We Have A Difficult Road

11.3K 2.2K 439
                                    

Sejujurnya Junho hampir tidak pernah melihat Eunsang masuk ke Ruang Rekreasi dan Terapi Seni dengan wajah kelewat sendu seperti kali ini. Biasanya Eunsang akan masuk dengan wajah ceria dan senyum secerah matahari di bibirnya, yang kemudian menjadi pusat perhatian nyaris semua pasien di ruangan ini yang sejatinya lebih banyak dihuni remaja dan dewasa muda sepertinya. Tapi untuk pagi ini, Eunsang terlihat sendu dan senyumnya walaupun tetap mengembang, rasanya berbeda.

Junho bisa menangkap hal ganjil itu dalam sekali lihat begitu Eunsang masuk ruang ini bersama Dongpyo dan 2 perawat senior yang langsung membaur dengan pasien-pasien lain. Ia melihat Eunsangnya tersenyum, tapi senyumannya lebih suram. Terkesan apa adanya. Tidak seperti biasanya yang bisa menularkan kebahagiaan bagi siapapun yang melihatnya. Bahkan orang yang merasa memiliki hidup paling suram sepertinya pun bisa merasakan kehangatan hanya dengan melihat senyum penuh ketulusan sarat akan keluguan di bibir Eunsang. Tapi siang ini, senyum itu seperti hanya dibuat ala kadarnya. Seperti sedang berpura-pura tersenyum.

Sebagai orang hanya hidup bertahun-tahun dengan senyum dan tawa palsu, Junho tahu benar dan bisa membedakan bagaimana senyum yang tulus dan bagaimana senyum yang dipaksakan. Sejujurnya ini murni karena pengalamannya selama beberapa tahun, bukan karena dia orang yang terlalu rajin untuk membaca buku-buku psikologi. Jadi ia bisa membedakan, manya senyuman Eunsang yang tulus dari hatinya dan mana senyuman yang hanya dibuat sebagai formalitas.

Hingga beberapa saat kemudian ia melihat Eunsang berjalan ke arahnya sambil membawa 2 origami berbentuk burung bangau di tangan. Eunsang masih tersenyum dengan senyumannya yang tadi, jadi Junho memutuskan untuk menutup buku sketsanya dan meletakkan alat gambarnya di atas bukunya.

Eunsang duduk tepat di samping Junho setelah menata kedua origaminya di atas meja dengan posisi sejajar. Kemudian ia memutar tubuhnya menyamping menghadap Junho. "Juno lagi ngapain?" tanyanya. Ia menyusuri pelipis Junho dan merapikan helaian rambut Junho dengan telaten.

Junho mengangkat satu tangannya dan mencengkram tangan Eunsang lembut, membuat koass manis di depannya langsung menghentikan kegiatannya dan membuat netra mereka saling bertatapan. "Kamu kenapa, Sang?" Ia bertanya.

"Eunsang nggak papa kok." Eunsang kembali memaksakan seulas senyum. Ia berusaha menarik tangannya dari cengkraman Junho, namun Junho menahannya dan malah membuat jari mereka saling bertautan di antara jarak yang memisahkan kursi mereka.

Junho menggeleng pelan. "Bertahun-tahun aku bilang ke semua orang, bahkan ke diriku sendiri kalo aku nggak papa. Cukup nggak papa sampai aku punya 4 kali riwayat percobaan bunuh diri. Untuk ukuran nggak papa, itu bakalan jadi masalah, Sang," katanya.

Eunsang menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Terlihat berat. Ia menunduk memandangi tautan jemarinya dengan jemari Junho. "Serius, Juno. Eunsang baik-baik aja kok."

"Bertahun-tahun aku bilang ke semua orang dan memaksa mereka percaya kalo aku baik-baik aja, termasuk ke diriku sendiri. Cukup baik-baik aja sampai aku harus berurusan dengan psikiater dan masuk rehabilitasi berkali-kali, termasuk sekarang." Tanpa sadar, Junho mengeratkan tautan jemarinya dengan jemari Eunsang, sedikit memberikan remasan lembut di jari-jari Eunsang yang menegang. Ia menggunakan tangannya yang lain untuk meraih ujung dagu Eunsang dan mengangkatkan perlahan, mempertemukan mata mereka. Dan ia bisa melihat gurat kekhawatiran besar di dalam sana. "Kamu kenal aku dari dulu dan kamu tau kalo aku bukan pemberi saran yang bagus, Sang. Tapi kamu tau kalo aku pendengar yang baik. Buat semua orang, termasuk buat kamu," lanjutnya.

Eunsang menggeleng pelan dan memilih kembali menunduk, menyembunyikan ekspresi wajahnya dari tatapan Junho. "Papa sakit, Jun. Belakangan ini kondisi kesehatan jantungnya menurun, jadi harus sering check up ke spesialis jantung, di samping pengobatannya. Itu butuh biaya banyak. Eunsang kepikiran kakak juga belakangan ini. Eunsang udah coba bantu sedikit-sedikit, tapi ternyata nggak bisa sama sekali nutupi kebutuhan berobat papa," jawabnya lirih.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang