Infinitely Polar Bear

11.4K 2.4K 284
                                    

Sejujurnya Eunsang agak kaget saat Junho muncul di depan rumahnya sore ini setelah ia selesai mandi dan sedang berniat untuk mengobrol dengan papanya. Cowok itu muncul di hadapannya dengan celana jeans panjang dan jaket merah Adidas yang membalut tubuhnya. Beberapa jam setelah ujian akhir stase dan mengumpulkan tugas berupa referat, Junho langsung pulang ke apartemen tanpa mengatakan apapun, sementara ia diantar oleh Minkyu pulang ke rumah. Junho tidak bisa dihubungi sejak semalam dan sekarang mendadak muncul di depan rumahnya dalam keadaan rapi.

Eunsang berdeham pelan sambil membuka pintu pagar rumahnya. Matanya yang bulat tidak henti-hentinya menatap Junho dari atas ke bawah. "Juno mau ke mana?" tanyanya.

"Nggak mau ke mana-mana," jawabnya lirih. Ia melangkah ke dalam wilayah rumah sesaat setelah Eunsang memberikan kode akan menutup pagar rumahnya.

Eunsang sanksi dengan jawaban Junho. Maka alih-alih langsung mengajak cowok itu masuk ke rumahnya, ia masih memandangi cowok itu dengan mata memincing. "Beneran nggak mau ke mana-mana? Kok udah rapi? Biasanya Juno kan mandinya hampir dekat-dekat malam."

Junho tersenyum sekilas. "Mau pulang ke rumah. Waktu itu udah bilang sama Eunwoo mau pulang, jadi sekarang pulangnya. Semingguanlah sebelum stase baru."

"Juno udah nggak papa mau pulang emang? Kalo emang belum mau pulang, mending jangan dulu. Juno bisa pulang setelah psikiatri," Eunsang berkata sambil mengajak Junho masuk ke rumahnya dan berjalan menuju kamarnya.

Junho menggeleng pelan. Ia menatap punggung Eunsang yang berjalan di depannya sekilas, kemudian menunduk sepasang sepatunya yang terus mengikuti gerak kakinya melangkah menuju kamar Eunsang. "Mending kayaknya sekarang aja, Sang. Setelah pulang, mungkin udah lebih tenang. Nggak ada beban. Paling nggak aku mau setor muka di depan orang tuaku. Lagian seminggu doang kok. Nggak akan terjadi apa-apa kalo cuma seminggu."

"Juno udah makan?" Eunsang bertanya sambil membuka pintu kamarnya dan mengajak Junho masuk ke sana. Ia membiarkan Junho duduk di atas tempat tidurnya setelah melepas sepatu, sementara ia masih menutup pintu kamarnya dan menyingkirkan tumpukan buku neuroscience dari satu sisi tempat tidurnya.

Untuk kesekian kalinya, Junho menggeleng. Ia menyelonjorkan kakinya dan duduk bersandar pada headboard ranjang Eunsang. "Belum sempat makan. Pulang ujian tadi langsung tidur, capek banget. Aku juga belum sempat sarapan."

"Jadi tadi Juno nggak sarapan dulu?" Eunsang melotot kaget.

Sederhananya, Junho mengangguk. Ia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sambil meraih selimut untuk menutupi sebagian kakinya. "Nggak nafsu makan, nggak lapar juga. Kepalaku agak pusing tadi pagi, tadi malas mau bikin sarapan."

"Juno sakit?" Eunsang mengulurkan tangannya, menyibak poni Junho yang masih sedikit basah, dan menempelkan punggung tangannya di dahi Junho. "Nggak demam," ujarnya pelan.

Junho terkekeh sebentar. "Aku nggak lagi sakit, Sang. Cuma kepalaku agak nggak enak, jadi aku malas mau makan."

"Mau Eunsang buatin makanan? Juno suka roti bakar kan? Eunsang buatin ya biar perut Juno ada isinya."

Eunsang baru saja akan bangkit dari posisinya, tapi Junho menahan satu lengannya dan menggeleng untuk menahannya untuk pergi. Cengkraman itu terasa lebih lemah daripada sebelumnya, seperti sengaja hanya dibuat tanpa tekanan yang berarti. Entah Junho tidak ingin memaksanya atau Junho sedang tidak ingin banyak mengeluarkan energi, Eunsang juga tidak memahaminya.

Junho menggeleng dan memaksakan seulas senyum di wajahnya. Tatapan matanya sayu dan terlihat lelah. "Nggak usah, Sang. Aku makan di rumah aja nanti. Lagian aku mampir ke sini bentar doang. Sejam lagi aku langsung ke rumah," katanya.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang