Si Lelaki Berwajah Androgini

10.1K 2.2K 1K
                                    

"WOY, KOASS! JANGAN KABUR!"

Berikutnya hal yang dilihat Seungwoo setelah ia mendengar teriakan keras di belakang punggungnya adalah seorang koass bertubuh tinggi yang kalau ia tidak salah ingat namanya adakah Nam Dohyon, si koass tukang makan di sela follow up yang pernah diceritakan Byungchan, sedang berlari terbirit-birit sambil tertawa jahil mengenakan seragam jaga malam khas stase bedah yang bahkan belum diganti untuk tugas pagi.

Ia melihat koass itu berlari sambil mengangkat tangannya seperti anak-anak sambil tertawa-tawa jahil, kemudian menghilang ditelah belokan di samping Poli THT-KL. Dan Seungwoo hanya bisa geleng-geleng kepala melihat bagaimana ada koass yang bertingkah seperti anak-anak yang seringkali mengerjai Eunwoo di Departemen Ilmu Kesehatan Anak.

"WOY, KOASS! DIBILANG JANGAN KABUR, MALAH MENGHILA--- ADUDUH!"

BRUAK!!

Seungwoo menghentikan langkahnya. Ia sudah mengira kalau suara brankar jatuh menghantam lantai dan suara tubuh terjerembab keras itu adalah Eunwoo karena dokter satu itu punya keseimbangan yang buruk dan sering mengalami human error dengan menabrak barang-barang diam di dekatnya, tapi begitu ia berbalik badan, ia tidak menemukan sosok Eunwoo sama sekali. Artinya, lelaki berjas putih yang sedang terbaring dengan kedua kaki menempel pada dinding dan sebuah brankar di atas dada, juga perutnya bukan Eunwoo.

Seungwoo mengerjap beberapa kali. Ia melihat cowok berjas putih di sana mengerang sambil mengumpati brankar yang jatuh menimpa tubuhnya. Kenapa bisa ada brankar di sana?

"Siapa sih naruh brankar di sini? Kayak nggak ada tempat lain lagi. Aduduh... tanganku. Ah, sialan. Semuanya gara-gara koass yang main kabur seenaknya. Apes banget sih masih pagi."

Seungwoo membawa dirinya mendekati lelaki yang tidak kunjung berdiri menyingkirkan brankar yang menimpa sebagain tubuh bagian atasnya atau paling tidak mengubah posisi kakinya yang masih menempel di dinding. Sepertinya berbaring dengan posisi seperti itu, dengan brankar di atas sebagaian badannya, adalah yang digemari cowok itu. Entahlah, seleranya benar-benar aneh.

Ia berjongkok di samping cowok yang memilih sibuk mengumpati brankar diam yang ditabraknya daripada menyingkirkan brankar dan bangkit dari posisi konyolnya. "Kamu nggak papa?" tanyanya pelan.

"Nggak papa apanya? Nggak lihat ya kalo brankarnya... Aduh. Maaf, dok. Saya kira bukan dokter hehehe..." Cowok itu malah dengan santainya meringis sambil tertawa kecil, membuat matanya yang sudah sipit menjadi lebih menyipit dan menciptakan garis lurus saat cengirannya semakin lebar.

Mirip kucing hitam, pikirnya.

Seungwoo tidak banyak menanggapi. Ia hanya langsung berdiri dan membantu menyingkirkan brankar dari bagian atas tubuh cowok yang masih nyengir lebar entah apa motivasinya itu. Sebenarnya brankar ini tidak begitu berat - setidaknya untuk dirinya - tapi entahlah, rasanya cowok itu suka berbaring di lantai dengan brankar di tubuhnya.

"Kamu mau sampai kapan tiduran di lantai kayak begitu?" Seungwoo bertanya smabil mengulurkan tangan kanannya. Ia memiringkan sedikit kepalanya dan menatap heran lelaki yang rupanya betah sekali berbaring di lantai.

Cowok itu mengerjap menatap tangan yang terulur padanya. "He? Apa?" tanyanya tidak mengerti.

"Kalo kamu sebegitu betahnya tiduran di lantai, ya udah nggak usah bangun. Tapi itu snelli kamu pasti kotor. Cepetan bangun, tangan saya pegal." Seungwoo mengibaskan tangannya yang terulur beberapa kali.

Setelah beberapa detik mengalami blank mind, cowok itu meraih tangan Seunwoo dengan tangannya dan berdiri perlahan sambil meringis menahan sakit, sepertinya di pergelangan tangan kanannya.

Badannya bongsor, tangannya mungil. Nggak kontras banget.

"Tanganmu sakit?" Seungwoo bertanya sambil mengamati tangan kecil di genggamannya. Ia bisa melihat ekspresi kesakitan di wajah cowok itu saat berusaha menggerakkan tangan tadi. Pandangannya baik ke arah badge nama yang terpasang di bagian dada snelli cowok itu.

Cho Seungyoun

Dokter Internship

Seungwoo mengangguk beberapa kali. Dokter internship ternyata. "Tanganmu nggak papa, Youn?" tanyanya lagi, menyebutkan bagian belakang nama cowok di depannya.

"Apa?" Cho Seungyoun balik bertanya dengan wajah tidak mengerti.

"Tanganmu nggak papa, dokter Cho Seungyoun?"

Seungyoun menarik kedua sudut bibirnya untuk tersenyum, matanya kembali membuat garis lurus. "Nggak papa kok, dok. Cuma keseleo sedikit hehehe..."

Tipe-tipe wajah androgini ternyata.

Seungwoo menggeleng beberapa kali, berusaha menepis pikiran yang ada di kepalanya. Sebagai gantinya, ia menekan pelan pergelangan tangan Cho Seungyoun dan membuat dokter internship itu merintih kesakitan. "Mendingan kamu obati sekarang atau minimal dikompres dulu. Ke IGD sana sebentar, daripada kamu kesakitan dan berakhir disembur dokter konsultan yang lagi mode galak. Atau malah lebih buruknya ternyata kamu harus konsultasi sama dokter Orthopedi soalnya dokter Seongwoo lagi mode galak," katanya.

Seungyoun mengerjap. "Ya? Nanti ke IGD kok, tapi nanti aja. Maksudnya agak nantian, dok."

"Ya udah, terserah kamu. Makanya lain kali jangan lari-larian di rumah sakit kalo masih ngantuk. Bagus kamu nabrak brankar karena brankarnya nggak akan ngomel. Gimana kalo yang kamu tabrak dokter konsultan atau dokter residen subspesiali? Dikasih wejangan sampai bukan cuma tangan kamu yang sakit, tapi juga telingamu." Seungwoo melepaskan tangan Seungyoun dari genggamannya, kemudian berbalik badan dan melangkah meninggalkan si dokter internship yang masih melongo menatapnya.

Namun baru beberapa langkah Seungwoo meninggalkan Seungyoun yang masih berdiri sambil memproses apa yang sudah dikatakannya, ia menghentikan langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, membuat sepasang matanya kembali beradu pandang dengan mata Seungyoun.

"Don't get sick, Youn."

Kemudian ia kembali melangkah lebar, menciptakan suara ketukan sepatu pantofel dengan lantai yang menjadi satu-satunya suara di lorong rumah sakit, sementara di belakangnya Seungyoun hanya menatap punggung Seungwoo dengan pandangan tidak mengerti dan dahinya yang perlahan mengerut sebal.

Apa ia baru saja dipermainkan oleh seorang dokter residen yang bahkan sudah punya seorang tunangan? Yang benar saja. Lucu sekali.

Ia bertaruh bisa membuat banyak orang jatuh cinta, jadi kenapa ia harus dipermainkan PPDS seperti ini?

Ia bertaruh bisa membuat banyak orang jatuh cinta, jadi kenapa ia harus dipermainkan PPDS seperti ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mau membuat kubah perlindungan dulu sebelum markasku dilempari bom nuklir😐

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang