The Perspective of The Lonely

10.2K 2.3K 617
                                    

Arirang, Arirang, Arariyo...

Saya melewati jalur arirang

Dia yang meninggalkan diriku di sini

Takkan berjalan sampai 10 li sampai kakinya terluka

Minhee menghentikan langkahnya di depan pintu kamar mamanya. Samar-samar ia mendengar suara lagu Arirang diputar dari dalam sana. Setelah papanya meninggal, mamanya mengalami depresi berat dan beberapa kali mencoba untuk bunuh diri, merasa putus asa dengan hidupnya, dan seringkali mengalami insomnia parah. Seorang psikiater meresepkan obat-obatan untuk mengurasi gangguan depresi pada mamanya, juga obat tidur untuk membantu mamanya. Juga sebuah lagu yang selalu diputar mamanya sebelum tidur. Dan Minhee tahu bahwa lagu itu adalah lagu yang sama seperti yang almarhum papanya pernah nyanyikan saat usianya menginjak 5 tahun.

Perlahan, ia membuka pintu kamar mamanya dan melihat wanita pertama sekaligus cinta dalam hidupnya sedang berbaring menyamping di atas ranjang, dengan selimut hangat yang menutupi sebagian tubuhnya. Di nakas, sebuah tape lawas yang Minhee yakini adalah hadiah dari almarhum papanya menyenandungkan lagu Arirang di samping lampu tidur dengan cahaya hangat dan menenangkan.

Arirang, Arirang, Arariyo...

Saya melewati jalur arirang

Dia yang meninggalkan diriku di sini

Takkan berjalan sampai 10 li sampai kakinya terluka

Minhee tersenyum tipis saat melihat mamanya sudah terlelap tidur. Ia lantas membenarkan selimut hingga sebatas dagu mamanya dan menunduk untuk memberikan sebuah ciuman selamat malam di dahi mamanya. "Mama, langit nggak akan pernah mengatakan kalau dirinya tinggi kan? Minhee juga. Minhee nggak akan bilang kalau Minhee sayang mama karena Minhee sayang banget sama mama. Good night, Mama."

Kemudian ia mengecilkan suara dari tape agar tidak mengganggu tidur mamanya dan berjalan dengan langkah mengendap keluar dari kamar mamanya. Langkahnya terasa lebih berat daripada kemarin-kemarin, seperti banyak hal sedang menahan kakinya untuk tidak beranjak. Tapi ia memaksa. Dengan langkah berat, ia meninggalkan kamar mamanya, membawa bebannya sendiri di kedua bahunya sembari membawa tas di bahunya dan snelli di tangan kirinya.

"Selamat ulang tahun yang kelima, Minhee. Kamu pangeran kecil kesayangan mama. Apapun yang terjadi, mama sayang kamu. Minheeku sayang, kamu tidak perlu mengatakan pada orang lain kalau kamu menyayangi mereka karena sayang menggunakan hati, bukan hanya sekedar lisan."

Minhee tersenyum tipis. Mamanya adalah wanita yang baik dan paling tangguh di matanya. Mamanya tidak terkalahkan. Kalau ia diganggu teman-temannya, pasti mamanya akan mengambil tindakan. Mamanya adalah orang yang tidak pernah menginginkan dirinya bersedih, apapun alasannya. Namun setelah kematian papanya, mamanya berubah dalam sekejap. Ia tahu bahwa mamanya terlampau mencintai papanya dan ia bisa menerima kenyataan bahwa mamanya begitu terpukul atas kematian papanya.

"Minhee, selamat ulang tahun yang kelima. Kamu adalah mutiara di rumah ini. Jadi orang yang berharga untuk banyak orang. Walaupun usahamu nggak dihargai, lakukan yang terbaik karena pasti akan ada saat di mana mereka mengenang itu. Sayang, jangan menjelaskan dirimu pada orang lain karena yang membencimu tidak akan percaya itu dan yang mencintaimu tidak membutuhkan itu."

Papanya adalah pria terbaik yang pernah ia temui. Pahlawan supernya. Dengan bantuan papanya, ia bisa melakukan banyak hal dan menjadi anak yang lebih pemberani. Tapi semuanya berubah saat ia memasuki usia 6 tahun di mana papanya mulai frustasi dengan pekerjaannya, dengan rekan kerjanya, dengan keadaan ekonominya, hingga ia menyaksikan dengan matanya sendiri beberapa kali percobaan bunuh diri papanya. Hingga finalnya pada usianya yang ke-7, ia melihat papanya meninggal akibat bunuh diri di depan matanya.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang