Let Me See If This is The Last Time

13.1K 2.6K 527
                                    

"Dokter Yunseong, kok di sini?"

Minkyu menutup pintu kamar rawat Wonjin dengan setengah terheran-heran saat melihat keberadaan Yunseong di sana malam itu. Ia tidak tahu apa yang dilakukan residen saraf itu di kamar rawat pacarnya, tapi melihat tangan Yunseong yang menggenggam banyak kertas, Minkyu rasa ada sesuatu yang sudah dijabarkan oleh Yunseong kepada Wonjinnya.

Minkyu meletakkan tas dan snellinya ke sofa, kemudian berjalan mendekati ranjang Wonjin. Tatapannya masih lurus ke arah Yunseong, seakan tidak memberi ijin kepada residen itu untuk beranjak dari ruangan Wonjin di rawat.

Ia lantas berdeham pelan. "Dek, saya ijin keluar dulu ya?" ujarnya.

Tatapan Minkyu menukik tajam. "Kenapa, dok? Tadi habis bilang apa sama Wonjin? Ada hasil pemeriksaan terbaru?"

Yunseong menggeleng dan tersenyum. "Enggak. Bukan apa-apa kok, dek."

Tatapan Minkyu jatuh pada beberapa lembar berkas di dalam map yang ada dalam genggaman Yunseong. "Sekitar dua hari lalu, Wonjin diperiksa MRI lagi kan? Setelah radioterapi terakhir. Gimana hasilnya, dok?"

"Minkyu, jangan kasar nanyanya. Aku aja yang jelasin ya? Biar dokter Yunseong keluar dulu." Suara serak Wonjin yang lemah tidak lantas membuat Minkyu tergugah dan berbalik.

Kedua tangan Minkyu terkepal di kedua sisi tubuhnya. "Hasil MRI terbarunya gimana, dok? Ada perkembangan yang bagus dari kombinasi kemoterapi dan radioterapinya kan? Tumornya berhasil dilemahkan?"

Wonjin mengangkat tangannya, berusaha meraih tangan Minkyu yang terkepal erat, namun jarak antara dirinya dan Minkyu tidak bisa ia kikis karena tubuhnya yang lemas.

"Dokter Yunseong, bilang sesuatu, dok." Minkyu maju selangkah dan mencengkram kuat kedua bahu Yunseong dengan kedua tangannya. Ia menatap lurus ke dalam mata Yunseong. "Hasil MRI-nya gimana? Nggak terjadi metastasis ke jaringan otak sehat yang lain kan? Udah ditemukan sel-sel tumor yang mati kan?"

Wonjin menggeleng samar. Harapan Minkyunya terlalu tinggi untuk glioblastomanya yang berada pada stadium 4. Tidak mungkin tidak terjadi metastasis ke jaringan otak sehat yang lain kan?

"Dok, tinggal jawab kan? Kombinasi pengobatannya berjalan baik kan? Nggak terjadi metastasis sama sekali kan?" Nada bicara Minkyu masih terkesan memaksa, meski ada penurunan intonasi yang menunjukkan bahwa ia tidak yakin dengan pertanyaannya sendiri, juga bahwa ia takut mendengar jawaban Yunseong.

Yunseong diam. Ia menepuk pelan bahu Minkyu dan melepaskan cengkraman tangan Minkyu dari bahunya, membuat kedua tangan Minkyu jatuh tanpa ancang-ancang kembali ke kedua sisi tubuhnya.

"Dek, saya udah jelasin semua ke neneknya Wonjin, juga ke Wonjin. Semuanya, termasuk dengan prognosisnya. Saya cuma bisa berusaha, tapi bukan saya yang menentukan semuanya. Saya akan bicara khusus sama kamu nanti, tapi bukan hari ini."

Tak seberapa lama kemudian, Yunseong keluar dari ruang rawat Wonjin, meninggalkan Minkyu yang masih termenung dengan jawaban abu-abu yang diberikan Yunseong. Ia hanya berdiri menatap pintu tanpa berniat berkata apapun.

Wonjin sedikit menegakkan posisi duduknya dan menepuk sembarangan pinggiran bednya. "Kyu, sini dulu. Ada yang mau aku omongin sama kamu."

Minkyu menoleh ke belakang, berbalik mendekati bed Wonjin, dan duduk pinggiran bed Wonjin dengan menatap ke dalam mata Wonjin yang terlihat lebih suram.

Pandangan mata Wonjin tidak sefokus biasanya.

Wonjin mengangkat kedua tangannya, berusaha meraih kedua sisi wajah Minkyu, namun gerakan tangannya melesat dan justru membuatnya menyentuh kedua sisi kepala Minkyu.

COASS COOPERATE 3.0 [Sequel of CC 2.0]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang