Ketika Kami Tidak Bisa Tidur

12.7K 2.4K 207
                                    

Seungwoo meraba tempat tidur di sampingnya. Kosong dan lebih dingin. Tidak ada Byungchan di sana. Padahal beberapa jam lalu, ia memeluk Byungchan sebelum tidur dan seharusnya ia masih bisa merasakan Byungchan di dekatnya. Tapi kali ini tidak. Tempat di sampingnya kosong, tidak ada siapapun. Tidak ada Byungchan.

Residen psikiatri itu lantas membuka matanya perlahan. Ia mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan pandangan matanya dari sinar terang yang muncul di luar kamarnya karena kebetulan ia pintu kamarnya terbuka. Pasti Byungchan baru saja keluar kamar dan tidak menutup pintunya.

Samar-samar ia mendengar suara televisi dari arah ruang duduk. Sebuah siaran tengah malam yang biasanya memiliki rating untuk penonton dewasa, kemudian diiringi dengan keripik kentang yang dikunyah begitu nikmat.

Ia lantas turun dari tempat tidurnya dan berjalan dengan mata setengah tertutup keluar kamar, menuju ruang duduk. Ia sudah bisa menduga bahwa Byungchan sedang di sana untuk membuat dirinya mengantuk dan pasti residen penyakit dalam itu sedang kesulitan tidur. Bayangkan, ini masih jam 1 pagi. Dan mereka seharusnya bangun jam 6 pagi.

Benar saja, Byungchan sedang duduk di sofa panjang dengan selimut tipis yang menyampir di atas kepalanya. Kedua kakinya tampak dinaikkan ke atas sofa, dengan setoples keripik kentang di antara perut dan pahanya.

Seungwoo duduk dan menyelinap masuk ke dalam selimut yang menyampir di atas kepala Byungchan. "Kamu ngapain bangun jam segini?" tanyanya sambil mengambil beberapa potong keripik kentang dari toples.

"Aku nggak bisa tidur. Pas di rumah sakit, aku ngantuknya sampai dijewer dokter Dongho di Poli Penyakit Dalam. Dahiku disentil juga sama dokter Hyunbin. Tapi pas udah di sini, ngantukku hilang. Aku sehat seratus sepuluh persen. Nggak ngantuk sama sekali." Byungchan memasukkan satu tangannya lagi ke dalam toples keripik kentangnya dan memakannya cepat.

Seungwoo mengangguk beberapa kali dan mengamati televisi yang menayangkan The Meg. "Aku kira kamu kenapa kok jam segini udah bangun, ternyata nggak bisa tidur."

"Kerjaan kamu gimana, Woo? Lancar hari ini? Beberapa hari aku sibuk, jadi nggak sempat nanya soal kerjaan kamu." Byungchan menoleh menatap Seungwoo.

Seungwoo menatap lurus ke depan. "Aku kedatangan pasien self-diagnose lagi. Selama 3 hari, pasien-pasienku semuanya self-diagnose. Pusing kepalaku. Yang pertama, katanya punya bipolar karena sering naik turun. Yang kedua, katanya OCD karena terlalu sering mengulang sesuatu dan pikirannya berlebihan. Yang ketiga, katanya gangguan kepribadian ambang. Sewaktu aku tanya, semuanya jawabannya sama. Dari internet. Informasinya masih mentah, ditarik kesimpulan sendiri, dan didiagnosa sendiri."

Byungchan mengangguk beberapa kali. "Terus gimana? Nggak kamu kasih pengertian kalo self-diagnose itu nggak akan mengurangi kekhawatiran, justru malah menambah kekhawatiran?"

"Aku kasihlah. Aku edukasi lagi. Lumayan lama karena mereka lumayan ngotot juga dengan diagnosa serampangan yang mereka buat. Oke, aku bangga karena mereka mau membaca karena membaca adalah jendela dunia. Aku bangga karena mereka mau peduli tentang kesehatan mental. Tapi bukan berarti self-diagnose adalah sesuatu yang benar dan boleh dilakukan. Hanya karena kamu membaca gejala bipolar dan beberapa gejalanya mirip keadaanmu saat itu, kamu punya bipolar. Lalu kamu membaca tentang gangguan kepribadian ambang dan gejalanya juga mirip kamu, kamu malah mendiagnosa dirimu sebagai pengidap gangguan kepribadian ambang. Terus kamu malah menyiarkan ke semua orang kalo kamu bipolar dan kepribadian ambang. Itu kan tindakan yang salah." Seungwoo menggeleng sambil menyandarkan tubuhnya.

Byungchan mengambil beberapa potong keripik kentang dan menyuapkannya pada Seungwoo. "Nggak ada yang salah dengan membaca atau mencari ilmu pengetahuan dan justru bagus kalo kita peduli dengan kesehatan mental, tapi bukan berarti kita bisa mendiagnosa diri sendiri dengan sebuah penyakit. Hanya karena gejala di internet saat itu mirip dengan keadaan kita, bukan berarti kita mengalami hal itu. Kalo kita udah tersugesti oleh suatu pikiran dan kekhawatiran, kita justru akan semakin merasa tertekan. Sesuatu yang belum tentu itu terjadi pada diri kita, malah kita kepikiran sampai pusing sendiri. Misalnya kita membaca sesuatu tentang OCD, kemudian kita melihat video tentang seseorang dengan OCD sambil bacain komenannya, terus kita berkata wah, aku juga gitu tuh, aku OCD kayak dia juga dong, itu hal yang salah. Itu justru akan mensugesti pikiran kita, dan menjadikan kekhawatiran baru."

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang