Untuk makanan sehari-harinya, konsumsi banyak sayur dan buah yang mengandung vitamin A. Di sana sudah saya tuliskan buah-buahan dan sayuran yang memiliki kandungan vitamin A. Semoga lekas sembuh, bu."

"Terima kasih, dok. Saya pamit permisi dulu. Selamat siang, dok."

Minhee tersenyum, kemudian mengangguk mempersilahkan pasiennya untuk keluar dari Poli Mata. Sementara kondisi poli kembali sepi, ia menulis sesuatu di buku agendanya dan memberikan beberapa catatan kecil menggunakan sticky notes kecil panjang yang diberikan oleh Eunsang pagi tadi. Ia menulis dengan sangat teliti dan hati-hati, sampai ia tidak menyadari bahwa pintu poli kembali terbuka.

Namun kali ini bukan pasien, melainkan dokter Kim Minkyung yang masuk dengan rambut panjangnya yang terikat rapi ke belakang. Dokter spesialis cantik itu tersenyum saat meliha bagaimana koassnya tampak serius mengerjakan tugasnya di poli, padahal ia hanya meninggalkan Minhee kurang dari 15 menit. Ia kira Minhee akan ketiduran atau sejenisnya, tapi ternyata tidak.

Ia menarik kursi di depan Minhee dan duduk di sana layaknya seorang pasien. Melihat Minhee yang tidak menyadari kehadirannya, juga sibuk menulis dengan sangat serius, ia lantas berdeham. "Selamat siang, dok. Saya mau konsultasi tentang mata kiri saya. Sebelumnya saya sudah pernah konsultasi ke sini dan hasil pemeriksaannya mengatakan kalau mata kiri saya mengalami ablasi retina, yang terjadi saat retina keluar dari posisinya."

"Selamat siang. Saya dokter muda Kang Minhee--" Minhee langsung merengut saat mendapati bukan pasien yang duduk dan bicara padanya, melainkan Minkyung yang sedang tersenyum jahil padanya. Ia langsung meletakkan bolpoinnya ke meja dan menatap Minkyu dengan tatapan kesal, tapi tidak berani mengeluarkan protesnya terhadap konsulen. "Kok dokter udah di sini? Masuknya kapan?" tanyanya.

Minkyung tersenyum, setengah terkekeh saat melihat ekspresi kesal di wajah koassnya. "Baru aja masuk. Kamu lagi sibuk nulis, makanya nggak sadar kalo saya masuk ke sini. Oh iya, di luar poli ada dokter Yunseong. Katanya mau bicara sebentar sama kamu."

Rengutan di wajah Minhee seketika menghilang dan tergantikan ekspresi tegang yang begitu kentara. Ia segera meraih bolpoinnya dan menggeleng pelan. "Bisa nanti aja kok, dok, bicaranya. Saya kan masih harus jaga poli. Nggak enak kalo mementingkan urusan pribadi di luar kepentingan urusan pasien," jawabnya.

"Tapi mungkin dokter Yunseong mau ngomong sesuatu yang penting dengan kamu. Dari ekspresi wajahnya, sejujurnya saya nggak pernah lihat dia seserius itu. Lagipula..." Minkyung mengangkat satu tangannya dan melirik arloji yang terpasang di pergelangan tangan kirinya. "Udah jam makan siang. Kamu makan siang aja dulu bareng Yunseong. Biar saya yang jaga poli."

Minhee memasang ekspresi memohon. Kepalanya menggeleng pelan. "Nggak usah, dok. Saya juga masih kenyang kok. Bisa nanti makannya," katanya menolak.

"Minhee, jangan gitu. Kamu udah ditunggu dan saya ngasih ijin ke kamu. Saya nggak akan marah kok atau mangkas nilai kamu stase ini karena saya yang ngasih ijin. Kasihan Yunseong udah nunggu di luar dan kamu juga belum makan siang. Jadi sekalian kamu bicara bareng dia, sekalian makan siang." Minkyung tersenyum pengertian.

Tidak bisa menolak atau membantah, akhirnya Minhee mengangguk dan beranjak dari kursinya sambil membawa buku agenda miliknya di tangan kanannya. Sementara ia berjalan mendekati pintu dengan perasaan ragu, Minkyung yang berdiri di dekat koass itu langsung mengulurkan tangannya untuk menepuk lembut bahu Minhee karena sebenarnya Minkyung sama sekali tidak tahu permasalahan apa yang terjadi di antara Minhee dengan Yunseong.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang