"Kenapa diam sendirian di sini, dek?"
Junho mengangkat pandangannya dan bertemu pandang dengan Seungwoo yang berdiri di depannya sambil meletakkan secangkir kopi di depan gelas minuman Junho. Residen psikiatri itu tampak tersenyum, kemudian menarik kursi tepat di hadapan Junho dan duduk di sana. Ia menyeruput sebentar kopinya dan kembali menatap Junho yang tampak duduk tenang di depannya.
Seungwoo iseng mengetuk meja dengan ujung jari telunjuknya dan berhasil membuat Junho mengalihkan seluruh atensi kepadanya. "Kamu ngapain diam di sini sendirian, dek? Kok nggak ngajak temanmu?" tanyanya.
Junho tersenyum dan menggeleng tipis. "Saya ke sini cuma mau makan sama minum kopi sebelum jaga malam, dok. Dan saya lagi nggak pengen berinteraksi sama teman-teman saya."
Seungwoo kembali menyeruput kopinya. Beberapa mili, sampai akhirnya kembali menatap lurus ke arah Junho. "Kamu bolos terapi beberapa minggu, dek. Dicari dokter Chaeyeon lho."
"Iya, belakangan lagi sibuk, dok. Tapi saya nggak papa kok. Obatnya masih rutin saya konsumsi, jadi masih aman. Cuma belakangan ini pikiran saya agak ruwet aja." Junho meraih cangkir kopinya, menyesap aroma kafeinnya sebentar, dan menyeruput kopinya beberapa mili.
"Kamu kenapa, dek? Lagi banyak pikiran?" tanya Seungwoo lagi. Matanya berusaha membaca gerak ekspresi dan gerak tubuh Junho, berusaha mencari tahu hal-hal yang mungkin tidak bisa Junho ceritakan.
Sederhananya, Junho mengangguk samar. Ia tampak menatap lurus ke depan. "Belakangan emang lagi banyak pikiran, lagi ruwet, dok. Cuma belum sempat mau konsultasi ke psikolog. Lagi bener-bener banyak tugas, banyak kerjaan. Sekalinya ada waktu, saya malah pengen tidur karena terlalu capek."
"Kamu mau cerita sebentar sama saya? Saya emang bukan psikolog biasanya kamu konsultasi, tapi setidaknya kan saya dokter yang ikut nangani kamu sewaktu di rehabilitasi. Mungkin kamu mau berbagi cerita sebentar ke sana. Kamu tau kalo saya bisa nyimpan rahasia kamu, rahasia yang nggak semua orang tau tentang kamu." Seungwoo mengangkat sebelah alisnya.
Junho menggeleng sebentar. "Kayaknya saya masih belum bisa cerita, dok. Mungkin lain kali aja saya cerita, kalo pikiran saya udah nggak seberapa ruwet."
Seungwoo mengangguk paham beberapa kali. "Kalo saya boleh tau, belakangan kondisi kamu gimana? Siklusnya masih sering berubah atau mulai lebih stabil daripada biasanya?"
"Masih naik turun, dok. Apalagi belakangan saya juga banyak pikiran, jadi itu berpengaruh buat siklus episodenya walaupun nggak sampai mengganggu fungsi tubuh saya. Sama seperti biasanya, tapi nggak separah biasanya. Kalo masuk episode depresi, saya nggak minat mau ngapa-ngapain, bawaannya sedih terus, ngerasa hidup saya yang paling berantakan, pikiran saya kacau, bahkan beberapa kali berpikir mungkin sebaiknya saya mati aja ya. Jangankan buat beraktivitas, buat bangun dari tempat tidur pun saya kayak nggak punya tenaga. Sebaliknya kalo saya lagi episode mania, rasanya banyak ide, banyak inspirasi, saya pengen menyelesaikan semua kerjaan, bersemangat berlebihan, bicara saya udah kayak rapper kelas dunia yang cepatnya minta ampun tapi nggak ada yang paham..."
Seungwoo masih mendengar cerita Junho dengan seksama sambil sesekali menikmati angin semilir dari jendela dan menyesap kopinya.
"Tapi waktu episode mania, saya jadi lebih mudah tersinggung, mudah sensian, ngerasa kayak nggak butuh tidur, emosi saya gampang tersulut, dan masalah kecil bisa jadi besar. Pernah sekali saya secara sadar benyak-bentak Hyungjun, padahal dia cuma bicara masalah hape doang. Tapi saya dengernya kayak kesel banget dan tersinggung sewaktu dia bicara gitu. Saya juga pernah bilang ke mama mau berhenti aja dari profesi dokter tanpa saya mikir jangka panjangnya. Saya bentak-bentak Eunwoo di depan teman-teman saya, padahal itu lagi mau bimbingan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Nggak taulah, intinya saya mendadak gampang tersulut emosi, jadi sensian, gampang tersinggung, dan akhirnya ngambil tindakan yang nggak bisa dinalar."
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]
FanfictionSequel dari Coass Cooperate 2.0 Silakan membaca Coass Cooperate 2.0 apabila merasa bingung dengan plot Coass Cooperate 3.0 Seputar kehidupan para koass selama masa Program Profesi Dokter, bersama segala balada hidup dan asmaranya bersama teman sepen...