Bunda, Where Are You?

11.1K 2.1K 132
                                    

Warning! Bagian ini akan memiliki banyak narasi, mungkin saja membosankan. Jadi duduklah dengan tenang dan jika merasa bosan, silakan untuk memejamkan mata sebentar. Tapi jangan ketiduran lho ya😉

Dari sekian banyak hal yang sudah terjadi, jika Minkyu boleh menyesalkan satu hal, mungkin hal itu adalah keputusan Wonjin untuk menurunkan berat badan beberapa bulan sebelum terdiagnosa glioblastoma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari sekian banyak hal yang sudah terjadi, jika Minkyu boleh menyesalkan satu hal, mungkin hal itu adalah keputusan Wonjin untuk menurunkan berat badan beberapa bulan sebelum terdiagnosa glioblastoma. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan berat badan Wonjin karena cowok itu hanya terlihat lebih gembul dari teman-temannya, dengan pipi yang tembam. Selebihnya? Minkyu tidak melihat ada yang salah dengan tubuh Wonjin. Berat badan Wonjin masih normal, tapi memang pipinya lebih gembul, bahkan lebih gembul daripada Eunsang dan Hyungjun. Istilahnya, semua makanan yang dimakan Wonjin hanya akan mengisi pipinya dan membuatnya terlihat gemuk karena tampilan pipinya. Dan Minkyu menyesalkan keputusan Wonjin untuk menurunkan berat badan beberapa bulan sebelum tegak diagnosa glioblastoma.

Sejujurnya, Minkyu menyukai pipi Wonjin yang gembul. Kalau Wonjin tersenyum, kedua pipinya akan terangkat dan mengembang persis seperti roti yang baru keluar dari oven. Dengan aroma parfum bayi yang menyenangkan, kulit yang halus, dan pipi gembul seperti roti, sepertinya itu salah satu daya tarik Wonjin. Selain matanya yang bulat, tentu saja. Dan sekarang pipi roti itu sudah tidak ada. Bukan karena diet ketat yang diambil Wonjin karena ingin menurunkan berat badan, namun sungguh alami karena hal yang tidak menyenangkan.

Minkyu menatap Wonjin yang tengah tertidur dalam pelukannya sambil sesekali mengusap pipi tirus Wonjin dengan punggung tangannya, sembari mengigat betapa tembamnya pipi Wonjin dulu. Tapi sekarang pipi itu sudah berubah tirus, persis seperti apa yang Wonjin inginkan dalam program penurunan berat badannya. Dan sejujurnya, Minkyu merasa kehilangan saat tidak melihat sesuatu yang mengembang lucu saat Wonjin sedang tersenyum. Ia masih menyesalkan dulu Wonjin berniat diet ketat untuk menurunkan berat badannya karena sekarang Wonjin kehilangan banyak berat badan.

Dulu, Wonjin akan mengeluh karena berat badannya mudah bertambah walaupun ia sudah mencoba mengurangi porsi makannya menjadi setengah dari porsi normalnya. Tapi sekarang, apapun yang dimakan Wonjin dan sebanyak apapun jumlahnya, itu tidak lantas bisa membuat berat badan Wonjin kembali seperti dulu dan mengembangkan pipi yang lebih mirip dengan roti. Alih-alih mengalami kenaikan berat badan, Wonjin justru terlihat semakin kurus dan terlihat semakin sakit dengan tubuhnya yang kurus, wajahnya yang kadang pucat seperti hantu karena sering tidak bisa tidur di malam hari, dan tentu saja tulang pipinya yang menonjol. Dan Minkyu tidak bisa lari dari fakta bahwa ia pun merasa nelangsa saat melihat keadaan Wonjin yang seperti ini.

Ada banyak hal yang Wonjin pikirkan. Bukan hanya tentang kondisinya yang mungkin saja sudah di ujung tanduk, tapi masih mampu berpegangan untuk tidak jatuh ke dalam jurang, tapi juga tentang neneknya yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan, adik-adiknya yang masih membutuhkan pendidikan, ayahnya yang tidak kunjung bangun dari koma, juga tentang bundanya yang tidak tahu ke mana. Terkadang, Minkyu mendengar Wonjin mengigau memanggil bundanya hingga menangis, dan berakhir tidak tidur sampai pagi. Meskipun dirinya sedang sakit, Minkyu tahu kalau Wonjin masih memikirkan orang-orang di dekatnya, jadi ia Wonjin tidak hanya merasa stress karena keadaannya sendiri. Tapi juga keadaan orang-orang di dekatnya. Meskipun mendapat dukungan dari banyak orang untuk sembuh, pasti sulit bagi Wonjin tetap bersemangat tanpa kehadiran bundanya. Terlebih Wonjin melihat fakta bahwa sebenarnya bundanya masih hidup, hanya saja ia tidak tahu dan tidak cukup memiliki informasi di mana bundanya berada, juga mengapa tidak pernah datang mengunjungi ia dan adik-adiknya.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang