Blue Neighbourhood

11K 2.3K 416
                                    

"Ngapain lo muncul lagi di depan gue tengah malam begini? Mau maki-maki dan mukul gue lagi? Nggak cukup apa lo nyalahin gue sepanjang ini, Jun? Siapa lagi yang ngadu ke elo tentang gue? Eunsang lagi?"

Junho menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Ia berusaha meraih bahu Minhee yang masih berdiri di ambang pintu dengan pakaian yang sama dengan beberapa jam lalu saat ia menemui Minhee di depan rumah. "Hee, dengar dulu," katanya.

"Dengar seberapa besar lo mau nyalahin gue lagi? Dengar semua bentuk pembelaan lo buat Yohan? Kenapa gue harus dengerin lo kalo juga nggak mau dengarin gue?" Minhee menepis kasar tangan Junho yang berusaha merah bahunya dan mencoba menutu kembali pintu rumahnya, tapi Junho menahannya dengan satu kakinya.

"Minhee, gua nggak akan nyalahin lo lagi, tapi dengar dulu. Gua nggak akan mukul lo lagi dan gua nggak akan nyalahin lo lagi. Gua juga nggak bermaksud buat belain Yohan. Kalo di mata lo gua tampak seperti belain Yohan, gua minta maaf, Hee. Gua nggak bermaksud belain Yohan. Tapi bukan berarti gua belain lo." Junho menatap dengan seksama setiap jengkal wajah Minhee. Meskipun terlihat baik-baik saja, ia tahu bahwa Minhee baru saja menangis, mungkin saja sangat histeris. Ia bisa melihat wajah Minhee yang sembab, hidungnya memerah, dan jejak air mata yang belum sepenuhnya mengering.

Minhee tidak menjawab. Ia membuang pandangannya ke sembarang arah, asal tidak ke arah Junho. Kedua tangannya terkepal di kedua sisi tubuhnya. Tidak, ia tidak berniat untuk memukul Junho hingga terjengkang ke belakang atau sejenisnya. Ia hanya sedang menahan luapan emosi dalam dirinya. Ia tidak ingin kelihatan lemah di mata orang lain dan ia tidak ingin terlihat dilumpuhkan oleh emosinya sendiri.

Junho meraih satu tangan Minhee yang terkepal dan mengusapnya perlahan. Kali ini Minhee tidak berusaha menepis tangannya, namun kepalan itu terasa begitu tegang di tangan Junho. "Hee, kayak janji yang udah pernah gua bilang saat kita kecil dulu, gua nggak akan ninggalin lo. Jauh sebelum gua ketemu Eunsang, gua lebih dulu mengenal lo dan berbagi bareng lo. Ingatan masa kecil gua yang buruk, sebagian mempengaruhi hidup lo. Dan ingatan masa kecil lo juga mempengaruhi hidup gua."

Minhee memberikan gelengan kecil. Kepalan tangannya yang semula begitu tegang mulai terasa lebih rileks dan memudahkan Junho untuk menggenggamnya. "Lo bohong karena lo berubah, Jun," lirihnya.

"Hee, semua orang berubah. Lo berubah, gua juga berubah. Kenapa kita berubah? Karena kita manusia yang menerima banyak perspektif dari orang lain dan berusaha menyelesaikan masalah, apapun resikonya. Dari sana kita dapat pandangan baru, dan itulah yang merubah kita. Nggak ada manusia yang selalu sama karena selama manusia hidup, dia bakalan dengan banyak sudut pandan dan dinamika  hidup baru yang mau nggak mau pasti mempengaruhi pola pikirnya. Kita semua berubah, tapi bukan berarti kita nggak bisa menjaga janji yang udah kita buat sebelumnya." Junho memberikan usapan lembut di punggung tangan Minhee. Ia menaikkan pandangannya dan menatap ke dalam mata Minhee yang memerah.

Minhee menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. "Apa gue juga berubah di mata lo, Jun?" tanyanya.

Junho tersenyum dan mengangguk. "Iya, lo berubah. Dari anak kecil cengeng yang cuma bisa sembunyi di belakang punggung gua, jadi orang yang lebih tegar menghadapi masalahnya sendiri. Dari anak kecil penakut yang ke mana-mana minta ditemani, lo berubah jadi orang yang lebih berani terhadap apa yang lo yakini. Hee, jangan takut pernah takut sendirian karena lo nggak pernah benar-benar sendirian. Ada banyak banyak mata yang ngawasin lo, berusaha jagain lo dari jauh."

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang