Malam Ketika Minhee Menggalau

10.9K 2.2K 417
                                    

"Han, galau..."

Sejujurnya kalau Yohan boleh berkata apa adanya, ia senang menginap di rumah Eunsang, apalagi di musim-musim mengerjakan referat, mendekati presentasi referat, merevisi referat, dan tentu saja ujian akhir stase. Rumah Eunsang memiliki satu ruangan penuh buku, entah hanya buku novel, buku tentang kesenian dan kebudayaan, buku tentang sejarah, dan tentu saja sangat banyak buku referensi medis karena seperti alasan paling sederhana, kedua orang tua Eunsang juga dokter.

Akan tetapi kalau ia menginap di rumah Eunsang dengan keadaan Minhee yang ribut di atas kasur sambil berbaring di sampingnya sekarang, menginap di rumah Eunsang seperti sebuah bencana baginya. Ia tidak bisa berpikir karena Minhee terus berguling-guling, kemudian duduk, kembali berbaring sambil berguling-guling, menendangi udara dengan kaki panjangnya, dan merengek.

Kepala Yohan pusing. Referatnya belum selesai dan Minhee benar-benar membuatnya tidak bisa berpikir dengan baik. Oke, ia menyesal sudah mengajak Minhee menginap di rumah Eunsang. Harusnya ia membiarkan saja Minhee galau sambil menatap jendela seperti orang bodoh.

"Yohan, galau..."

Yohan menarik napas panjang dan terus mengetik apa yang perlu diketiknya sambil sesekali membaca buku referensi yang ia letakkan di samping pahanya yang memangku laptopnya di atas tempat tidur Eunsang. Ia mencoba mengabaikan Minhee. Anggap saja Minhee arwah gentayangan

"HanHan, galau..."

Yohan memutar matanya jengah saat Minhee mulai mencolek-colek pipinya, sengaja menekan-nekan bagian tengah pipinya, dan memberi cubitan kecil di sana.

"Haish, diem dong. Lagi konsentrasi mikir ini, nanti buyar." Yohan dengan kejamnya menepis tangan Minhee, kemudian kembali mengetik referatnya.

Minhee kembali berguling-guling, membuat laptop Yohan juga ikut bergerak-gerak karena tingkahnya, hingga kemudian tangan panjang Minhee memeluk dan melingkar manja di perut Yohan. "Han, galau..." Ia merengek lagi.

"Kerjain referatnya. Lo sendiri yang tadi ngeluh karena referat lo masih sampai epidemiologi. Kerjain cepetan, jangan suka ngerjain referat kemepetan, nanti jadinya asal-asalan." Yohan berusaha menyingkirkan tangan Minhee yang melingkar di perutnya, tapi Minhee dengan semakin kurang ajarnya malah mengangkat kepala dan menduselkan wajah ke perutnya, membuat laptopnya hampir terjatuh dari pahanya.

Minhee menggeleng, mengusakkan hidungnya di perut Yohan. "Nggak bisa mikir, lagi galau. Kalo lagi galau maunya rebahan aja mikirin kegalauan, nggak mau mikir. Otak gue penuh rasa galau, tidak bersemangat, letih, lelah, dan lesu," jawabnya.

"Galau terus, kayak nggak ada hal lain yang perlu dipikirin aja. Pikirin itu referat lo yang baru sampai epidemiologi, masih panjang itu perjalanannya daripada lo mikirin hal-hal yang nggak penting. Mau nyoba ngulang stase karena nggak lulus? Apa mau nambah minggu?" Yohan memandang Minhee sinis, kemudian kembali melanjutkan mengetik referatnya, meski kepala Minhee masih mendusel di perutnya.

"Lo kayak nggak pernah galau aja, Han. Padahal sewaktu baru putus sama dokter Yuvin, lo juga galau setengah mati sampai nggak minat diajak belajar, ngelamun terus sepanjang jalan. Udah kayak nggak punya semangat hidup." Minhee mencibir. Namun setelahnya ia tampak berpikir-pikir dan mendadak sebuah ide masuk ke dalam kepalanya. Ia lantas mengangkat kepalanya dari pangkuan Yohan, dan menatap temannya yang sedang serius mengerjakan referat dengan mata berbinar-binar.

Yohan menyadari tatapan Minhee yang berubah jadi mengerikan, tapi ia memilih mengabaikannya dan tetap fokus mengerjakan referatnya. Setidaknya ia bisa fokus mengetik 2 kalimat untuk bagian manifestasi klinis, sebelum akhirnya Minhee mendekatkan bibir ke telinganya dan meniupi telinga pelan.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang