Sometimes Slaps Don't Mean Anything

13.4K 2.5K 1K
                                    

Yohan tersenyum ke arah Yuvin yang menunggunya di ujung tangga sambil menyandarkan punggung pada dinding rumah sakit. Ia langsung mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Yuvin ke dalam genggaman ketika tersisa 2 anak tangga yang perlu dilaluinya untuk menggapai lantai dasar rumah sakit.

Yuvin tersenyum dan meraih tangan kanan Yohan ke dalam genggamannya, menautkan jemari mereka ke dalam satu tautan erat. "Gimana hari ini? Lancar?" tanyanya.

Yohan mengangguk dan merapatkan tubuhnya ke tubuh besar Yuvin. "Lancar kok. Belakangan ini banyak dokter spesialis sama subspesialis yang ikut turun jaga, jadi walaupun residennya sisa 3, tetap banyak membantu."

"Dapat tentiran dari residennya berapa kali?" Yuvin bertanya sambil mengulurkan tangannya yang bebas untuk membenarkan letak helaian poni Yohan yang menutupi kening pacarnya.

Yohan berpikir-pikir sebentar, mengingat berapa kali ia mendapat tentiran dari para residen anak yang tersisa di Departemen Ilmu Kesehatan Anak. "Kayaknya sih beberapa kali, dok. Saya nggak begitu ingat, baru beberapa kali. Eunsang dapat tentiran paling banyak, tentiran pribadi maksudnya. Pasti ada niat terselubung."

Yuvin mengangguk beberapa kali. "Kamu tumbenan mau makan siang bareng saya, biasanya makan siang sama teman-teman kamu. Mereka sibuk?"

"Minhee makan bareng si kembar. Eunsang masih ada urusan sama beberapa pasien. Minkyu belakangan ini sering pergi bareng Junho, nggak tau ke mana. Tadinya diajak makan bareng sama Minkyu, tapi Hyungjun nggak tau kapan habis makan jengkol sama pete, tiap dia bicara aromanya semerbak banget." Yohan terkekeh saat mengingat bagaimana Hyungjun belakangan ini menggunakan masker dan menjadi sedikit bicara karena kejadian bekal makan siang berisi semur jengkol dan sambal goreng pete.

Yuvin tertawa pelan. Pandangannya jatuh ke arah stetoskop anak berwarna biru dengan bentuk figur Doraemon di bagian diafragmanya. "Kenapa stetoskopnya nggak ditaruh dulu, Han? Kamu yakin mau makan siang bawa-bawa stetoskop di leher begitu?" tanyanya.

Yohan tersadar, kemudian menyentuh stetoskop biru yang menggantung lucu di lehernya. Ia tertawa pelan menyadari kecerobohannya. "Kelupaan, dok. Kirain tadi udah saya taruh di counter perawat sayap C, ternyata masih kebawa. Pantesan kok tadi dokter Chungha bilang stetoskopnya lepas dulu, nanti jatuh. Ternyata ini hehehe..."

"Lain kali makanya kalo ada orang ngomong disimak, Han." Yuvin dengan gemas mengacak rambut Yohan dengan tangannya yang bebas, sementara tangannya yang lain masih menggenggam tangan Yohan.

Yohan tertawa ringan saat merasakan Yuvin terus mengusak rambutnya, hingga kemudian fokus pandangannya teralihkan pada sesosok perempuan berambut panjang tergerai yang duduk tidak jauh dari lorong tunggu di depan ruang Medical Check Up sambil memainkan ponsel. Sekilas ia sepert i familier dengan perempuan itu, tapi ia tidak begitu yakin dengan sedang apa yang dilihatnya karena seperti yang pernah Dohyon katakan, "Manusia di dunia ini punya 7 orang yang wajahnya mirip lho, kak. Mungkin gue mirip Pangeran Inggris hehehe..."

Hingga saat kakinya melangkah mendekati lorong tunggu di depan ruang Medical Check Up, perempuan itu mengangkat kepalanya, membuat pandangannya dengan pandangan Yohan saling bertemu. Untuk sepersekian detik setelah mata itu saling bertemu, Yohan hanya diam tanpa merespon, namun perempuan itu langsung berdiri dan tersenyum ke arah Yohan.

"Hai, Han. Lagi jam makan siang?" Wang Yireon menyapa sambil tersenyum ke arah Yohan.

Yuvin menoleh, menyadari orang asing di dekatnya menyapa pacarnya. Ia lantas menoleh ke arah Yohan yang tersenyum kaku, kemudian kembali mengarahkan pandangannya pada gadis yang berdiri beberapa langkah darinya. Ia lantas membawa Yohan mendekat ke sana, barangkali gadis itu adalah teman lama Yohan semasa preklinik dan mungkin sudah lama tidak bertemu sejak masa klinik. Bertemu teman lama bukan suatu kesalahan, kan?

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang