A Moment In Time, Don't Watch Me Cry

11K 2.4K 1.5K
                                    

Byungchan mengerjapkan matanya perlahan, yang beberapa saat kemudian langsung disusul kepalanya yang berdenyut nyeri bukan main dan matanya yang terasa begitu panas - sedikit perih - saat ia mencoba menyesuaikan matanya dengan cahaya yang masuk melalui celah-celah tirai yang terpasang di kamar itu sembari mencoba mencari kenyamanan, serta kehangan dari apapun yang tengah mendekapnya saat ini.

Namun di saat bersamaan dengan dirinya yang mulai merasakan kenyamanan kembali terhadap apapun yang tengah mendekapnya saat ini, ia menyadari ada beberapa hal yang janggal. Kamar, tempat tidur, dan sebuah dekapan. Ketiganya adalah hal ganjil yang seharusnya tidak dirasakannya pagi ini setelah apa yang terjadi semalam karena meski ia nyaris ingin melupakan segalanya yang terjadi kemarin, ia bisa mengingat di mana ia duduk terakhir kali dan seharusnya ia tidak di sini.

Semalam, ia menangis begitu parah, hingga ia tidak bisa mengingat apapun yang terjadi setelahnya. Ia hanya ingat bahwa ia menangis sampai dadanya terasa sesak, ia tidak bisa bernapas, rasanya seperti ia akan mati saat itu juga dan ia hanya melihat gelap setelahnya. Ia tidak ingat apa yang terjadi setelahnya, termasuk bagaimana pagi ini ia berakhir di ranjang yang sama, dalam pelukan Han Seungwoo. Hal ini jelas adalah sesuatu yang janggal untuknya karena Seungwoo tidak berada di tempat yang sama pada waktu ketika ia menangis dan ia kira Seungwoo tidak cukup peduli untuk menengoknya yang menangis begitu parah sampai tidak bernapas malam kemarin.

Byungchan mendongak sebentar, sedikit melonggarkan kedua lengan Seungwoo yang tengah memeluknya erat. Ia bisa melihat wajah tampan Seungwoo yang begitu teduh dalam tidurnya, juga dadanya kembali berdenyut nyeri begitu ia mengingat bahwa bibir di hadapannya telah berbohong padanya.

Semalam di tengah isak tangisnya, ia berpikir tentang banyak hal yang telah dilakukannya dengan Seungwoo. Bukan hanya sekedar kencan makan malam berdua atau menonton film terbaru di bioskop dengan kepala saling bersandar dan tangan saling bertautan. Tapi segala sesuatu yang lebih besar. Ada banyak hal yang sudah dilakukannya dengan Seungwoo demi mempertahankan komitmen yang sudah mereka bangun sejak bertahun-tahun lalu. Dan rasanya sulit untuk berpura-pura menutup mata dari kenyataan yang sudah terjadi.

Byungchan tersenyum tipis sembari mengangkat satu tangannya untuk menyentuh satu sisi wajah Seungwoo. Ia mengusapnya selembut yang bisa ia lakukan dan berupaya sama sekali tidak membangunkan Seungwoo dari tidurnya. Ia tahu Seungwoonya pasti lelah.

Tapi sialnya, keberutungan lagi-lagi tidak berpihak padanya karena setelah beberapa kali usapan selembut apapun itu, mata Seungwoo terbuka perlahan dan langsung menatap ke dalam matanya, menambah sembilu di dalam hatinya yang bahkan belum sembuh benar.

Ia tersenyum, kembali diusapnya lagi pipi dan rahang Seungwoo lembut dengan ibu jarinya. "Kok udah bangun? Udah nggak ngantuk hm?" tanyanya. Ia sedikit mengumpati suaranya yang begitu serak, efek samping menangis semalaman sampai sesak napas.

Seungwoo tidak menjawabnya. Satu-satunya yang dapat tunangannya itu lakukan adalah membalas tatapan matanya, mengunci pandangannya untuk tidak fokus terhadap hal yang lain, dan sulit baginya untuk tidak merasa sakit setiap detik ia menyadari bahwa tatapan lembut Seungwoo mungkin sudah dibagi.

"Aku nggak akan nanya tentang ke mana perginya cincin itu. Lagipula itu hanya cincin kan? Hanya simbol, bukan bermakna apa-apa. Hal terpentingnya, poin terbesarnya bukan cincin itu kan?" Byungchan tersenyum pahit, berusaha menggigit bibir bawahnya, namun seketika ia merasakan perih mendera bibir bawahnya yang robek setelah ia gigit untuk meredam isak tangisnya semalam.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang