Byungchan membuka pintu kamarnya - dengan Seungwoo, tentu saja - perlahan, siapa tahu bunyi kusen yang beradu dengan lantai justru menggangu Seungwoo yang mungkin sudah lebih dulu tidur daripada dirinya. Sebelum ke sini, ia sudah mencari Seungwoo ke dapur dan ruang duduk, tapi ia tidak menemukan Seungwoo di sana. Jadi ia mulai mencari Seungwoo ke kamar mereka dan besar kemungkinan ia akan menemukan Seungwoo di sana, sedang bermain ponsel atau membaca buku. Tapi kadang Seungwoo akan memilih duduk sambil membaca di atas tempat tidur, jadi kapanpun Seungwoo merasa mengantuk, buku itu akan dengan mudah diletakkan di atas nakas samping tempa tidur dan Seungwoo bisa langsung tidur tanpa membuat bukunya jatuh ke kolong tempat tidur.
Byungchan mengintip sedikit ke dalam kamarnya begitu pintunya sedikit terbuka. Tatapannya langsung mengarah pada sosok Seungwoo yang sedang duduk sambil membaca buku di kursi di balik meja kerja yang memang sengaja diletakkan di samping pintu kamar mereka.
Ia lantas menyunggingkan seulas senyum dan masuk ke dalam kamar dengan perasaan tenang. Ternyata Seungwoonya sudah pulang. "Tadi waktu aku di Chatime bareng Seobin sama Midam, aku telepon kamu buat nanya kamu mau dibawain yang rasa apa. Tapi ternyata Wheresappmu nggak online dan nomormu nggak aktif, Woo," katanya sambil menutup pintu kamar perlahan, takut mengganggu konsentrasi Seungwoo membaca.
Seungwoo berdeham tidak jelas sambil membalik halaman bukunya perlahan. "Iya, baterai hapeku tadi habis, jadi langsung mati gitu aja," jawabnya dengan nada sambil lalu.
Byungchan mengangguk beberapa kali. Ia meletakkan minuman yang sengaja ia belikan untuk Seungwoo di samping kanan tangan Seungwoo, kemudian berjalan dengan senyum penuh pemakluman ke belakang Seungwoo. "Tadi ke mana, Woo?" tanyanya. Ia melingkarkan kedua lengannya memeluk leher Seungwoo dan menumpukan dagunya di bahu Seungwoo.
Seungwoo melirik ke samping, berusaha melonggarkan pelukan Byungchan di lehernya dan menjauhkan sedikit kepalanya dari kepala Byungchan yang begitu dekat dengannya. "Pulang sebentar ke rumah. Setelah itu langsung pulang ke sini," jawabnya.
Byungchan mengangguk beberapa kali. Ia masih betah melingkarkan kedua tangannya memeluk leher Seungwoo sambil menumpukan dagunya ke bahu Seungwoo, menghirup aroma tubuh Seungwoo yang begitu khas, meski ia merasakan bahwa Seungwoo berusaha melonggarkan pelukannya dan menjauhkan diri darinya. Bahkan ketika ia mulai membenamkan wajahnya di perpotongan leher Seungwoo, ia bisa merasakan Seungwoo berdecak tidak senang dan berusaha melepaskan diri darinya.
Ia mengalah. Lantas ia longkarkan pelukannya dari leher Seungwoo dan berhenti membenamkan wajahnya di perpotongan leher Seungwoo, padahal ia sangat menyukai menyamankan diri di sana. Rasanya menenangkan dan hangat. Tapi sepertinya Seungwoo sedang tidak berkenan. Jadi ia hanya menumpukan dagunya di bahu Seungwoo sambil tersenyum tipis merasakan bagaimana tanggapan Seungwoo padanya malam ini.
Sampai akhirnya pandangannya jatuh pada jari-jari tangan kanan Seungwoo yang sedang menutup buku. Cincin itu tidak ada di sana, tidak ada pada satupun jemari Seungwoo yang menaungi cincin yang menjadi simbol komitmen besar yang selama ini mereka jaga. Perjuangan melewan jarak selama internship. Dan kisah yang saat ini masih terjadi di antara mereka. Seungwoo jelas tidak lagi mengenakan cincin itu.
"Kamu lagi bosen pakai cincin ya?" Byungchan bertanya lirih. Ia mengulas sedikit senyum di bibirnya, senyum yang memberi banyak makna yang justru lebih mirip kepingan puzzle yang tidak bisa disatukan.
Seungwoo melirik ke arah Byungchan sesaat. Ia tidak menjawab pertanyaan yang diberikan Byungchan, tapi malah mengalihkan pandangannya dengan acuh begitu matanya bertemu pandang dengan mata Byungchan yang menatapnya dengan sorot rumit yang tidak bisa ia mengerti.
Byungchan masih tersenyum saat melihat bagaimana Seungwoo lagi-lagi mengacuhkannya, mengalihkan pandangan darinya, dan tidak menjawab pertanyaannya. Ia menghela napas berat dan mengangguk penuh pemakluman saat Seungwoo lebih memilih memasangkan pembatas buku di sela-sela halaman yang sudah dibacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]
FanficSequel dari Coass Cooperate 2.0 Silakan membaca Coass Cooperate 2.0 apabila merasa bingung dengan plot Coass Cooperate 3.0 Seputar kehidupan para koass selama masa Program Profesi Dokter, bersama segala balada hidup dan asmaranya bersama teman sepen...