Bacalah dengan background berwarna hitam
"Dok, serius ini. Saya harus gimana? Kadang saya bingung sendiri kalo jaga poli sendirian, apalagi residen yang sering dipanggilin dokter konsultan itu saya."
Dokter Cha yang tidak lain dan tidak bukan adalah mama dari Junho menoleh ke arah Byungchan yang berjalan di belakangnya sambil mengeluhkan beberapa masalah seputar hidupnya sebagai residen Penyakit Dalam, terutama saat ia harus terkendala oleh beberapa masalah pasien.
Dokter konsultan senior dalam bidang gastroenterologi dan hepatologi itu menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. "Dek, kamu perbanyak belajar dari dokter-dokter spesialis dan subspesialis. Kamu juga baca banyak hal yang bisa bikin wawasan kamu luas, sekaligus lebih bisa memahami pasien."
"Saya udah coba, dok. Kemarin saya sempat diskusi bareng dokter Dongho sama dokter Hyunbin, tapi kadang kalo udah terlalu capek banget, saya malah nggak ngeh mereka berdua ngomong apa. Dokter Hyunbin juga kemarin ngomongnya cepat banget kayak dikejar maling," Byungchan kembali menambahkan keluhannya.
Dokter Cha tersenyum sambil menggeleng beberapa kali mendengar keluhan residen di belakangnya. "Anak saya yang pertama dulu mau ambil Penyakit Dalam, tapi papanya bilang nggak usah. Jadi dia ambil Orthopedi aja. Saya pribadi dulu waktu masih PPDS juga pas masuk semester 5 rasanya mau berhenti aja," katanya sambil tertawa pelan.
"Anak dokter Cha 3 kan?" tanya Byungchan sambil menunjukkan ketiga jarinya, merujuk pada angka 3.
Dokter konsultan berparas cantik itu mengangguk. "Iya, ada 3. Semuanya cowok. Yang pertama udah mau selesai PPDS Orthopedi, yang kedua masih PPDS Ilmu Kesehatan Anak dan kayaknya seumuran sama kamu, kalo yang terakhir masih koass di sini, tapi saya jarang ketemu. Kakaknya yang sering ketemu."
"Emangnya nggak pernah pulang ke rumah, dok, anaknya yang terakhir?" Byungchan bertanya lagi.
Dokter Cha menggeleng sambil menyelipkan beberapa helai rambutnya ke belakang telinga. "Saya udah nyuruh pulang lewat kakaknya, tapi dia belum mau pulang. Mungkin dia belum mau pulang ke rumah, saya nggak mau maksa. Dia pasti punya alasan kenapa sampai setakut itu pulang ke rumah."
"Kata orang tua saya, kalo seorang anak udah nggak nyaman lagi berada di rumah tempat dia dibesarkan, mungkin dia nggak merasa aman saat berada di rumah. Atau bisa jadi dia merasa kalo rumahnya udah bukan terasa kayak rumah lagi. Daripada merasa tentram, nyaman, aman, dan merasa terlindungi, mungkin anak itu merasa takut, trauma, sedih, dan terluka saat berada di dalam rumah. Jadi dia memilih berada di luar rumah, di lingkup besar yang membuat dia merasa lebih aman daripada di rumah."
Langkah kaki dokter Cha terhenti, yang secara tidak langsung juga membuat langkah Byungchan di belakangnya itu terhenti. Wanita itu terlihat sedang berpikir selama beberapa saat, membuat Byungchan sama sekali tidak berani mengusiknya.
Hingga beberapa detik kemudian, wanita itu menoleh ke arah Byungchan sambil tersenyum tipis di bibirnya. "Mungkin orang tuamu benar kalo seorang anak udah merasa nggak nyaman berada di rumah tempat dia dibesarkan, bisa jadi dia merasakan perasaan seperti yang kamu bilang, dek."
"Kyu, serius. Bantuin gua dong. Gua udah baca hematologi pediatri berulang kali, tapi tetep nggak paham."
"Lo baca sambil dipikir coba, Jun. Jangan sembarangan dibaca. Orang baca koran aja butuh dipikir, ditelaah, biar paham dan nggak salah informasi. Apalagi orang membaca buat belajar."
Atensi kedua dokter dari bagian Penyakit Dalam ini teralihkan pada 2 sosok koass dalam balutan snelli yang sedang berdiri beberapa langkah di hadapan mereka. Keduanya tampak sedang mengobrol sambil berjalan semakin mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]
FanfictionSequel dari Coass Cooperate 2.0 Silakan membaca Coass Cooperate 2.0 apabila merasa bingung dengan plot Coass Cooperate 3.0 Seputar kehidupan para koass selama masa Program Profesi Dokter, bersama segala balada hidup dan asmaranya bersama teman sepen...