Through The Night

13.7K 2.5K 631
                                    

"Kak Minkyu!"

"Hey, nih kakak beliin Big Box. Dimakan ya. Pelan-pelan, jangan rebutan. Isinya banyak kok."

"Mikyu, makasih ya, nak. Wonjinnya di kamar kok. Kamu ke sana aja. Mandi dulu, terus makan ya? Kamu pasti capek."

"Mau langsung ke Wonjin aja dulu, nek. Nanti Minkyu ke dapur kalo laper."

Wonjin berusaha bangun dari posisi berbaringnya begitu mendengar percakapan singkat Minkyu dengan nenek dan adik-adiknya dari arah ruang keluarga. Ia meraba-raba sekitarnya, berusaha menyingkirkan guling yang berada di dekat tubuh kurusnya, juga selimut yang membelit kakinya. Kegiatan remeh seperti ini dulu bukanlah hal yang sulit untuknya, tapi setelah beberapa bulan umur tumornya, kegiatan seperti ini sangat menyulitkannya.

Setelah berdebat dan bersikeras meminta pulang, akhirnya ia dipulangkan beberapa hari lalu dan memilih dirawat jalan daripada harus dirawat inap di rumah sakit. Setidaknya  di rumah ia merasa lebih hidup karena mendengar celoteh adik-adiknya dan berada di ruangan yang lebih memiliki asa daripada kamar rawatnya dan rumah sakit yang justru membuatnya semakin merasa gelisah dan takut, bahkan dalam tidurnya.

"Kamu butuh bantuan, Sunshine?" Tiba-tiba selimut yang tadinya membelit kaki Wonjin berpindah cepat entah ke mana saat ia mendengar suara Minkyu begitu dekat dengannya.

Wonjin tersenyum dan berusaha menegakkan tubuhnya duduk di tempat tidur, bersandar pada headboard ranjangnya. "Makasih, Kyu," balasnya pelan.

Minkyu meletakkan tas dan snellinya di dekat kaki tempat tidur, kemudian merangkak naik ke tempat tidur dan berbaring tepat di samping Wonjin. Ia menopang kepalanya dengan tangan kirinya sambil menatap Wonjin yang akhirnya memilih kembali berbaring. "Kamu apa kabar?" tanyanya.

Wonjin memutar tubuhnya ke samping setelah berhasil menemukan kalau Minkyu juga tengah berbaring menyamping dengan berusaha meraba posisi badan pacarnya. "Aku baik kok. Tadi adik-adikku banyak cerita film yang udah mereka tonton, jadi aku nggak terlalu kesepian walaupun kamu nggak ada."

Minkyu tersenyum. Ia mengamati setiap jengkal wajah Wonjin dengan detail. "Aku khawatir, tapi kamu pasti nggak papa karena adik-adikmu. Dan aku senang ternyata kamu baik-baik aja."

Wonjin mengulurkan satu tangannya, berusaha untuk meraba wajah Minkyu, namun lagi-lagi ia meleset. Bukannya menyentuh wajah Minkyu, ia malah menyentuh bahu Minkyu. Dan Minkyu membantu Wonjin dengan menempatkan tangan mungil itu ke satu sisi wajahnya.

Wonjin terlihat merona sedikit, kemudian tersenyum. "Kegiatan kamu hari ini gimana? Lancar? Nggak ada kendala kan?"

"Kegiatanku lancar kok. Sama sekali nggak ada kendala. Kupikir stase Anak seberat apa, ternyata masih lebih berat Obsgyn dulu. Bedanya sama stase lain adalah stase Anak pasiennya jelas anak-anak, lebih susah dikendalikan daripada orang dewasa," jawab Minkyu. Ia memejamkan mata sebentar menikmati usapan lembut tangan Wonjin di wajahnya.

Wonjin mengangguk pelan dan melepaskan sentuhan tangannya dari wajah Minkyu. "Kamu mandi dulu sana. Kamu bau," katanya iseng.

Minkyu membuka matanya dan langsung menarik Wonjin ke dalam dekapannya. "Sini, aku emang bau. Bau keringat, sini makanya, Sayang."

Wonjin tertawa dalam pelukan Minkyu, sementara kakinya menendang ke sembarang arah untuk mengusir Minkyu yang sengaja memerangkapnya dalam pelukan, sedangkan tangannya memukuli badan Minkyu sembarangan untuk membuat dirinya terlepas dari pelukan Minkyu yang kini sibuk mendusel di lehernya dan menciuminya.

Minkyu meninggalkan satu kecupan kedua pipi Wonjin, sebelum akhirnya melepaskan pelukannya dan duduk di pinggiran tempat tidur. "Aku mandi dulu, nanti aku ke sini lagi. Kalo kamu mau tidur, tidur aja duluan. Nggak usah nungguin aku."

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang