I Tried So Hard To Fight, But It's Hopeless

12.8K 2.5K 1.8K
                                    

Kamar ini tidak berubah banyak sejak ia meninggalkannya beberapa tahun ketika ia memutuskan untuk tinggal terpisah dari kedua orang tuanya, juga kedua kakaknya. Bahkan ketika ia membuka pintunya, satu-satunya yang terasa hanyalah pengap khas ruangan yang tidak pernah mendapatkan udara segar dan tidak mendapatkan sinar matahari setiap paginya. Dan begitu ia menyalakan penerangan di kamar ini, semua masih tampak sama dengan apa yang diingatnya. Deretan sticky notes di dinding dekat meja belajarnya, baju-baju kotor di sudut kamarnya, dan bungkus-bungkus makanan cepat saji juga masih bertahan di tempat yang sama. Tidak ada yang berubah, kecuali banyaknya debu yang ada di ruangan ini.

Entah hanya perasaannya saja atau memang sejak ia tidak di sini, kamarnya tidak pernah dijamah. Bahkan untuk dibersihkan paling tidak sebulan sekali untuk setidaknya menjaga ruangan ini tetap layak digunakan, sepertinya juga tidak. Melihat sampah-sampah yang bahkan masih tetap berada di tempatnya, Junho ragu bahwa ruangan ini terlihat di mata setiap orang yang ada di rumah ini.

Ataukah bukan hanya dirinya yang hilang? Melainkan segala hal yang menyangkut dirinya juga ikut menghilang tidak terlihat di mata semua orang. Ruangan ini tidak akan membuatnya hadir di rumah ini meski tidak diinginkan. Ruangan ini tidak mungkin akan menjelma menjadi dirinya di malam hari. Jadi memperlakukan ruangan sama seperti dirinya, tidakkah itu berlebihan?

Junho menghela napas berat dan berjalan ke arah pintu saat seseorang mengetuk pintu kamarnya perlahan dengan jarak ketukan yang konsisten, tidak dengan jarak ketukan yang berdekatan seakan memerintahkannya untuk segera membuka pintu.

Eunwoo tersenyum padanya begitu ia membuka pintu. Kakak keduanya itu tampak menunjuk ke bawah dengan ujung dagunya. "Ayo makan malam, dek. Belum makan kan?" tanyanya.

Sebagai jawaban, Junho menggeleng. Ia langsung menutup pintu kamarnya dan berjalan beriringan dengan Eunwoo menuju ruang makan di lantai dasar rumahnya. Biasanya Eunwoo tidak akan begitu peduli dengan apa yang dilakukannya di rumah, bahkan untuk makan malam, kakak keduanya itu jarang sekali bertanya padanya. Ia tidak tahu apa yang sedang Eunwoo pikirkan atau bahkan Eunwoo rencanakan, tapi jika ia tidak salah dengar, Eunwoo mengajaknya makan malam bersama.

Sementara di sampingnya, Eunwoo membahas tentang kita-kiat lulus UKMPPD dalam sekali tembak, ia hanya berjalan dalam dan tidak begitu menanggapi perkataan Eunwoo. Pandangan matanya yang kosong memerhatikan setiap langkah kakinya, berusaha membuat gerakan dan langkah yang sama sekali tidak menganggu. Hingga ketika ia sampai di tangga penghubung antara lantai 1 dengan lantai 2, ia menatap deretan foto-foto yang terbingkai indah dan rapi yang terpasang di dinding sepanjang tangga. Dan ia menatapnya satu persatu, dari foto pertama hingga foto terakhir.

Nyaris tidak ada gambar dirinya di sana. Sebenarnya ada, namun hanya satu dan itupun fotonya saat ia berusia 4 tahun bersama almarhumah neneknya. Sementara sisanya? Hanya foto kedua orang tua dan kedua kakaknya yang tumbuh dan berkembang sangat baik. Bahkan di sana ada figura khusus yang memajang foto wisuda Eunwoo dan Myungsoo, namun tidak ada foto wisuda dirinya, padahal jika dilihat berdasarkan waktu kelulusan, ia lulus lebih cepat dari kedua kakaknya, meski IPK-nya tidak setinggi Myungsoo atau Eunwoo.

"Kamu ngapain aja, Woo? Lama banget, udah ditunggu dari tadi."

Junho menunduk. Ia menarik kursi paling ujung di samping Eunwoo dan tidak berani menatap satu persatu orang di meja makan. Papanya yang duduk di kursi utama, mamanya yang duduk di samping kanan papanya, Myungsoo yang duduk di samping kiri papanya, Eunwoo yang duduk di samping mamanya, dan ia yang akhirnya memilh duduk di samping Eunwoo. Ia hanya menatap lurus ke kursi yang ditariknya dan berbahagi hidangan yang ada di depannya, tanpa menatap papanya.

Ada perasaan yang tidak bisa dijelaskannya saat ia harus berhadapan dengan papanya. Selain perasaan marah yang masih tertinggal setelah sekian tahun, ia masih memendam takut saat harus berhadapan dengan kedua orang tuanya, terlebih papanya. Jadi ia memilih menunduk dan tidak membuat kontak mata dengan siapapun demi menahan perasaannya, hingga ia bisa merasakan kakinya mulai gemetar.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang