Even When I Don't See Anything

13.4K 2.4K 541
                                    

Wonjin menggenggam pena di tangannya erat, menggerakannya seperti ia sedang menulis sesuatu di atas kertas buku yang tengah ia pangku di atas pahanya. Meski nyatanya kedua matanya tidak berfungsi baik, ia tetap menggerakan pena di tangannya untuk menggores permukaan kertas dengan berbagai macam tulisan yang bisa ditulisnya.

Meski matanya tidak sebaik dulu, ia tetap bisa mengingat bentuk-bentuk huruf dan bisa menuliskannya, walaupun ia tidak melihat bagaimana hasil tulisan tangannya, apakah rapi, dan apakah bisa dibaca atau tidak. Ia bahkam tidak pernah peduli jika tulisannya yang sekarang tampak begitu berantakan dan tidak dapat dibaca, toh ia tak berharap seorangpun akan membaca tulisannya.

Tapi setidaknya untuk saat ini, meski ia sedang sakit, meski ia tak bisa melakukan banyak hal, dan meski pandangannya tak sebaik dulu, menulis seperti ini membantunya mengingat bahwa ia masih berharap bahwa ia dapat memiliki harapan hidup yang lebih baik.

Pintu kamarnya terbuka. Seseorang dari luar membukanya. Ia lantas meletakkan penanya di tengah buku, kemudian menutup bukunya dengan gerakan tergesa-gesa. Tangannya meraba-raba nakas di samping tempat tidurnya, kemudian meletakkan buku itu di sana.

Satu kecupan lembut terasa mendarat di dahinya, diikuti usapan halus di puncak kepalanya. Ia tersenyum, hatinya menghangat. Ia lantas mengangkat satu tangannya untuk menyentuh tangan yang tengah membelai puncak kepalanya halus. "Kyu," panggilnya.

Terdengar suara kekehan di dekatnya. Ia tersenyum lega, itu suara Minkyu. "Sunshine, kenapa belum tidur hm?"

Wonjin menggeleng. Ia menurunkan satu tangan Minkyu yang berada di puncak kepalanya dan menggenggamnya erat, bersamaan dengan ia merasa seseorang duduk di pinggiran tempat tidurnya. "Aku nungguin kamu, Kyu," jawabnya.

"Aku tadi pulang sebentar ke rumah. Mandi, sekalian ganti baju sama ambil baju ganti buat ke rumah sakit besok," Minkyu menjawab. Entah Wonjin yang sedang tidak terlalu fokus atau memang begitu adanya, suara Minkyu terdengar samar-samar, seakan Minkyu berdiri agak jauh darinya.

Wonjin mengangguk dan mengusap permukaan telapak tangan Minkyu yang digenggamnya. Sementara tangannya yang lain bergerak untuk berusaha meraih wajah Minkyu. "Maaf ya aku nggak bisa masakin kamu sesuatu. Aku nggak bisa ke dapur sendirian," katanya lirih.

Minkyu memejamkan matanya sejenak, merasakan tangan kurus Wonjin yang mengusap satu sisi wajahnya, sementara ia mengangkat tautan tangannya dengan Wonjin dan mengecupi punggung tangan Wonjin. "Aku udah makan malam sebelum ke sini, Sunshine. Aku nggak pernah minta kamu buat masak sesuatu. Aku cuma mau kamu istirahat cukup dan sembuh. Oke?"

Wonjin menggeleng. "Kalo seandainya tumor itu bikin aku tuli, itu lebih baik daripada bikin aku nggak bisa melihat, Kyu. Aku nggak bisa bikin kam---"

"Sunshine, enough." Minkyu menempelkan jari telunjuknya pada permukaan bibir Wonjin yang kering. Ia menggeleng dan tersenyum. "Cukup, kamu nggak usah ngomong yang nggak-nggak. Apapun itu, nggak ada yang pengen tuli atau nggak bisa melihat, nggak ada. Termasuk kamu. Kita jalani ini, sebagaimana adanya."

Wonjin terdiam sebentar. Tangannya yang semula mengusap lembut wajah Minkyu, perlahan jatuh kembali ke sisi tubuhnya. "Kamu pasti capek. Kamu juga pasti ngantuk. Pasti ada kantung mata di wajah kamu karena jaga malam dan kerjain referat," katanya mengalihkan pembicaraan.

Minkyu terdengar tertawa renyah. Cowok berparas tampan itu merangkak naik ke tempat tidur Wonjin dan berbaring di samping Wonjin, kemudian menarik lembut Wonjin untuk berbaring dalam pelukannya. "Iya, aku capek. Ada kantung mata di wajahku karena 2 hari jaga malam terus, ditambah ngerjain referat. Belum lagi kalo tiba-tiba insomnia."

"Kamu insomnia?" Wonjin mendongak, berusaha menatap Minkyunya, meski nyatanya yang ia lihat hanyalah keremangan yang buram.

Minkyu mengangguk. Ia mengeratkan pelukannya dan mengusap punggung Wonjin lembut. "Kadang-kadang. Kalo di rumah sakit malam-malam, pasti ngantuk. Tapi pas pulang ke rumah, sama sekali nggak. Kebalikannya Junho."

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang