A Little Girl and Her Daddy Who Misses Yohan

12.2K 2.4K 451
                                    

Yuvin menutup buku Ilmu Bedah Sabistonnya setelah memberi tanda dengan highlighter di beberapa bagian yang menurutnya penting, dan meninggalkan beberapa catatan kecil dengan sticky notes di bagian samping-samping buku sebagai pengigat. Setelahnya ia meletakkan buku itu di atas meja, di samping buku-buku ilmu bedah lainnya, ia duduk bersandar di sofa sambil memejamkan matanya.

Tiap kali ia sendirian, tidak melakukan apapun, dan memejamkan matanya, ia selalu teringat Yohan. Meskipun ia dan Yohan berada dalam satu rumah sakit, sulit baginya untuk benar-benar datang menemui Yohan dan bicara dengan lelaki itu. Yohan memiliki tugas sebagai seorang dokter muda yang masih berada di bawah tanggungjawab konsulennya, sementara ia memiliki tanggungjawab terhadap pasiennya. Termasuk pada hari di mana Yohan meminta hubungan mereka diakhiri. Waktu itu ia baru saja melakukan operasi dan masih memiliki tanggungjawab dengan pasiennya yang lain, dan ia tidak bisa serta merta meninggalkan pasien-pasiennya untuk kepentingan perasaannya sendiri.

Namun setelahnya, sulit baginya memiliki waktu untuk bertemu Yohan. Departemen Ilmu Bedah menjadi sangat sibuk belakangan ini. Hampir setiap residen spesialis dan residen subspesialis, bahkan para spesialis dan dokter konsultan selalu berseliweran dengan dahi berkerut dan aura hitam yang mengartikan bahwa tak boleh ada yang membuat kekacauan. Jadi tidak mungkin baginya tiba-tiba meminta izin untuk menemui mantan pacarnya kepada konsulen. Maka jika itu terjadi, bukan hanya hubungannya Yohan yang kandas, tapi karir dan pendidikannya sebagai residen spesialis bedah juga ikut tamat.

Dan Yuvin masih cukup waras untuk tidak ikut mengorbankan karir dan pendidikannya yang baru saja dimulai. Dari total 10 semester untuk spesialis bedah, ia bahkan baru menjalani 5 semester. Jadi sangat tidak mungkin baginya mengorbankan karir satu-satunya yang ia miliki, juga masa depannya sebagai spesialis bedah.

Tapi bagaimana dan kapan waktu yang tepat untuk membicarakan ini bersama Yohan? Jelas bukan dalam waktu dekat karena Yohan mungkin akan berusaha menghindarinya sesaat setelah hubungan mereka kandas.

Kepalanya mendadak pening.

"Papa?"

Yuvin membuka mata dan menegakkan tubuhnya saat mendengar suara Ae Young berada di dekatnya. Ketika matanya terbuka, ia lantas melihat Ae Young berdiri tidak jauhnya dengan mengenakan piyama merah muda bergambar Strawberry Shortcake. "Morning, Baby. Kok udah bangun? Ayo, ke sini," katanya sambil melambaikan tangannya.

Ae Young berlari kecil ke arah sang papa dan langsung duduk di pangkuan papanya begitu Yuvin menepuk-nepuk pahanya pelan. "Papa kok ngelamun kenapa?" tanyanya polos sambil memeluk leher Yuvin.

"Papa nggak kenapa-napa kok, Baby." Yuvin menggeleng sambil tersenyum. Ia membelai lembut rambut Ae Young yang masih sepanjang bahu.

Ae Young menatap papanya sambil mengerjap pelan. "Papa, Ae Young kangen kak Yohan. Belakangan ini kak Yohan udah nggak nginap di sini lagi," ungkapnya.

Yuvin terdiam. Usapannya di rambut Ae Young terhenti.

"Kalo kak Yohan nggak nginap di sini, Ae Young nggak bisa tidur dipeluk kak Yohan. Padahal Ae Young suka pelukan kak Yohan sebelum tidur. Hangat. Papa tau kak Yohan ke mana?" Ae Young memiringkan sedikit kepalanya.

Yuvin hanya mengulum seulas senyum sambil terus membelai rambut halus Ae Young. "Kak Yohan masih sibuk, jadi belum bisa nginap di sini lagi. Nanti ya kalo kak Yohan udah nggak sibuk lagi," jawabnya.

"Ae Young pengen ketemu kak Yohan, kangen sama kak Yohan. Ae Young bikinin kak Yohan ini sewaktu main ke rumah nenek kemarin..."

Hati Yuvin terenyuh saat Ae Young mengeluarkan sepasang gantungan kunci berbentuk panda berbahan kain flanel dari dalam saku piyamanya. Kemudian Ae Young meraih satu tangan Yuvin dan memberikan gantungan panda yang tampak sedang memegang hati.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang