Perputaran Kehidupan, Tidak Terlalu Mulus

11.7K 2.3K 259
                                    

Bab ini mengandung spoiler sebanyak 0,1 mili

[[💌]]............................[[🕊]]

"Dokter Seungwoo, bisa ngobrol sebentar?"

Seungwoo yang tadinya sudah akan keluar dari ruang dokter di Departemen Psikiatri langsung menutup pintu dan berjalan ke arah seorang dokter konsultan perempuan senior yang sedang menunggunya sambil tersenyum. Dokter Lee Chaeyeon, salah satu dokter konsultan senior yang usianya sepantaran dengan usia dokter Minhyun dari Poli Bedah, dan teman baik dari dokter Sakura dari bagian Obsgyn.

Ketika dokter-dokter konsultan dari departemen lain memanggil para residen mereka dengan sebutan dek, maka sepertinya Departemen Psikiatri menjadi satu-satunya departemen yang semua dokter konsultannya memanggil para residen dengan sebutan dok walaupun para residen masih dalam tahap pendidikan. Ini adalah cara mereka untuk menghormati dan memberi penghargaan kepada pada dokter residen yang masih dalam pendidikan. Bahkan para dokter konsultan dari Departemen Psikiatri juga memanggil residen dari departemen lain dengan sebutan dok. Kecuali koass yang akan terus dipanggil dengan panggilan kesayangan, alias dek.

Seungwoo membungkuk sebentar saat sudah berdiri tepat di depan dokter Chaeyeon yang sedang duduk di kursinya. "Ada yang bisa saya bantu, dok?" tanyanya.

"Saya mau tanya keadaan pasien skizofrenia diferentiatif yang masuk beberapa minggu lalu. Gimana keadaannya, dok?" Chaeyeon bertanya sambil memberikan kode kepada Seungwoo untuk duduk di hadapannya.

Seungwoo berpikir sebentar sambil mendudukkan dirinya di depan dokter Chaeyeon. "Ada perkembangan yang lumayan bagus, dok. Waktu pertama kali dia masuk, intensitas gangguan waham dan gangguan halusinasinya masih sering. Tapi seiring dengan pengobatan dan terapi, dia sudah mulai membaik, dok. Keluarganya juga sering datang menjenguk. Kadang-kadang keluarganya bawa buah-buahan buat dia, juga buat perawat-perawat sama para dokter."

Chaeyeon mengangguk pelan. "Saya dengar dia jago gambar ya? Benar?" tanyanya lagi.

Seungwoo mengangguk. "Dia ternyata jago menggambar, dok. Biasanya dia dikunjungi dokter iship buat dibawakan buku gambar dan alat gambar baru. Walaupun alat gambarnya sederhana, itu cukup membantu, dok. Udah banyak buku gambar yang isinya gambaran dia. Kadang-kadang pasien-pasien lain juga minta digambarkan. Dia juga ternyata orangnya ramah, dok. Saya senang dia punya perkembangan yang bagus."

"Saya juga ikut senang dengarnya, dok. Walaupun dia yang nangani dokter konsultan yang lain, dengar perkembangannya yang bagus ternyata udah bikin saya ikut senang. Semoga dia bisa pulih. Bagus kalo dia jago menggambar, dia bisa jadi seniman." Chaeyeon tersenyum senang. Ya walaupun orang yang diceritakan Seungwoo bukan termasuk pasien yang ditanganinya, tapi ia tetap merasa sangat senang saat mendengar perkembangan pasien itu, juga keahlian menggambarnya.

Seungwoo mengangguk dan memandang dokter Chaeyeon dengan tenang. "Ada yang bisa saya bantu lagi, dok? Kalau sudah tidak ada, saya harus ke poli untuk jaga."

Chaeyeon memberi isyarat tunggu untuk menahan Seungwoo beranjak dari kursinya. "Junho keadaannya gimana, dok? Dari beberapa terapi yang dijadwalkan psikolog yang bekerja sama dengan saya buat nanganin dia, ternyata dia udah beberapa kali nggak datang terapi. Otamatis kalo dia nggak datang terapi, saya ataupun psikolognya nggak akan tau gimana kondisi dia."

Seungwoo menggeleng pelan. "Saya juga nggak tau, dok. Terakhir kali saya ketemu Junho, mungkin udah beberapa minggu lalu sewaktu dia di stase anak. Selebihnya, saya sama sekali nggak pernah ketemu Junho, dok."

"Cuma saya dengar beberapa hari lalu dia mangkir jaga. Malahan sewaktu jaga, dia sengaja kabur nggak tau ke mana, dok. Ini yang bikin saya khawatir, apalagi dia nggak datang ke terapi yang dijadwalkan. Kalo dia aja nggak datang terapi, saya nggak bisa menjamin apa dia meminum obatnya sesuai dengan yang diresepkan. Atau malah dua-duanya terbengkalai." Chaeyeon mengangkat bahunya. Wajahnya yang semula terlihat senang saat membicarakan seorang pasien skizofrenia diferentiatif, kini berubah muram saat membicarakan sosok Cha Junho. "Saya udah bicarakan ini dengan psikolog yang nangani terapinya Junho. Dia juga bingung kenapa Junho akhirnya nggak pernah datang terapi. Nah saya juga kan jadi nggak bisa yakin apa dia konsumsi obatnya sesuai anjuran."

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang