Be Quiet, I'm Trying to Believe

11.5K 2.2K 1.1K
                                    

Chan♡

Bentar aku ke dokter Jonghyun dulu ya
08.12 p.m

Tungguin aja di parkiran
08.12 p.m

"Ck, kenapa nggak mau nyala sih? Kayaknya bensinnya full tank deh, tapi kenapa malah nggak mau nyala sama sekali? Udah malam, mana lapar. Pakai acara ngambek segala sih ini motor?"

Atensi Seungwoo teralihkan pada sesosok lelaki dengan helm berwarna biru navy yang sedang berdiri mengomel di samping motornya. Ia diam sejenak untuk mengenali suara siapa di balik helm itu karena lelaki itu sedang memunggunginya, namun sebelum sempat ia menyadari siapa pemilik suara itu, lelaki itu lebih dulu berdiri menyamping sambil melepaskan helm yang dipakainya. Seungwoo mengulas sedikit senyum.

Ia lantas menyimpan ponsel pintarnya ke dalam saku samping celananya dan melangkah panjang menghampiri si lelaki berambut sekelam malam itu yang kembali mengomeli motornya tidka kunjung menyala, padahal sudah tankinya dalam keadaan full.

"Hey, Youn. Butuh bantuan?" Ia menepuk pelan bahu lelaki itu - Cho Seungyoun - dan langsung dihadapkan dengan seberapa terkejutnya Seungyoun dengan kehadirannya yang mendadak.

Seunyoun mundur selangkah dan membungkuk hormat kepada Seungwoo, sebelum akhirnya ia kembali menegakkan tubuhnya sambil mengelusi dadanya. Ia terkejut bukan main saat Seungwoo tiba-tiba muncul di belakangnya sambil memepuk pundaknya. "Saya kira tadi siapa, dok," katanya sambil meringis ringan.

"Motormu kenapa? Bermasalah?" Seungwoo memiringkan sedikit tubuhnya, menatap ke arah motor di belakang punggung Seungyoun.

Seungyoun menoleh ke belakang sekilas untuk menatap motornya, kemudian kembali menatap Seungwoo sambil mengangguk. "Nggak mau nyala, dok. Padahal tadi pagi saya isi bensinnya penuh. Kayaknya ada masalah atau emang saya yang belum begitu mahir," jawabnya.

"Sini, biar saya bantu nyalakan." Seungwoo melangkah mendekati motor Seungyoun tanpa meminta ijin dan naik ke atas motor itu. Tidak butuh waktu lama dan beberapa omelan tidak berguna, Seungwoo berhasil menyalakan motor itu dan membuat Seungyoun hanya melongo karena tadi sempat tidak berhasil menyalakan motor yang ia naiki sehari hari.

Seungyoun mengerjap beberapa kali saat akhirnya Seungwoo memilih turun dari motornya. Menyadari Seungwoo sedang menatapnya, ia buru-buru menunduk dan menggumamkan beberapa kalimat sebagai tanda terima kasih.

"Lain kali motornya jangan diumpatin. Kamu yang nggak bisa nyalahin, motornya yang kena sembur," Seungwoo bergumam. Ia menoleh ke belakang sekilas, menata motor Seungyoun yang telah menyala sekilas, dan berakhir dengan sepenuhnya menatap Seungyoun yang tampak berdiri kikuk di depannya.

Seungyoun hanya meringis, terlihat begitu kikuk sambil menggaruk belakang kepalanya dan tanpa sengaja memperlihatkan pergelangan tangan kanannya yang terbalut perban elastis. Akibat kejadian brankar tadi pagi.

Seungwoo menyipit sesaat, kemudian tangannya terulur meraih tangan Seungyoun yang berada di dekat kepala lelaki itu. "Dipasang perban elastis dari kapan, Youn?" tanyanya.

Untuk sesaat Seungyoun terlihat bingung, tapi begitu ia menyadari bahwa satu tangannya berada di genggaman Seungwoo, ia lantas buru-buru menjawab, "Tadi siang. Perawatnya bilang dipasang perban elastis aja biar bisa ngasih tekanan di sekitar luka buat mengurangi rasa sakit sama pembengkakan," jawabnya.

"Apa ini masih sakit?" Seungwoo mengenggam pergelangan tangan Seungyoun lebih erat, dan membuat lelaki itu mengerang tertahan sambil menggigit bibir bawahnya. Ia tertawa sekilas melihat perubahan ekspresi di wajah Cho Seungyoun yang cepat. "Ternyata masih sakit," katanya.

Seungyoun mengerjap beberapa kali dan menatap Seungwoo dengan tatapan tidak percaya. "Jelas ini masih sakit. Kejadiannya bukan kemarin atau kemarin lusa, tapi masih tadi pagi dan perbannya baru dipasang tadi siang, dok. Jangan aneh-aneh. Saya takut sama alat-alat di Poli Orthopedi, jadi saya nggak mau berurusan sama bagian Orthopedi," katanya memprotes.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang