Love Yourself, Love Your Lungs

12.5K 2.2K 404
                                    

"Perasaan tadi ngajaknya jalan. Tapi kok malah ke sini? Ini namanya bukan jalan."

Hangyul yang sedang sibuk membuka pintu apartemennya sambil membawa kantong belanjaan berisi cemilan dan beberapa minuman menoleh ke arah Hyungjun yang berdiri di belakangnya. "Tadi kan udah jalan. Dari rumah kamu ke minimarket depan gang, terus ke apartemenku. Itu udah jalan kok," jawabnya konyol.

Hyungjun menatap Hangyul tidak mengerti. "Aku kira kan jalan-jalan ke mana gitu, ternyata jalan-jalannya dari rumahku terus ke minimarket dan berakhir di apartemennya kak Hangyul."

"Ya kan intinya udah jalan, nggak diam di tempat. Lagian ini udah tengah hari, emang kamu mau panas-panasan di jalan naik motor citul yang boncengannya sempit? Orang kamu aja dari tadi duduk nempel banget ke aku dan aku juga udah duduk di ujung sadel," balasnya sambil membuka pintu apartemennya.

Hyungjun menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sambil berjalan mengekori Hangyul yang masih lebih dulu masuk. "Jadi kita mau ngapain, kak? Cuma mau makan cemilan? Kalo gitu sih, di rumah juga bisa. Di kulkas banyak cemilan, mendingan aku di rumah sambil streamingan."

"Main game. Di rumah kamu kan nggak ada Play Station, kalo di apartemenku ada karena aku sering main bareng Yury sama Seungyoun kalo nggak ada kerjaan. Tapi belakangan ini kita banyak kerjaan sih. Untungnya dikasih libur untuk sedikit mensejahterakan dokiship." Hangyul menutup pintu apartemennya dengan kaki, kemudian mengajak Hyungjun berjalan ke arah ruang duduk apartemennya.

Hyungjun hanya mengangguk sambil berjalan mengekor langkah di belakang Hangyul. Ia mengamati sekitar apartemen Hangyul yang berantakan dengan mulut menganga. Ia setengah membandingkan dengan keadaan rumahnya yang sedikit lebih rapi daripada apartemen Hangyul, dan dengan apartemen dokter Seungwoo yang kelewat rapi seperti museum kehidupan prasejarah.

Hangyul meletakkan kantong plastik berisi makanan ringan dan minuman di atas sofa, sementara ia meraih remote AC untuk menurunkan suhu AC-nya hingga maksimal karena siang ini udara lebih panas daripada biasanya.

Hingga beberapa saat kemudian, ia menoleh pada Hyungjun. "Kamu ngapain berdiri aja di sana? Nggak mau duduk? Atau mau jadi patung selamat datang?" tanyanya.

Hyungjun menggeleng pelan dan mendekati Hangyul. "Kak, apartemen ini sewa atau udah dibeli?" tanyanya sambil mendudukkan diri di samping Hangyul. Tidak begitu dekat karena ia menjadikan kantong plastik berisi makanan dan minuman sebagai sekat di antara mereka.

Hangyul menatap langit-langit apartemennya, terlihat sedang mengingat sesuatu. "Kayaknya sih masih sewa, tapi lupa pertahunnya berapa. Aku nggak ingat berapa karena yang nyari apartemen ini bukan aku, tapi mamaku."

"Oh gitu..." Hyungjun mengangguk beberapa kali. Tapi kemudian ia kembali menatap Hangyul. "Kak Sihoon pernah ke sini sebelumnya, kak?"

Hangyul menoleh. Raut wajahnya terlihat menunjukkan kalau ia tidak senang Hyungjun membahas orang lain saat mereka berdua, terlebih lagi orang itu adalah mantannya di masa lalu. Tapi ia tidak mengatakan apapun. Satu-satunya yang dilakukan Hangyul hanya menggeleng. "Belum pernah sama sekali. Kami kan putusnya waktu pisah kampus. Emang sama-sama kedokteran, tapi beda kampus, jadi jamnya pasti beda. Belum lagi terkendala UKM. Lagian kita juga udah putus dan lama nggak komunikasi intens, pasti canggunglah. Ketemu biasa aja canggung, apalagi kalo sampai main ke tempat tinggal."

Hyungjun mengangguk beberapa kali. Ia tidak berkata apapun lagi setelahnya. Seperti hanya memilih diam, ia hanya duduk tidak bergerak di tempatnya sambil sesekali bergantian memandangi televisi, jendela, meja, dan kantong plasti di antara dirinya dan Hangyul. Padahal sebenarnya dia termasuk orang yang senang berbicara dan cenderung tidak bisa diam.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang