A Boy Who Similar With You

10.6K 2.4K 567
                                    

"Dek Minhee, hasil follow up pasien post operasi katarak tadi gimana? Tadi sewaktu visit tulisan hasil follow up kamu kurang bisa dibaca, dek. Jadi bisa minta tolong dijelasin lagi hasil follow up yang tadi?"

Minhee tidak menanggapi pertanyaan dokter Minkyung sama sekali. Ia hanya berjalan lurus di samping dokter Minkyu sambil mencengkram erat hasil follow upnya sambil sesekali menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya perlahan. Kadang-kadang ia meringis menahan perih di sudut bibirnya yang terluka dan menampakkan darah yang sudah kering di sana.

Minkyung menoleh ke samping saat ia tidak kunjung mendapatkan jawaban dari koassnya, hingga kemudian ia bisa melihat koassnya memang sedang berjalan, tapi tampak seperti sedang melamun. "Dek, kamu sakit?" tanyanya sambil menyentuh pelan pundak Minhee.

Terkejut, Minhee lantas menoleh ke samping, ke arah dokter Minkyung. Semula ia ingin tersenyum dan mengatakan kalau ia baik-baik saja, tapi luka di bibirnya dan lebam di rahangnya justru membuatnya mendesis dan meringis menahan perih dan ngilu di saat yang bersamaan. Hell, ia dipukul Junho tengah malam tadi dan dipukul Yohan pagi ini. Ia cukup menyadari bahwa kekuatan pukulan kedua temannya itu memang tidak main-main. Junho yang biasa memukul dinding dan Yohan yang mantan atlet taekwondo.

Melihat koassnya yang mendesis dan meringis ganjil membuat Minkyung lantas memperhatikan setiap lekuk wajah Minhee yang rupawan, dan ia menemukan 2 jenis luka yang masih baru. Sebuah luka lebam berwarna merah kebiruan dan sebuah luka robek di bagian sudut bibir. "Dek, kamu habis berkelahi di mana kok sampai begini lukanya? Belum kamu obatin sama sekali ya?" tanyanya lembut.

Tanpa sadar, Minhee menyentuh luka robek di sudut bibirnya dan membuatnya kembali mendesis saat merasakan rasa perih itu kembali menyerang bibirnya. "Nggak papa kok, dok. Cuma luka kecil, nanti pasti sembuh sendiri," jawabnya ringan.

"Dek, sekecil apapun lukanya, kalo nggak dirawat dengan cara yang benar pasti jadi masalah. Mungkin itu buat kamu itu luka kecil, tapi kamu lagi kerja di tempat yang mungkin terpapar banyak bakteri, jadi nggak menutup kemungkinan luka kecilmu jadi besar karena infeksi bakteri. Luka besar yang jadi masalah itu mulanya dari luka kecil yang nggak dirawat dengan benar lho. Dan memar di rahang kamu itu, apa kamu nggak tersiksa kalo lagi bicara sama pasien? Karena saat kamu bicara, rahangmu pasti bergerak, dek." Minkyung menyentuh sebelah lengan Minhee dan mengusapnya perlahan.

Minhee menggeleng. Ia mengabaikan sudut bibirnya semakin terasa perih seakan semakin robek saat ia menggerakkan bibirnya untuk bicara dan rahangnya, ini lebih parah lagi karena ia tidak mungkin berbicara tanpa rahangnya yang bergerak. "Nanti aja saya obatin, dok. Kalo sekarang saya nggak sempat, masih ada hal yang harus diurus, dok. Tapi ini beneran nggak papa kok soalnya cuma luka kecil. Ya cuma agak perih sama ngilu aja," jawabnya.

"Kamu beneran nggak papa kan, dek?"

Minhee diam. Ia hanya menatap dokter Minkyung dengan tatapan tidak mengerti. "Maksudnya?" Ia bertanya.

"Bukan lukamu, dek. Kamu. Kamu beneran nggak papa kan, dek?" Minkyung memperjelas pertanyaannya. Ia menatap Minhee dengan tatapan lembut yang menyiratkan kekhawatirannya. Bagaimanapun juga, semua koass adalah anak-anak didiknya dan ia bertanggungjawab terhadap para koass selama mereka berada di stase mata.

Minhee meringis dan tertawa remeh sambil menggeleng. "Nggak papa kok, dok. Saya masih kuat makan banyak walaupun bibir sama rahang saya luka. Rahang saya nggak akan copot hanya karena saya makan 5 porsi mie ayam spesial hehehe..."

Minkyu tersenyum. Ia mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut helaian rambut pirang Minhee yang halus, sementara matanya memperhatikan kedua luka di wajah Minhee, kemudian beralih memperhatikan tiap jengkal wajah Minhee. "Kapanpun kamu butuh pendengar, saya bisa kok jadi pendengar kamu. Anak saya dua-duanya perempuan dan sejujurnya saya pengen anak laki-laki. Tapi yah disyukuri aja. Kamu juga, kalo kamu butuh bantuan, bilang aja sama saya. Jangan merasa nggak enak ya?"

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang