Truly They Need Each Other

11.4K 2.3K 150
                                    

"Kak Yohan, papa sakit. Udah dari kemarin malam demam tinggi dan nggak turun-turun. Papa ngigau terus dan keringat dinginnya banyak. Ae Young takut papa kenapa-napa, kak."

Sore ini setelah Yohan menyelesaikan urusan ujiannya, terpaksa ia harus datang ke apartemen Yuvin saat menerima panggilan dari nomor telepon Yuvin. Semula ia mengira bahwa orang yang menghubunginya adalah Yuvin, maka ia mendiamkan panggilan itu dan bersikap seakan ia tidak mendengarnya. Hingga setidaknya ada sekitar 14 panggilan tidak terjawab dan akhirnya ia mengalah untuk mengangkat panggilan itu. Dan ia melakukan kesalahan.

Bukan Yuvin yang menghubunginya, melainkan Ae Young. Gadis kecil itu berbicara dengan suara terbata-bata dan ada isakan tangis di sela-sela perkataannya, sehingga Yohan membutuhkan beberapa waktu untuk memahami apa yang gadis cilik itu tengah berusaha mengatakan padanya. Dan finalnya di sinilah ia sekarang.

"Papa udah sejak kapan sakit, Sayang?" Yohan berjongkok di depan Ae Young sesaat setelah pintu apartemen Yuvin terbuka dan menampilkan sosok Ae Young yang masih menggunakan piyamanya, lengkap dengan rambut sebahunya yang berantakan.

"Udah dari kemarin malam. Badan papa panas dan katanya kepala papa pusing. Biasanya kalo Ae Young sakit, papa yang ngerawat Ae Young. Tapi sekarang papa sakit, Ae Young nggak bisa ngerawatnya. Jadi Ae Young minta bantuan kak Yohan. Kakak nggak marah kan?" Ae Young menatap Yohan takut-takut.

Yohan tersenyum tipis sambil mengusap puncak kepala gadis itu lembut. Meski ia berniat menghindari Yuvin, mana bisa ia marah pada gadis ini hanya karena alasannya yang begitu lugu? Ayahnya sedang sakit dan ia tidak bisa melakukan apapun, jadi dengan alasan apa Yohan harus marah saat mendengar alasannya?

Ia lantas menggeleng dan menyelipkan beberapa helai rambut Ae Young ke belakang telinga gadis manis itu. "Kakak nggak marah kok. Sekarang papa di mana?" ujarnya.

Ae Young berjalan lebih dulu untuk membawa Yohan ke kamar Yuvin, Kamar yang dulu juga pernah ditempati oleh Yohan untuk mereka bersama, juga kamar yang ia rindukan auranya. Jika dulu kamar ini menyimpan banyak cerita di antara dirinya dan Yuvin, kali ini kamar ini hanya menyimpan banyak kenangan yang tidak pernah bisa Yohan hapus dari ingatannya karena semakin jauh ia melangkah ke dalam kamar ini, rasanya ia ingin mendekam di sini dan tidak pernah pergi.

Meski ia tahu bahwa ia tidak bisa. Kenangan antara dirinya dan Yuvin, biar saja tetap menjadi kenangan. Ia akan menyimpan itu untuk dirinya sendiri.

Ae Young menunjuk ke arah ranjang di mana Yuvin terbaring dalam balutan selimut tebal. Raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran tinggi saat melihat tubuh besar sang papa bergerak tidak nyaman di atas tempat tidur sambil sesekali mengerang sebagai tanda bahwa ada yang salah dengan keadaan tubuhnya.

Yohan menunduk menatap Ae Young dan mengusap belakang kepala gadis manis itu sebentar. "Ae Young ke kamar dulu ya? Biar kak Yohan yang ngurus papa. Ae Young main aja di kamar, jangan khawatir. Pasti besok papa sembuh," katanya. Kemudian ia menunduk untuk mengecup sekilas pucak kepala anak itu.

Ae Young mengangguk patuh dan segera pergi ke kamarnya, sementara Yohan sendiri menutup pintu kamar dan berjalan mendekati ranjang di mana Yuvin terbaring tidak nyaman dengan balutan selimut yang bahkan posisinya sudah sangat berantakan.

Yohan duduk di pinggiran ranjang dan menatap Yuvin sendu. Dahi residen bedah itu basah oleh keringat dinginnya sendiri, hingga membuat rambut depannya menjadi lengket. Wajahnya terlihat memucat dan ada kerutan di sekitar dahinya. Bibirnya beberapa kali mengerang tidak nyaman seiring dengan pergerakan tubuhnya yang lemah.

"Kok bisa sampai sakit sih, dok?" Yohan bergumam pelan sembari meraih satu tangan Yuvin yang berada di atas perut lelaki itu. Ia menggenggamnya perlahan dan bisa merasakan suhu tubuh Yuvin yang tidak normal meski ia hanya menggenggam tangan itu. Sementara satu tangannya yang lain mengusap pelan rambut depan Yuvin penuh sayang.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang