"Sang, kamu mau sarapan apa?"
Midam mengatupkan bibirnya rapat-rapat begitu ia membuka pintu kamar Eunsang dan melihat sang adik masih terlelap dalam pelukan seseorang yang tampak seperti Junho. Keduanya masih benar-benar terlelap dan saling memeluk. Ia lantas tersenyum sekilas, dan menutup pintu kamar adiknya perlahan tanpa menimbulkan suara yang bisa mengganggu tidur mereka.
Ia baru akan berjalan kembali ke dapur setelah menutup pintu kamar Eunsang dan berpikir kalau Eunsang tidak akan meributkan tentang menu sarapan mereka pagi ini, tepat ketika ia mendengar bel di pagar rumahnya dipencet beberapa kali dalam tempo berdekatan, seakan mendesak untuk segera dibukakan pintu.
Midam berdecak kesal dan segera turun ke lantai bawah dengan bibir mungilnya yang berhenti mengomel. "Siapa sih bertamu pagi banget? Jam segini tuh bukan jamnya bertamu, ngapain bertamu jam segini? Mencet belnya ganggu juga."
Ia membuka pintu rumahnya kasar dan menatap datar seseorang yang sedang berdiri di depan pagar rumahnya sambil menenteng sekantong besar McDonalds dan tersnyum lebar. Sesekali orang itu tampak melambaikan tangannya.
"Pagi, kak Midam. Ini masih pagi, kok udah cemberut gitu sih? Manisnya hilang loh nanti." Yoon Seobin dengan tidak tahu dirinya menyapa Midam dengan cengiran lebar dan sederet kalimat yang terdengarkan menyebalkan bagi yang mendengar begitu Midam berjalan mendekat ke pintu pagar.
Midam membuka gembok pintu pagar dan menatap Seobin dari atas ke bawah. "Kamu ngapain ke sini? Ini masih pagi banget. Emang kamu nggak persiapan ke rumah sakit?" tanyanya.
Seobin tersenyum dan menunjuk motornya, kemudian menunjuk tas ransel di punggungnya. "Aku persiapan di sini aja ya? Tapi sebelum persiapan ke rumah sakit, ayo kita lari pagi dulu. Sekalian olahraga bareng, kak. Kalo kata kak Seungwoo, olahraga bisa mengurangi stress. Belakangan ini kan Poli Orthopedi ramai - walaupun mengurangi potensi sensinya dokter Seongwoo - jadi kita harus menghindarkan diri dari stress."
Midam menunjuk kantong besar dengan logo McDonalds di tangan Seobin. "Jadi kamu maunya olahraga dulu, terus makan? Makannya cepat saji," tanyanya lagi.
Seobin meringis. "Sesekali, kak. Kalo nanti kak Midam mau masakin aku, boleh juga. Tapi kita harus olahraga pagi ini sebelum ke rumah sakit. Karena kata kak Seungwoo, olahraga itu penting untuk kesehatan mental. Untuk mengurangi stress, mending kita olahraga, terus sarapan. Baru siap-siap ke rumah sakit. Ini aku bawain juga buat Eunsang."
"Tapi Eunsang ada Junho." Midam menunjuk ke belakang dengan ibu jarinya. Sepasang mata bulatnya menatap Seobin lurus.
"Ya gampang. Biar nanti Junho makan punyaku, terus aku sepiring berdua bareng kakak. Biar kesannya lebih romantis irit modal. Tapi kita harus olahraga dulu untuk menyehatkan tubuh. Paling nggak kita lari pagi dulu satu putaran sambil menghirup udara segar, sekalian menikmati sinar matahari pagi yang baru terbit. Kaya vitamin D yang bisa membentuk dan memperbaiki tulang. Semangat Orthopedi, semangat muskuloskeletal sehat!"
Midam tersenyum tipis dan menggeleng pelan saat melihat Seobin yang begitu bersemangat dalam balutan kaos pendek putih berpadu celana trainingnya. "Cuma satu putaran aja ya? Soalnya kalo bangun, Eunsang pasti nyariin aku. Nanti dia malah heboh sendiri kalo aku nggak kelihatan."
"Kayak anak kucing aja sih, tiap membuka mata harus kelihatan induknya..." Seobin menggosok pelan hidungnya dengan telunjuknya.
Midam mengerjap sekali. "Kamu bilang apa, Bin?" tanyanya.
Seobin langsung menggeleng dan tersenyum. "Ayo, kita olahraga sambil menikmati sinar matahari pagi yang kaya vitamin D. Semangat Orthopedi, semangat muskoloskeletal sehat!"
.............................. [[💌🕊]]
Seobin tertawa terbahak-bahak saat melihat langkah berlari Midam kian melemah, napasnya berubah tersenggal-senggal, dan keringan yang mengalir dari dahinya. Ia lantas berlari dengan gaya mundur dan melangkah perlahan-lahan sambil terus menertawakan Midam yang tampak begitu kepayahan, padahal belum ada sejam mereka berlari mengelilingi perumahan, tapi Midam sudah menunjukkan gaya seakan ia sudah berlari marathon berkilo-kilo meter.
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]
FanfictionSequel dari Coass Cooperate 2.0 Silakan membaca Coass Cooperate 2.0 apabila merasa bingung dengan plot Coass Cooperate 3.0 Seputar kehidupan para koass selama masa Program Profesi Dokter, bersama segala balada hidup dan asmaranya bersama teman sepen...