Sequel dari Coass Cooperate 2.0
Silakan membaca Coass Cooperate 2.0 apabila merasa bingung dengan plot Coass Cooperate 3.0
Seputar kehidupan para koass selama masa Program Profesi Dokter, bersama segala balada hidup dan asmaranya bersama teman sepen...
"Ning stasiun Balapan... kuto Solo sing dadi kenangan, kowe karo aku naliko ngeterke lungamu..."
Jinhyuk beradu pandang dengan Jihoon sesaat setelah mereka memasuki Ruang Dokter di Departemen Forensik dan Medikolegal. Kedua dokter beda generasi, sekaligus berbeda usia dan posisi ini langsung bertatapan seperti orang sedang bertelepati, kemudian saling menurunkan masker yang menutupi sebagian wajah mereka.
Jihoon merapat ke arah Jinhyuk dan menyikut pelan dokter residen di sampingnya. "Dek, dokter Jisung masih pagi kenapa udah dangdutan sih?" tanyanya lirih.
Jinhyuk menggeleng dan mengangkat bahunya. "Nggak tau, dok. Semalam nggak ada autopsi sama sekali kan?"
"Nggak ada, dek. Nggak ada jenazah mencurigakan atau jenazah misterius ditemukan yang sampai butuh autopsi. Bahkan orang visum KDRT sama pemerkosaan atau penganiyayaan aja kayaknya juga nggak ada, dek. Aman-aman aja kita belakangan ini," jawab Jihoon. Matanya tetap memandang ke arah dokter Jisung yang tampak sedang bergoyang ke kanan kiri dengan memunggunginya sambil menyanyi lagu-lagu dangdut.
Jinhyuk lantas menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Kalo nggak ada autopsi, berarti nggak masuk ke ruang autopsi sama sekali. Apa dokter Jisung habis masuk ke Dapur Instalasi Forensik?"
Jihoon menggeleng. Matanya masih fokus menatap Jisung yang kembali memutar lagu Cucak Rowo milik Didi Kempot sambil bergoyang ke kanan kiri. "Apa dokter Jisung habis masuk ke Ruang CT Scan Post Mortem ya?"
"Mungkin tadi masuk sebentar ke ruang jenazah, dok. Atau malah mampir ke ruang pendingin jenazah." Jinhyuk masih gagal paham saat dokter Jisung terus mengulang-ulang lagu Cucak Rowo tanpa menyadari keberadaan mereka.
Jihoon menggeleng. "Enggak mungkin, dek. Ruang jenazah kan dikunci. Lagian ini masih jam 6 pagi, ngapain juga dia masuk ke ruang jenazah?"
"Mungkin dokter Jisung pengen main sebentar ke sana. Belakangan ini kan departemen kita sepi, dok. Nggak ada autopsi belakangan ini dan nggak ada sesuatu yang perlu diselidiki lewat kacamata kedokteran kehakiman."
Jihoon memukul lengan Jinhyuk sesaat setelah menyadari apa yang dikatakan Jinhyuk. "Ngawur omonganmu, dek. Jangan sombong, nanti kalo autopsi datang grudhukan, kamu sendiri kena batunya, nggak bisa pulang dan nggak bisa berduaan sama pacarmu."
Jinhyuk meringis dan membuat kedua tangannya saling bersentuhan di depan dada. "Waduh, maaf, dok. Habis saya greget lihat dokter Jisung dan lagu-lagu Didi Kempotnya. Masih pagi kok udah fanboyingan."
Di tengah menggemanya lagu Cucak Rowo, dokter Jisung yang tadinya sibuk menyanyi sambil bergoyang, tiba-tiba menoleh ke arah kedua anak buahnya yang masih berdiri di tempat semua dengan wajah antara bingung dan heran.
"Sini, dek Jihoon, dek Jinhyuk. Ayo kita dengerin lagu bareng biar kepala lebih refresh dan tenang, dek," katanya sambil mengangkat ponsel Sony Ericsson W550 miliknya yang tengah mengalunkan lagu-lagu dangdut favoritnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.