Mari Lakukan Semuanya dan Bertahan Hingga Akhir!

10.3K 2.1K 402
                                    

"Keadaan umum pasien compos mentis, tampak sakit sedang, tekanan darahnya 120/80 mmHg, nadinya 60 kali permenit..."

Midam memijat pangkal hidungnya perlahan. Kepalanya pusing dan kedua matanya mulai terasa panas seperti sudah tidak bisa diajak untuk bertahan selama beberapa saat lagi. Napasnya berubah pendek, tangan kirinya yang sedang menggenggam bolpoin terasa sudah tidak ingin bergerak lagi, padahal masih ada bagian yang harus ditulisnya. Setidaknya kalau ia bisa merampungkan hal ini sekarang, ia bisa menyelesaikan pekerjaan lainnya nanti tanpa terganggu. Tapi tangannya seketika berubah lemas seiring dengan matanya yang mengantuk.

Midam menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Ia mencoba kembali membuka paksa matanya yang sudah setengah terpejam dan nyaris membuatnya terjungkal dari kursinya, kemudian kembali menggenggam bolpoinnya erat. "Dari pemeriksaan radiologi tampak fraktur komplit 1/3 proksimal tulang ulna kiri, garis fraktur transversal, dengan angulas. Tampak dislokasi pada sendi antara humerus dan proksimal radius. Diagnosis kerja fraktur komplit 1/3 proksimal ulnaris sinistra dengan angulasi, dislokasi sendi humerus dan radius sinistra, suspect sindrom kompartemen antebrachii sinistra. Tidak ada diagnosis banding. Terus tatalaksana dan prognosisnya..."

Pintu Poli Orthopedi terbuka saat tulisan tangan Midam sudah nyaris hanya mirip garis EKG yang tidak bisa dibaca sembarangan dan kepalanya mulai teratuk ke depan saat kantuk yang sedari tadi pagi ditahannya benar-benar sudah menguasainya. Namun begitu kepalanya teratuk ke depan dan nyaris menghantam meja yang keras, seseorang menahannya dengan memegangi kedua sisi wajahnya.

"Kak, kalo udah ngantuk, pulang dong. Istirahat, tidur yang nyaman di rumah. Nggak lagi jaga malam kan hari ini? Kalo mau jaga, makan malam dulu. Kalo nggak jaga, pulang aja ke rumah. Udah somnolen gitu."

Midam membuka matanya perlahan, mendonggakkan kepala untuk melihat siapa yang sedang menahan kedua sisi wajahnya agar tidak menghantam meja. Dan di tengah rasa kantuk yang menyerangnya, ia melihat Seobin. "Kok kamu belum pulang?" tanyanya dengan suara serak.

"Malam ini aku jaga dan nggak bisa mangkir, atau besok bakalan dilibas dokter Seongwoo. Tapi harusnya aku yang nanya. Kamu ngapain di sini kalo nggak jaga? Polinya udah tutup dari setengah jam lalu, awas kunci poli dicariin lho." Seobin menarik kursi yang tidak jauh darinya dengan satu kaki, kemudian duduk di hadapan Midam dengan tangan yang masih menangkup kedua sisi wajah pacarnya.

Midam menggeleng pelan, tampak seperti orang linglung saking mengantuknya. "Aku nggak jaga malam ini, tapi besok aku ada lapkas. Dan bahan lapkasnya belum siap sama sekali. Ya udah sih, aku ambil satu kasus yang komponennya udah lengkap. Tapi media presentasinya belum aku siapin sama sekali. Kamu jaga malam ini?"

Seobin mengangguk. Ia melepaskan kedua tangannya dari wajah Midam dan beralih mengamati wajah pacarnya yang kelihatan sangat lelah. "Pulang yuk? Aku anterin sebentar. Tapi aku nggak bisa mampir karena masih harus jaga. Ijin juga palingan dikasih waktunya sebentar."

"Aku bisa pulang sendiri, Seobin," Midam menolak. Ia merapikan buku agenda beserta semua alat tulisnya menjadi satu, kemudian menatap ke dalam mata Seobin yang sedang menatapnya intens.

Seobin menggeleng beberapa kali. Ia kembali mengangkat satu tangannya untuk mengusap pipi kiri Midam perlahan. "Nggak, jangan pulang sendirian. Kamu ngantuk, nanti malah diapa-apain di jalanan. Aku anterin pulang aja. Lagian cuma sebentar kok. Nggak akan ada masalah. Kamu udah makan malam, kak?"

Midam menggeleng. Tanpa sadar ia mencebik, membuat bibirnya melengkung ke bawah. "Aku belum makan dari kemarin malam malam. Tadi mau sarapan, juga nggak sempat. Mau makan siang, dipanggil CITO. Aku nahan lapar sampai lupa kalo aku tadi kelaparan..."

"Ya udah, aku anterin pulang sekarang. Nanti pulang langsung makan malam merangkap makan malam yang kemarin, sarapan sama makan siang yang tadi. Habis itu langsung istirahat, biar besok sewaktu lapkas nggak ngantuk dan bisa lebih fokus. Kamu udah kelihatan nggak karuan gini, kak. Kalo malah dipaksa buat kerja lagi, habis kamu besoknya bisa-bisa sakit langsung indikasi ranap."

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang