"Oh, jadi udah lo bawa ke rumah sakit? Direhabilitasi karena PTSD-nya atau karena bipolarnya? Hm, gitu. Tapi dokter Chaeyeon masih mau memastikan lagi keadaan yang sebenarnya gimana? Terus? Wah, gejala skizoafektif? Ya udah, kalo nanti ada perkembangan atau ada yang lo butuhin, telepon aja gue. Nanti siangan deh gue ke sana. Sampai nanti. Hati-hati."
Minhee menyelesaikan panggilan suaranya dengan Eunsang pagi itu, kemudian langsung memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana trainingnya. Di sampingnya, Yunseong tampak sedang menatapnya dengan pandangan bertanya, sementara keduanya sebenarnya sedang menunggu Yeji yang sedang mengantri untuk membeli crepes di acara jogging mereka saat Car Free Day.
Yunseong berdeham pelan sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. "Jadi Eunsang bilang apa barusan, dek?" tanyanya. Ia tidak bisa menyembunyikan wakta bahwa ia merasa penasaran dengan apa yang baru saja dikatakan Eunsang pada Minhee lewat telepon, tapi ia mendengar samar-samar tentang rehabilitas, bipolar, PTSD, skizoafektif, dan tentu saja dokter Chaeyeon. Tentu saja ini bukan soal Eunsang atau Minhee.
Minhee menoleh dan tersenyum sebentar. "Junho tengah malam tadi teriak-teriak, ngamuk gitu. Katanya banyak orang yang nyuruh dia mati aja, bilang dia nggak berguna, dan bilang kalo nggak ada gunanya dia hidup, padahal kan di dalam kamar itu cuma ada Eunsang sama dia. Nggak mungkin Eunsang bilang begitu sama Junho, tapi Junho yakinnya banyak orang-orang yang nyuruh dia buat mati aja. Udah mau lompat dia dari balkon kamarnya Eunsang, cuma ditahan. Tapi tetap teriak-teriak ketakutan."
"Terus tadi kenapa bawa-bawa skizoafektif, dek?" Yunseong bertanya lagi. Ia menoleh sebentar ke arah Yeji yang masih sibuk mengantri untuk memastikan kalau tuan putri kesayangan dokter Minhyun itu tidak hilang melarikan diri dengan alasan membeli crepes.
Minhee menggeleng kali ini. "Enggak sebegitu paham, dok. Eunsang juga masih nggak bisa ngasih tau jelasnya gimana, tapi dia bilang, dokter Chaeyeon mau periksa keadaan mentalnya Junho lagi karena dia curiga sama gejala skizoafektif karena skizoafektif sendiri kan bisa ngalamin delusi dan halusinasi sekaligus perubahan mood dari mania jadi depresi secara bersamaan. Tapi dok, emang ada yang didiagnosa bipolar sekaligus skizoafektif?"
Yunseong berpikir sebentar. Lama menggeluti neurologi membuatnya agak lupa dengan kasus-kasus yang pernah dihadapinya saat masih menjadi koass psikiatri. Tapi tidak lama kemudian, ia mengangguk, bersamaan dengan Yeji yang tengah tersenyum lebar dan berjalan ke arahnya sambil membawa 2 crepes. "Bisa sih, kamu pernah dengar nama Esme Weijun Wang? Dia bilang ke suaminya kalo dia udah meninggal, padahal belum. Dia didiagnosa sindrom Cotard, dan secara kebetulan dia juga didiagnosa bipolar dan skizoafektif di tahun 2013. Skizoafektif sendiri kan juga masih terbagi jadi 2 tipe. Tipe bipolar yang mencakup episode mania dan terkadang depresi mayor atau tipe depresif yang hanya mencakup depresi mayor. Saya nggak begitu paham karena kalo saya belajar pun, belajar neuropsikiatrinya. Kalo yang lebih paham tetap orang-orang dari psikiatri atau dari psikologi."
"Saya nggak tau Junho bakalan jadi separah ini. Maksud saya, sewaktu dia kambuh di Obsgyn dulu kan dia nggak sampai punya halusinasi parah dan sampai sejatuh ini, walaupun sempat overdosis. Tapi setelah dia pulang ke rumah, dia malah jadi lebih buruk. Kalo menurut saya sih, dok, yang menambah keadaannya Junho makin buruk di samping treatment yang nggak dia jalani secara disiplin adalah karena trauma beratnya. Dia nggak pernah mau pulang ke rumah karena mungkin udah tau gimana akibatnya kalo dia berhubungan lagi dengan kenangan-kenangan traumatisnya. Dulu saya inget banget dia ke rumah saya dengan lebam di tangan kakinya, kepala dia juga lebam, sudut bibirnya luka robek, sama telinganya yang berdarah. Katanya, dia dipukul pakai kayu sampai kayunya patah cuma gara-gara dia nyembunyiin nilai ulangan dia yang jelek. Anak mana sih yang nggak bakal trauma dengan kekerasan berulang yang begitu parahnya?" Minhee menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]
FanfictionSequel dari Coass Cooperate 2.0 Silakan membaca Coass Cooperate 2.0 apabila merasa bingung dengan plot Coass Cooperate 3.0 Seputar kehidupan para koass selama masa Program Profesi Dokter, bersama segala balada hidup dan asmaranya bersama teman sepen...