COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]

[Preclinical Memory] - Objective Structured Clinical Examination

Kenangan masa preklinik semester 5

Pernah mendengar istilah OSCE sebelumnya? Singkatan dari Objective Structured Clinical Examination. Singkatnya, OSCE adalah salah satu metode ujian modern untuk mengevaluasi keterampilan klinis dokter dan mahasiswa kedokteran, dan OSCE adalah salah satu jenis ujian yang banyak digunakan di seluruh dunia untuk mengevaluasi mahasiswa kedokteran ataupun mahasiswa profesi di pusat-pusat pendidikan kedokteran. Dan OSCE dilakukan di akhir semester.

Salah satu alasan mengapa OSCE menjadi ujian yang sering digunakan adalah karena kemampuan OSCE digunakan untuk menilai berbagai dimensi kompetensi klinis peserta pendidikan kedokteran. Maka, dimensi kompetensi klinis itu akan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pengetahuan medis, kemampuan komunikasi, kemampuan interpersonal, profesionalisme, pengumpulan data, pemahaman terhadap proses penyakit, pengambilan keputusan berdasarkan bukti, keterampilan manajemen perawatan primer, tatalaksana yang tentu saja berpusat pada pasien, promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan praktik kedokteran yang aman serta efektif.

Sebagian besar mahasiswa kedokteran menganggap bahwa OSCE adalah ujian yang sulit semi mengerikan. Setiap kali jadwal OSCE keluar, maka para mahasiswa kedokteran akan berubah kalang kabut dan menjadi zombie sepanjang ujian OSCE belum selesai dilaksanakan. Seringnya, mahasiswa kedokteran mulai stress dan panik saat menghadapinya. Ketika belajar di dalam kamar atau di kelompok belajar rasanya tenang, tiba hari H pasti akan gemetar dari ujung kaki sampai ujung kepala yang membuat mereka berpotensi mendadak blank. Dan Eunsang salah satunya dari sekian banyak mahasiswa kedokteran yang gemetar, gelisah, galau, merana, panas dingin, demam panggung, dan pesimis saat jadwal OSCE sudah keluar.

Dan itu sekitar 2 minggu lagi.

Eunsang ingin menangis saja. Kakaknya bilang, untuk OSCE yang benar-benar matang, ada beberapa mahasiswa yang mempersiapkannya sejak 2 atau 3 bulan sebelum ujian OSCE dilangsungkan. Dan ia baru akan mempersiapkan segalanya 2 minggu sebelum hari H? Wah, tiba-tiba saja ia ingin mengubur diri dan tidak pernah muncul lagi. Belum lagi fakta bahwa anamnesis pada OSCE adalah salah satu komponen yang paling penting dan kalau diingat lagi...

"Cita-citanya pengen jadi dokter, kuliahnya di Kedokteran. Disuruh latihan anamnesis, malah rebutan jadi pasien. Sebenarnya cita-cita kamu jadi dokter atau jadi pasien?"

Eunsang menunduk. Rasanya malu saat ia pernah mendapatkan perkataan seperti itu sebelumnya dan ia tidak terlalu percaya diri untuk melakukan anamnesis. Skill bicaranya tidak begitu bagus, apalagi saat harus bicara dengan probadus di depan pengujinya yang notabene sudah dokter-dokter senior. Ia gemetar setengah mati dan pasti ia selalu mendapat halangan saat melakukan anamnesis. Bukannya ia tidak belajar dan tidak tahu apa-apa, tapi dia nervous setengah mati.

"Hoy, ngapain diam di sini kayak patung pancoran, Sang?"

Eunsang terlonjak kaget saat seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya. Ia langsung membuyarkan semua bentuk negative thinking yang ada di dalam kepalanya menyangkut OSCE dan menoleh ke arah sosok yang baru mengagetkannya dengan wajah sebal. "Juno kebiasaan banget sih suka ngagetin orang. Nggak bisa ya kalo muncul jangan kayak hantu? Nyebelin banget, sukanya ngagetin orang. Kayak jumpscare tau nggak?" omelnya.

Junho hanya tertawa saat mendengar ocehan Eunsang. Ia lantas mengangkat satu tangannya dan mengusak puncak kepala Eunsang gemas. "Uring-uringan gini pasti karena jadwal OSCE baru keluar kan? Uh, langsung badmood kalo jadwal OSCE udah keluar. Lucunya..."

"Nggak usah ngelucu ya, Juno. Eunsang makin sebel." Eunsang mencebik kesal dan berusaha menjauhkan kepalanya dari jangkauan Junho, tapi cowok yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Tim Bantuan Medis (TBM) Takikardi itu malah tertawa dan semakin iseng mengusak puncak kepala Eunsang dengan tangan besarnya.